ICD X Bahasa Indonesia
Bab I. A00-B99
penyakit-penyakit infeksi dan parasit tertentu
Bab ini berisi penyakit-penyakit yang
umumnya dikenal sebagai penyakit menular.
Hal-hal penting pada bab
ini:
Bab ini adalah satu dari bab-bab terbesar
ICD-10, terbagi atas 21 blok, dengan kategori berkisar dari A00 to B99.Dari 200
kategori yang tersedia, 171 telah digunakan. Terdapat lima eksklusi yang berada pada level bab.
Penggunaan modifier “certain” atau
“tertentu” pada judul menunjukkan bahwa beberapa penyakit infeksi dan parasit
diklasifikasikan di tempat lain.
Perhatikan bahwa terdapat beberapa
pengecualian terhadap eksklusi. Mereka berhubungan dengan tetanus obstetri dan
neonatus, sifilis kongenital, infeksi gonokokus perinatal, serta penyakit HIV
obstetrik dan neonatus.
Terdapat sebuah aturan mengenai dugaan asal-usul
infeksi atau bukan infeksi pada diare, yang tergantung pada negara tempat diare
ini didapatkan. Aturan ini hanya berlaku kalau tidak ada penjelasan mengenai
apakah diare ini asalnya infeksi atau bukan. Kalau diare dianggap bukan infeksi,
kodenya K52.9 (pada bab Penyakit-penyakit Sistem Pencernaan). Kalau diare
dianggap infeksi, ia dikode pada bab I.
Ketika mengkode tuberkulosis, kategori
A15-A16 menunjukkan apakah tuberkulosis ini telah dipastikan dan metode apa
yang digunakan untuk pemastiannya, misalnya pemeriksaan sputum di bawah
mikroskop, atau x-ray dada.
Blok B20-B23 memiliki catatan di bagian
awal tentang penggunaan subkategori karakter ke-4. Kategori ini disediakan
untuk penggunaan opsi kalau tidak mungkin dilakukan pengkodean ganda.
Blok B50- B64 menyediakan pedoman melalui
catatan inklusi dan eksklusi mengenai tindakan yang diambil dalam kasus infeksi
plasmodium campuran..
Kode-kode B90-B94
codes digunakan kalau kondisi yang diobati merupakan sekuel dari penyakit
infeksi
B95-B97 merupakan blok kode tambahan yang
memungkinkan organisme infeksi dicatat sebagai penyebab kondisi yang
diklasifikan terutama pada bab lain. Kode-kode tidak boleh digunakan untuk
kondisi perimer/utama, karena mereka adalah kode tambahan atau pelengkap.
Gunakan kode tambahan (U82-U85) bila perlu,
untuk identifikasi resistensi terhadap obat antimikroba.
Mencakup: Penyakit-penyakit
yang umumnya dianggap menular
Kecuali: Carrier atau diduga carrier penyakit
menular (Z22.-)
Infeksi lokal tertentu – lihat bab tentang
sistem tubuh
Penyakit infeksi dan parasit yang
mempersulit kehamilan, persalinan dan nifas [kecuali tetanus obstetri] (O98.-).
Penyakit infeksi dan parasit yang khusus
pada masa perinatal [kecuali tetanus neonatorum, sifilis kongenital, infeksi
gonokokus perinatal dan penyakit HIV perinatal] (P35-P39).
Influenza dan infeksi pernafasan akut
lainnya (J00-J22)
Bab ini berisi blok-blok sebagai berikut:
Penyakit-penyakit akibat bakteria,
chlamydia, dan rickettsia
A00-A09 Penyakit infeksi usus
A15-A19 Tuberculosis
A20-A28 Penyakit bakteri zoonotik tertentu
A30-A49 Penyakit bakteri lainnya
A50-A64 Infeksi dengan penularan terutama
melalui hubungan seksual
A65-A69 Penyakit akibat spirochaeta lainnya
A70-A74 Penyakit lain akibat chlamydia
A75-A79 Rickettsioses
Penyakit-penyakit akibat infeksi virus
A80-A89 Infeksi virus sistem syaraf pusat
A90-A99 Demam akibat virus asal-arthropoda dan
demam berdarah akibat virus
B00-B09 Infeksi virus yang khas dengan lesi
kulit dan membran mukosa
B15-B19 Hepatitis virus
B20-B24 Penyakit human immunodeficiency virus
[HIV]
B25-B34 Penyakit virus lainnya
Penyakit-penyakit akibat jamur, protozoa, cacing,
dan kutu
B35-B49 Mikosis
B50-B64 Penyakit akibat protozoa
B65-B83 Penyakit akibat cacing (helminthiases)
B85-B89 Pediculosis, acariasis dan infestasi
lainnya
Hal-hal lain
sehubungan dengan penyakit infeksi dan parasit
B90-B94 Sequelae penyakit-penyakit infeksi dan
parasit
B95-B98 Bakteria, virus dan agen infeksi
lainnya
B99 Penyakit-penyakit menular
lainnya
Penyakit-penyakit
infeksi pada usus (A00-A09)
A00 Cholera
Cholera adalah
infeksi akut yang melibatkan semua bagian usus halus, khas dengan berak encer
yang sangat banyak, muntah, kejang otot, dehidrasi, oliguria, dan pingsan.
