KATARAK
Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris
cataract dan Latin cataracta yang berarti air terjun1. Dalam bahasa
indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti tertutup air tejun.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan
berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu
yang lama. Katarak yang terjadi akibat proses penuaan dan bertambahnya
umur disebut katarak senilis(1,2). Katarak senilis adalah kekeruhan lensa
baik di korteks, nuklearis tanpa diketahui penyebabnya dengan jelas,
dan muncul mulai usia 40 tahun.
Beberapa penelitian
mengatakan, bahwa katarak senilis dipercepat oleh beberapa faktor antara
lain: penyakit diabetes melitus, hipertensi dengan sistole naik 20
mmHg, paparan sinar ultra violet B dengan panjang gelombang antara
280-315 µm lebih dari 12 jam, indeks masa badan lebih dari 27, asap
rokok lebih dari 10 batang/hari baik perokok aktif maupun pasif.(9,10,11)
Epidemiologi
Katarak senilis terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50
tahun. Insidensi katarak di dunia mencapai 5-10 juta kasus baru tiap
tahunnya. Di Afrika katarak senile merupakan penyebab utama kebutaan.
Katarak senilis sangat sering ditemukan pada manusia, bahkan dapat
dikatakan sebagai suatu hal yang dapat dipastikan timbulnya dengan
bertambahnya usia penderita. Horlacher mendapatkan bahwa 65% dari
seluruh individu antara usia 51-60 tahun menderita katarak, sedangkan
Barth menemukan bahwa 96% dari individu di atas usia 60 tahun mempunyai
kekeruhan lensa yang dapat terlihat jelas pada pemeriksaan dengan slit
lamp.(12)
Di negara berkembang katarak merupakan 50-70% dari
seluruh penyebab kebutaan, selain kasusnya banyak dan munculnya lebih
awal. Di Indonesia tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan
kebutaan katarak sebesar 0,67%, dan tahun 1996 angka kebutaan meningkat
1,47%.(3,4)
Etiologi dan Patofisiologi
Kekeruhan pada lensa dapat disebkan oleh kelainan kongenital mata
(kelainan genetik, infeksi virus,dll), trauma, penyakit mata (glaukoma,
uveitis,dll), proses usia atau degenerasi lensa, kelainan sistemik
seperti diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat-obatan steroid, dll.1
Kerusakan oksidatif oleh paparan sinar ultraviolet, rokok, alkohol
dapat meningkatkan risiko terjadinya katarak. (11)
Penyebab katarak
senil sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti. Ada beberapa
konsep penuaan yang mengarah pada proses terbentuknya katarak senil:
Jaringan embrio manusia dapat membelah 50 kali kemudian akan mati.
Teori cross-link yang menjelaskan terjadinya pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi.
Imunologis; dengan bertambahnya usia menyebabkan bertambahnya cacat imunologis sehingga mengakibatkan kerusakan sel.
Teori mutasi spontan dan teori radikal bebas.(1)
Pada dasarnya, semua sinar yang masuk ke mata harus terlebih
dahulu melewati lensa. Karena itu setiap bagian lensa yang menghalangi,
membelokkan atau menyebarkan sinar bisa menyebabkan gangguan
penglihatan. Pada katarak terjadi kekeruhan pada lensa, sehingga sinar
yang masuk tidak terfokuskan pada retina, maka bayangan benda yang
dilihat akan tampak kabur.(1,2)
Gambaran Klinis
Seorang penderita katarak mungkin tidak menyadari telah mengalami
gangguan katarak. Katarak terjadi secara perlahan-perlahan sehingga
penglihatan penderita terganggu secara berangsur. karena umumnya katarak
tumbuh sangat lambat dan tidak mempengaruhi daya penglihatan sejak
awal. Daya penglihatan baru terpengaruh setelah katarak berkembang
sekitar 3-5 tahun. Karena itu, pasien katarak biasanya menyadari
penyakitnya setelah memasuki stadium kritis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
• Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
• Peka terhadap sinar atau cahaya.
• Dapat melihat ganda pada satu mata.
• Kesulitan untuk dapat membaca.
• Lensa mata berubah menjadi buram.
Klasifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan dalam:
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis, yaitu : katarak nuklear, kortikal dan subkapsularis posterior.6
1. Katarak Nuklear
Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus.
Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari
jernih menjadi kuning sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia
60-70 tahun dan progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk
yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada
pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi
lebih baik, suli menyetir pada malam hari . Penderita juga mengalami
kesulitan membedakan warna, terutama warna biru dan ungu.
2. Katarak Kortikal
Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks.
Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya
lambat. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran
seperti ruji. Banyak pada penderita DM. Keluhan yang biasa terjadi yaitu
penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau
3. Katarak Subkapsularis Posterior atau kupuliformis
Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak
subkapsularis posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda
daripada katarak kortikal dan katarak nuklear. Biasanya mulai timbul
sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya cepat. Bentuk ini lebih
sering menyerang orang dengan diabetes, obesitas atau pemakaian steroid
jangka panjang. Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, silau,
pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.
Berdasarkan stadium
perjalanan penyakitnya, katarak senilis digolongkan menjadi 4 stadium:
Katarak insipien, katarak imatur, katarak matur,dan katarak
hipermatur.(1,2,)
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti
bercak-bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah
jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior
dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil
dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang
disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.
Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama. (1,2)
2. Katarak Imatur
2. Katarak Imatur
Pada
katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum
mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian
yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.
Pada
keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga
terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau
shadow test, maka akan terlihat bayangan iris pada lensa, sehingga hasil
uji shadow test (+).(1,2)
3. Stadium Intumesen
Kekeruhan
lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibandingkan dalam keadaan normal. Katarak intumesen biasanya
terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan menyebabkan miopia
lentikular.
4. Katarak Matur
Pada
katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi
yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil
disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal.
Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat
bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif. (1,2)
5. Katarak Hipermatur
Merupakan
proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami
degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi
mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair
tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu
dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut
sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran
pseudopositif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa tersebut
menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai
benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma
karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel
radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran
cairan bola mata. (1,2)
Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk katarak senilis dapat berupa katarak diabetik, katarak komplikata dan katarak traumatik.
a.
Katarak diabetes merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit
diabetes mellitus. Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan
sistemik, seperti salah satunya pada penyakit diabetes mellitus. Katarak
pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk:
- Pasien
dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa
akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila
dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila
tejadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.
- Pasien diabetes
juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada
kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring
subkapsular.
- Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran
secara histopatologi dan biokimia sama dengan katarak pasien
nondiabetik. Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keaaan
hiperglikemia terdapat penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. (1)
Pada
mata terlihat peningkatkan insidens maturasi katarak yang lebih pada
pasien diabetes. Jarang ditemukan “true diabetic” katarak. Pada lensa
akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih
dengan pengobatan. Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah
gula puasa. Galaktosemia pada bayi akan memperlihatkan kekeruhan
anterior dan subkapsular posterior. Bila dilakukan tes galaktosa akan
terlihat meningkat di dalam darah dan urin.
b. Katarak komplikata
merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses
degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, tumor
intraocular, iskemia ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos,akibat
suatu trauma dan pasca bedah mata.
Katarak komplikata dapat juga
disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin(diabetes melitus,
hipoparatiroid,galaktosemia,dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (
tiotepa intravena, steroid local lama, steroid sistemik, oral
kontraseptik dan miotika antikolinesterase ). Katarak komplikata
memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya didaerah bawah
kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapay difus, pungtata, linear,
rosete, reticulum dan biasanya terlihat vakuol.
Dikenal 2
bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada polus posterior mata
dan akibat kelainan pada polus anterior bola mata. Katarak pada polus
posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa,
ablasi retina, kontusio retina dan myopia tinggi yang mengakibatkan
kelainan badan kaca. Biasanya kelainan ini berjalan aksial dan tidak
berjalan cepat didalam nucleus, sehingga sering terlihat nucleus lensa
tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi retina memberikan
gambaran agak berlainan. Katarak akibat kelainan polus anterior bola
mata biasanya diakibatkan oleh kelainan kornea berat, iridoksiklitis,
kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridoksiklitis akan mengakibatkan
katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaucoma akan
terlihat katarak disiminata pungtata subkapsular anterior (katarak
Vogt). Katarak komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani
infantile, hipoparatiroidisma. Pada lensa terlihat kekeruhan titik
subkapsular yang sewaktu – waktu menjadi katarak lamellar. Pada
pemeriksaan darah terlihat kadar kalsium turun.
c. Katarak
traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau
trauma tumpul terhadap bola mata. Sebagian besar katarak traumatik
dapat dicegah.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda
asing, karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan
kadang-kadang korpus vitreum masuk dalam struktur lensa. Pasien mengeluh
penglihatan kabur secara mendadak. Mata jadi merah, lensa opak, dan
mungkin disertai terjadinya perdarahan intraokular. Apabila humor aqueus
atau korpus vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak.
Penyulit adalah infeksi, uveitis, ablasio retina dan glaukoma.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pada katarak adalah tindakan pembedahan. Pengobatan yang diberikan
biasanya hanya memperlambat proses, tetapi tidak menghentikan proses
degenerasi lensa. Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk menghambat
proses katarak adalah vitamin dosis tinggi, kalsium sistein, iodium
tetes.