Penularannya melalui makan dan minum bahan yang tercemar dengan kotoran orang
yang terinfeksi Vibrio cholerae
serogroup 01.
Masa inkubasi
adalah 1-3 hari, yang bisa memberikan gejala ringan atau berat, disusul oleh
diare mendadak tanpa nyeri yang bisa mencapai 1 liter/jam. Kehilangan cairan
dan elektrolit akibat toksin kuman ini merupakan penyebab gejala yang lebih
berat. Pengobatan terutama dengan mengganti cairan dan elektrolit sesegera
mungkin, dan antibiotika.
A00.0 Cholera
akibat Vibrio cholerae 01, biovar cholerae
Cholera
klasik
A00.1 Cholera
akibat Vibrio cholerae 01, biovar eltor
Cholera
El Tor
A00.9 Cholera,
tidak dijelaskan
A01 Demam typhoid and paratyphoid
Salmonella adalah penyebab utama penyakit diare di seluruh
dunia. Kelompok yang menyerang manusia dan adalah Salmonella typhi, S.
paratyphi A, B, dan C, serta S.
sendai.
Salmonella typhi dan S.
paratyphi menyebabkan demam tifoid dan paratifoid yang khas dengan demam,
lemah, nyeri perut, dan kulit kemerahan. Keadaan ini disebut juga demam usus
(‘enteric fever’). Penularannya melalui makanan yang tercemar oleh kotoran atau
urin penderita, menembus dinding usus ke kelenjar limfe dan masuk ke aliran
darah.
Masa inkubasi
8-14 hari, dan gejala diawali oleh demam, sakit kepala, nyeri sendi, radang
tenggorokan, konstipasi, anoreksia, nyeri dan nyeri tekan perut. Gejala ini
bisa diikuti dysuria, batuk kering, dan epistaxis. Suhu tubuh 39-40oC
selama 10-14 hari, menurun pada minggu ketiga. Gejala sistem syaraf pusat
adalah delirium, stupor, atau koma.
Nekrosis jaringan
usus bisa terjadi, di samping ulkus, perdarahan dan perforasi usus. Kuman yang
beredar di darah menyebabkan infeksi organ seperti osteomyelitis, endocarditis,
meningitis, abses jaringan lunak, glomerulonefritis, dan radang daerah
reproduksi.
A01.0 Typhoid
fever
Infeksi
oleh Salmonella typhi
A01.1 Paratyphoid
fever A
A01.2 Paratyphoid
fever B
A01.3 Paratyphoid
fever C
A01.4 Paratyphoid
fever, tak dijelaskan
Infeksi
oleh S. paratyphi NOS
A02 Infeksi
salmonella lainnya
Termasuk: Infeksi atau keracunan makanan oleh Salmonella selain S. typhi
dan S. paratyphi
A02.0 Enteritis
Salmonella
Salmonellosis
A02.1 Sepsis
Salmonella
A02.2 Infeksi
salmonella terlokalisir
meningitis
salmonella † (G01*),
pneumonia
salmonella † (J17.0*),
arthritis
salmonella † (M01.3*),
osteomyelitis
salmonella † (M90. 2*),
penyakit
tubulo-interstitial ginjal salmonella † (N16.0*)
A02.8 Infeksi
salmonella lain yang dijelaskan
A02.9 Infeksi
salmonella, tidak dijelaskan
A03 Shigellosis
Shigellosis
adalah infeksi akut usus akibat Shigella,
yang tersebar di seluruh dunia. Jenis yang paling umum adalah Shigella flexneri (B) dan S. sonnei (D), disusul oleh S. boydii (C) dan yang paling ganas, S. dysenteriae (A). Penyebarannya
melalui makanan yang tercemar oleh kotoran. Disentri basiler akibat Shigella
paling umum pada anak-anak di daerah endemi, sedangkan orang dewasa agak lebih
tahan terhadap serangannya.
Shigella
menembus mukosa kolon dan ujung ileum, menyebabkan sekresi lendir, hiperemia,
infiltrasi lekosit, edema, dan ulkus dangkal mukosa. Gejalanya berupa diare
encer yang disusul gejala disentri berupa sakit perut, mual dan muntah, serta
berak bercampur lendir, darah dan pus. Pengobatan dengan penggantian cairan
tubuh dan pemberian antibiotika.
A03.0 Shigellosis
akibat S. dysenteriae; Group A [dysentery Shiga-Kruse]
A03.1 Shigellosis
akibat Shigella flexneri; Group B
A03.2 Shigellosis
akibat Shigella boydii; Group C
A03.3 Shigellosis
akibat Shigella sonnei; Group D
A03.8 Shigellosis
lain
A03.9 Shigellosis,
tidak dijelaskan; disentri basiler NOS
A04 Infeksi
usus akibat bakteri lainnya
Escherichia
coli biasanya tinggal di saluran pencernaan. Kalau
pembatas anatomis yang menghalanginya rusak, ia menyebar ke struktur sekitar
atau memasuki aliran darah. Situs yang paling sering diserang E. coli adalah saluran kemih yang
dimasuki dari luar; di samping yang dari dalam seperti hati dan empedu,
peritoneum, kulit, dan paru-paru.
Kecuali: keracunan makanan, diklasifikasi di tempat lain
enteritis
tuberkulosa (A18.3)
A04.0 Infeksi
E. coli enteropathogenik
A04.1 Infeksi
E. coli enterotoxigenik
A04.2 Infeksi
E. coli enteroinvasif
A04.3 Infeksi
E. coli enterohaemorrhagik
A04.4 Infeksi
E. coli lain pada usus;
Enteritis
Escherichia coli NOS
A04.5 Enteritis
Campylobacter
A04.6 Enteritis
akibat Yersinia enterocolitica
Kecuali: yersiniosis extraintestinum (A28.2)
A04.7 Enterokolitis
akibat Clostridium difficile
Keracunan
makanan akibat Clostridium difficile
A04.8 Infeksi
usus akibat bakteri lain yang dijelaskan
A04.9 Infeksi
usus akibat bakteri, tidak dijelaskan;
Enteritis
bakteri NOS
A05 Keracunan makanan akibat bakteri lain, yang
tidak diklasifikasi di tempat lain
Keracunan
makanan oleh enterotoksin (racun yang menyerang usus) kuman menyebabkan
gastroenteritis, misalnya akibat V. cholerae
atau non-cholerae, E. coli, staphylococcus, Clostridium.
botulinum, Cl. perfringens, salmonella, dsb.
Keracunan stafilokokus menyebabkan muntah, diare,
sakit perut, kadang-kadang demam dan sakit kepala. Keracunan Cl. botulinum memberi gejala syaraf yang
dimulai dari kelemahan syaraf kepala, lalu diikuti syaraf spinal. Gejala antara
lain mual, muntah dan sakit perut, disusul mulut kering, diplopia,
blepharoptosis dan penurunan refleks pupil.
Keracunan
makanan oleh Cl. perfringens biasanya
ringan, namun sakit perut, diare berat, penumpukan gas dan perut kembung bisa
menyebabkan kolaps.
Kecuali: keracunan makanan dan infeksi akibat salmonella (A02.-)
infeksi
E. coli (A04.0-A04.4); listeriosis (A32.-);
efek
toxik makanan beracun (T61-T62)
A05.0 Keracunan
makanan akibat staphylococcus
A05.1 Botulismus
Keracunan
makanan klasik akibat Clostridium
botulinum
A05.2 Keracunan
makanan akibat Cl. perfringens [Cl. welchii];
Enteritis
necroticans; Pig-bel
A05.3 Keracunan
makanan akibat Vibrio parahaemolyticus
A05.4 Keracunan
makanan akibat Bacillus cereus
A05.8 Keracunan
makanan akibat kuman lain yang dijelaskan
A05.9 Keracunan
makanan akibat kuman, tidak dijelaskan
A06 Amoebiasis
Amoebiasis
adalah infeksi kolon oleh protozoa Entamoeba
histolytica. Biasanya tanpa gejala, tapi bisa berupa diare ringan sampai
disentri. Penularan melalui kontak makanan dengan kotoran manusia. Bentuknya
bisa berupa trofozoit hidup yang mudah mati, atau kista yang sangat menular.