Tindakan pembedahan dilakukan dengan indikasi:
1.
Indikasi optik : pasien mengeluh gangguan penglihatan yang mengganggu
kehidupan sehari-hari , dapat dilakukan operasi katarak.
2. Indikasi
medis : Kondisi katark harus dioperasi diantaranya katarak hipermatur,
lensa yang menginduksi glaukoma, lensa yang menginduksi uveitis,
dislokasi/subluksasi lensa, benda asing intraretikuler, retinopati
diabetik, ablasio retina atau patologi segmen posterior lainnya.
3.
Indikasi kosmetik : Jika kehilangan penglihatan bersifat permanen
karena kelainan retina atau saraf optik, tetapi leukokoria yang
diakibatkan katarak tidak dapat diterima pasien, operasi dapat dilkukan
meskipun tidak dapat mengembalikan penglihatan.
Pembedahan katarak dapat dilakukan dengan beberapa cara:(1,12)
a. EKIK (Ekstraksi Katarak Intrakapsular)
Ekstraksi katarak intrakapsular, yaitu mengeluarkan lensa
bersama dengan kapsul lensa.. ICCE masih sangat bermanfaat pada
kasus-kasus yang tidak stabil, katarak intumesen, hipermatur dan katarak
luksasi. ICCE juga masih lebih dipilih pada kasus dimana zonula zini
tidak cukup kuat sehingga tidak memungkinkan menggunakan ECCE.
Kontraindikasi absolut ICCE adalah katarak pada anak-anak dan dewasa
muda dan ruptur kapsul akibat trauma. Kontraindikasi relatif adalah
miopia tinggi, sindrom Marfan dan katarak morgagni. Keuntungan
pembedahan ICCE ini adalah: tidak akan terjadi katarak sekunder, karena
lensa seluruhnya sudah diangkat. Kerugian ICCE dibanding ECCE sangat
signifikan. Insisi ICCE yang lebih luas yaitu 160-180o (12-14 mm),
berhubungan dengan beberapa resiko, seperti: penyembuhan yang lama,
cenderung menimbulkan astigmatisme, kebocoran luka pos operasi,
inkarserasi iris dan vitreus. Komplikasi selama operasi dapat terjadi
trauma pada endotel kornea. Komplikasi pasca operaasi adalah cystoid
macular edema (CME), edema kornea, vitreus prolaps dan endoftalmitis.
(1,12)
b. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)
Ekstraksi katarak ekstrakapsular, yaitu mengeluarkan isi lensa
(korteks dan nukleus) melalui kapsul anterior yang dirobek (kapsulotomi
anterior) dengan meninggalkan kapsul posterior. Operasi katarak ini
adalah merupakan tehnik operasi untuk katarak Imatur/matur yang nukleus
atau intinya keras sehingga tidak memungkinkan dioperasi dengan tehnik
fakoemulsifikasi. Insisi kornea lebih kecil daripada ICCE (kira-kira
5-6mm) sehingga proses penyembuhan lebih cepat sekitar seminggu. Karena
kapsul posterior yang utuh, sehingga dapat dilakukan penanaman lensa
intraokular (IOL). Mengurangi resiko CME dan edema kornea. Kerugiannya
berupa membutuhkan alat yang lebih sukar dibandingkan ICCE. Penyulit
pada teknik ini berupa adanya ruptur kapsul posterior, prolaps badan
kaca, hifema, peningkatan tekanan intraokular, endofthalmitis, katarak
sekunder. (1,12)
c. Fakoemulsifikasi
Ekstraksi lensa dengan fakoemulsifikasi, yaitu teknik operasi
katarak modern menggunakan gel, suara berfrekuensi tinggi, dengan
sayatan 3 mm pada sisi kornea. Fakoemulsifikasi adalah tehnik operasi
katarak terkini. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil
(sekitar 2-3 mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phaco akan menyedot massa
katarak yang telah hancur tersebut sampai bersih. Sebuah lensa Intra
Ocular (IOL) yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Untuk lensa lipat (foldable lens) membutuhkan insisi sekitar 2.8 mm,
sedangkan untuk lensa tidak lipat insisi sekitar 6 mm. Karena insisi
yang kecil untuk foldable lens, maka tidak diperlukan jahitan, akan
pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan dengan cepat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari.(1,12)
Indikasi teknik
fakoemulsifikasi berupa calon terbaik pasien muda dibawah 40-50 tahun,
tidak mempunyai penyakit endotel, bilik mata dalam, pupil dapat
dilebarkan hingga 7 mm. Kontraindikasinya berupa tidak terdapat hal –
hal salah satu diatas, luksasi atau subluksasi lensa. Prosedurnya dengan
getaran yang terkendali sehingga insiden prolaps menurun. Insisi yang
dilakukan kecil sehingga insiden terjadinya astigmat berkurang dan edema
dapat terlokalisasi, rehabilitasi pasca bedahnya cepat, waktu operasi
yang relatif labih cepat, mudah dilakukan pada katarak hipermatur.