Kista akan menghasilkan trofozoit di usus halus yang kemudian dibawa ke kolon,
cecum dan appendix.
Trofozoit
menembus mukosa kolon, membentuk abses-abses kecil yang kemudian menyatu dan
merusak jaringan sehingga terjadi perdarahan, edema dan ulkus. Mereka bisa
dibawa vena porta ke hati dan membentuk abses hati, atau menyebar ke paru-paru
dan pleura kanan. Penularan melalui darah bisa mencapai paru-paru, perikardium
dan otak. Gejala bisa berupa diare atau konstipasi, kembung, nyeri perut, berak
berlendir dan berdarah, dan nyeri tekan di hati. Pengobatan mencakup kemoterapi
dan penggantian darah, cairan dan elektrolit.
Termasuk:: infeksi
akibat Entamoeba histolytica
Kecuali: penyakit usus lain akibat
protozoa (A07.-)
A06.0 Disentri
amubik akut;
Amubiasis
akut,
Amubiasis
usus NOS
A06.1 Amubiasis
usus kronis
A06.2 Kolitis
amuba non-disentri
A06.3 Amuboma
usus;
Amuboma
NOS
A06.4 Abses
hati akibat amuba;
Amubiasis
hati
A06.5† Abses
paru-paru akibat amoeba (J99.8*);
Abses
paru (dan hati)
A06.6† Abses
otak amuba (G07*);
Abses
amuba otak (dan hati) (dan paru-paru)
A06.7 Amubiasis
kulit
A06.8 Infeksi
amuba di situs lain;
Appendisitis
amuba,
Balanitis
amuba † (N51.2*)
A06.9 Amubiasis,
tak dijelaskan
A07 Penyakit
usus akibat protozoa lainnya
Penyakit protozoa usus lain balantidiasis,
giardiasis, dan kriptosporidiosis. Balantidiasis akibat Balantidium coli menyebabkan ulkus dinding usus, diare, dan
disentri. Giardiasis (lambliasis) akibat Giardia
lamblia menyebabkan gangguan penyerapan lemak sehingga timbul diare. Kriptosporidiosis
akibat Cryptosporidia berupa diare
akut tapi berlangsung singkat. Isospora
dan protozoa lain juga dapat menimbulkan gejala pada saluran pencernaan.
A07.0 Balantidiasis
Disentri
balantidia
A07.1 Giardiasis
[lambliasis]
A07.2 Cryptosporidiosis
A07.3 Isosporiasis
Infeksi
Isospora belli dan I. hominis;
Coccidiosis
usus
Isosporosis
usus
A07.8 Penyakit
usus akibat protozoa lain yang dijelaskan
Trichomoniasis
usus
Sarkositosis
Sarkosporidiosis
A07.9 Penyakit
usus akibat protozoa, tidak dijelaskan
Diare
flagellata
Kolitis
protozoa, diare protozoa, disentri protozoa.
A08 Infeksi usus oleh virus dan infeksi lain
yang dijelaskan
Virus adalah
parasit terkecil, partikel molekul intrasel, yang memiliki inti asam nukleat
dan dilapisi protein, yang tergantung pada sel (bakteri, tanaman, hewan) untuk
reproduksi. Virus group enterik terbagi atas kategori poliomyelitis,
coxsackievirus, echovirus dan enterovirus, dan virus gastroenteritis epidemik.
Kategori terakhir ini yang memberikan gejala pada saluran pencernaan berupa
mual dan muntah, dan bisa berupa rotavirus, “Norwalk” agents, astrovirus,
adenovirus tipe 40 dan 41, calicivirus, dan agen-agen mirip coronavirus.
Kecuali: Influenza yang
melibatkan saluran pencernaan (J09, J10.8, J11.8)
A08.0 Enteritis
akibat rotavirus
A08.1 Gastroenteropati
akut akibat Norwalk agent;
Enteritis
virus dengan struktur kecil bulat
A08.2 Enteritis
adenovirus
A08.3 Enteritis
virus lainnya
A08.4 Infeksi
usus oleh virus, tidak dijelaskan
Enteritis
NOS, gastroenteritis NOS, gastroenteropati NOS akibat virus.