Tekanan intraokuler yang terkontrol sehingga prolaps iris, perdarahan
ekspulsif jarang. Kerugiannya berupa dapat terjadinya katarak sekunder
sama seperti pada teknik EKEK, sukar dipelajari oleh pemula, alat yang
mahal, pupil harus terus dipertahankan lebar, endotel ’loss’ yang besar.
Penyulit berat saat melatih keterampilan berupa trauma kornea, trauma
iris, dislokasi lensa kebelakang, prolaps badan kaca. Penyulit pasca
bedah berupa edema kornea, katarak sekunder, sinekia posterior, ablasio
retina.
Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman.
Setelah pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada
mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang serius. Untuk
mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan,
selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau
salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya
menggunakan pelindung mata sampai luka pembedahan sembuh.
Komplikasi
Komplikasi
yang dapat terjadi pada katarak tergantung stadiumnya. Pada stadium
imatur dapat terjadi glaukoma sekunder akibat lensa yang mencembung,
sehinnga mendorong iris dan terjadi blokade aliran aqueus humor.
Sedangkan pada stadium hipermatur dapat terjadi glaukoma sekunder akibat
penymbatan kanal aliran aquous humor oleh masa lensa yang lisis, dan
dapat juga terjadi uveitis fakotoksi.
Komplikasi juga dapat
diakibatkan pasca operasi katarak, seperti ablasio retina, astigmatisma,
uveitis, endoftalmitis, glaukoma, perdarahan, dan lainnya. (1,2)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. Hlm 172-3, 199, 200-13.
2.
Ilyas Sidarta; Taim Hilman; et al. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum
dan Mahasiswa kedokteran, edisi kedua. Jakarta: Sagung seto, 2002. Hlm
143-55, 159-65
3. Javitt JC. Health Sector Priorities Review:
Cataract. Suggeted citation: Jamiston DT, & Mosley WH (ed), Disease
Control Priorities in Developing Countries. New York : August, 1991.
4.
Inovatif Kebutaan Departemen Kesehatan. Pengembangan Fungsi RS Mata
Cicendo Sebagai Rujukan Nasional. IGP. RS. Mata Cicendo Bandung, 1996.
5.
Daniel. Suspensi Oftalmik untuk Katarak Senilis. Artikel dalam Majalah
Farmasia. Edisi Juni 2008. Vol.7 No.11. dapat diakses
elalui:http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news_print.asp
6. Schlote T. Pocket Atlas of Ophthalmology.Stuttgart New-York: 2006.p 126-33
7. U.S. DHEW, NIH. Interim reports of the National Advisory Eye Council. Support for vision research, 1976; 20-22.
8.
Cofie G, Tenkorang J, Thomson I. Blindness in Ghana - a hospital-based
survey. Community eye health. An International bulletin to promote eye
health worldwide, issue no 7 1991
9. Glynn RJ, Christen W, Manson JE,
Bernheimer J, Hennekens CH. Body Mass Index. An Independent Predictor
of Cataract. Arch Ophthalmol 1995; 113 : 1131-7.
10. Hiller R,
Sperduto RD, Ederer F. Epidemiologic Associations With Cataract in The
1971-1972 National Health and Nutrition Examination Survey. Am J
Epidemiol 1983; 118 : 239-49.
11. Sheila W, Beatrize M, Oliver DS,
Susan V, Maureen M, Hugh RT, Neil RT. Cigarette smoking ang Risk for
Progression of Neclear Opacities. Arch Ophthalmol 1995.
12. Azhar Z, Akmam SM. Katarak dan Perkembangan Operasinya. Cermin Dunia Kedokteran No. 21, 1981. Hal 26-7
13.
Vaugan daniel, Taylor asbury, Paul riordan-eva; Alih bahasa Jan
Tamboyang, Braham U Pendit; Editor, Y. Joko suyono. Oftalmologi Umum. Ed
14. Jakarta: Widya Medika.2000.hal 175-83
14. Wong tien YN, ” Uvetis Systemic and Tumots” , The Opthlmolgy Examinations Review, Wrld Scientific, Singapura:2001. P321-323
15. Brewerton DA, Caffrey M, Nicholls A. Acute anterior uveitis and HLA-B27, Lancet 1973; 2: 41-5.
Komentar
Posting Komentar