A08.5 Infeksi
usus lain yang dijelaskan
A09 Gastroenteritis dan kolitis lain yang asalnya
infeksi dan tidak dijelaskan
Kecuali: akibat bakteri, protozoa,
virus dan agen menular lain yang dijelaskan (A00-A08);
diare
non-infeksi (K52.9),
diare
non-infeksi neonatus (P78.3)
A09.0 Gastroenteritis
dan kolitis lain yang asalnya infeksi
Catarrh,
enterik atau intestinal
Diarrhoea:
berdarah akut, encer akut, disenteri, epidemi
Colitis,
enteritis, gastroenteritis: NOS, perdarahan
Diare
infeksi NOS
A09.0 Gastroenteritis
dan kolitis yang tidak dijelaskan
Tuberkulosis (A15-A19)
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi akut atau
kronis akibat Mycobacterium tuberculosis,
dan kadang-kadang oleh M. bovis.
Penyakit ini khas dengan keseimbangan antara ketahanan tubuh dan infeksi, fokus
infeksi (di dalam atau di luar paru-paru) bisa aktif kembali kapan saja, dan
sering setelah periode laten yang cukup lama. Fokus TB memiliki tuberkel berisi
sel-sel raksasa dan epitelioid, cenderung fibrosis, dan perkejuan (caseation)
yaitu nekrosis yang tidak mencair.
Infeksi dengan menghirup
bulir cairan (droplet) yang dikeluarkan batuk dan mengering di udara. Piring
dan sprei juga sumber penularan yang penting. Pada M. bovis, susu sapi menjadi sumber penyebaran. Pekerja laboratorium
bisa terinfeksi melalui inokulasi langsung.
Tubuh yang belum
disensitisasi tidak memiliki pertahanan terhadap TB. Infeksi biasa dimulai pada
paru-paru bagian bawah dan tengah, kuman menyebar ke kelenjar limfe, terus ke
aliran darah dan seluruh tubuh. Dalam 4-10 minggu timbul hipersensitivitas
tuberkulin, area pneumonitis kecil, perbanyakan kuman dihambat, dan infeksi
terhenti.
Perkembangan
infeksi selanjutnya tergantung pada usia dan intensitas kontak. Kasus yang
paling menular adalah yang sputumnya mengandung kuman. Infeksi paling mudah
mengenai bayi, disusul oleh anak-anak dan remaja. Pada usia tua kemungkinan
terinfeksi kembali meningkat.
Termasuk:: infeksi
oleh Mycobacterium tuberculosis dan M. bovis
Kecuali: sequel
TB (B90.-), TB kongenital (P37.0)
pneumokoniosis
dengan TB (J65), silicotuberculosis (J65)
penyakit
HIV yang menyebabkan tuberkulosis (B20.0)
A15 TB pernafasan, dipastikan secara
bakteriologis dan histologis
A15.0 TB
paru, dipastikan oleh mikroskopis sputum dengan atau tanpa kultur.
Bronkiektasia
TB, fibrosis paru TB, pneumonia TB , pneumothoraks TB,
dipastikan oleh mikroskopis sputum dengan atau tanpa kultur
dipastikan oleh mikroskopis sputum dengan atau tanpa kultur
A15.1 TB
paru, dipastikan oleh kultur saja
Kondisi
pada A15.0, dipastikan oleh kultur saja
A15.2 TB
paru, dipastikan secara histologis
Kondisi
pada A15.0, dipastikan secara histologis
A15.3 TB
paru, dipastikan melalui cara yang tidak dijelaskan
Kondisi
pada A15.0, dipastikan tapi tidak jelas secara bakteriologis atau histologis
A15.4 TB
kelenjar limfe intratoraks, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
TB
kelenjar limfe hilus, mediastinum, trakheobronkus,
dipastikan secara bakteriologis dan histologis
dipastikan secara bakteriologis dan histologis
Kecuali:
dinyatakan primer (A15.7)
A15.5 TB
larings, trakhea, glottis dan bronkus, dipastikan secara bakteriologis dan
histologis
TB
bronkus, glottis, larings, trakhea, dipastikan secara bakteriologis dan
histologis
A15.6 Pleuritis
TB, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
TB
pleura, empyema TB, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
Kecuali:
TB pernafasan primer, dipastikan bakteriologis dan histologis (A15.7)
A15.7 TB
pernafasan primer, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
A15.8 TB
pernafasan lain, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
TB
mediastinum, nasofarings, hidung, sinus hidung,
dipastikan secara bakteriologis dan histologis
dipastikan secara bakteriologis dan histologis
A15.9 TB
pernafasan yang tidak dijelaskan, dipastikan secara bakteriologis dan
histologis
A16 TB pernafasan, tidak dipastikan secara
bakteriologis atau histologis
A16.0 TB
paru, secara bakteriologis dan histologis negatif.
Bronkiektasia
TB, fibrosis paru TB, pneumonia TB , pneumothoraks TB,
secara bakteriologis dan histologis negatif.
secara bakteriologis dan histologis negatif.
A16.1 TB
paru, pemeriksaan bakteriologis dan histologis tidak dilakukan
Kondisi
pada A16.0, pemeriksaan bakteriologis dan histologis tidak dilakukan
A16.2 TB
paru, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis
TB
paru, bronkiektasia TB, fibrosis paru TB, pneumonia TB , pneumothoraks TB, NOS
(tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
A16.3 TB
kelenjar limfe intratoraks, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau
histologis
TB
kelenjar limfe hilus, intratoraks, mediastinum, trakheobronkus,
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
Kecuali:
dinyatakan primer (A15.7)
A16.4 TB
larings, trakhea, glottis dan bronkus, tanpa disebutkan konfirmasi
bakteriologis atau histologis
TB
bronkus, glottis, larings, trakhea,
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
A16.5 Pleuritis
TB, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis
TB
pleura, empyema TB, pleuritis TB,
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
Kecuali:
TB pernafasan primer, dipastikan bakteriologis dan histologis (A15.7)
A16.7 TB
pernafasan primer, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis
TB
pernafasan primer NOS
Kompleks
TB primer
A16.8 TB
pernafasan lain, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis
TB
mediastinum, nasofarings, hidung, sinus hidung,
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
A16.9 TB
pernafasan yang tidak dijelaskan, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis
atau histologis
TB
pernafasan NOS
Tuberkulosis
NOS
A17† TB sistem syaraf
A17.0† Meningitis
TB(G01*)
TB
meningen, leptomeningitis TB
A17.1† Tuberkuloma
meningen (G07*)
A17.8† TB
lain sistem syaraf
Meningoensepfalitis
TB (G05.0*), myelitis TB (G05.0*),
Tuberkuloma
otak atau medulla spinalis, TB otak atau medulla spinalis (G07*),
Abses
TB otak (G07*),
Polyneuropathy
TB (G63.0*)
A17.9† TB
sistem syaraf, tidak dijelaskan (G99.8*)
A18 TB
organ lain
A18.0† TB
tulang dan sendi
TB
panggul (M01.1*), TB lutut (M01.1*), arthritis TB (M01.1*),
TB
kolom vertebra (M49.0*), Synovitis TB (M68.0*), tenosynovitis TB (M68.0*)
Mastoiditis
TB (H75.0*),
Osteitis
TB (M90.0*), osteomyelitis TB (M90.0*), nekrosis TB tulang (M90.0*),
A18.1 TB
sistem genitourinarius
TB
ginjal † (N29.1*), TB ureter † (N29.1*), TB bladder † (N33.0*),
TB
organ genital pria † (N51.-*),
TB
cervix † (N74.0*),
Pelvic
inflammatory disease TB wanita † (N74.1*)
A18.2 Limfadenopati
perifer TB,
Adenitis
TB
Kecuali:
Adenopati trakheobronkus TB, TB
kelenjar limfe intratoraks (A15.4, A16.3)
TB
kelenjar limfe mesenterik dan retroperitoneum (A18.3),
A18.3 TB
usus, peritoneum, dan kelenjar mesenterika
Asites
TB, TB kelenjar limfe retroperitoneum
Peritonitis
TB† (K67.3*)
TB
anus dan rektum†, TB usus (halus, besar)†, enteritis TB† (K93.0*),
A18.4 TB
kulit dan jaringan subkutis
Erythema
induratum TB, scrofuloderma
Lupus
exedens, lupus vulgaris NOS,
Lupus
vulgaris kelopak mata† (H03.1*),
Kecuali:
lupus erythematosus (L93.-),
lupus
erythematosus systemic (M32.-)
A18.5 TB
mata
Episcleritis
TB † (H19.0*),
Keratitis
interstitialis TB (H19.2*), keratoconjunctivitis TB † (H19.2*)
Iridocyclitis
TB † (H22.0*),
Chorioretinitis
TB † (H32.0*),
Kecuali:
lupus vulgaris kelopak † (A18.4)
A18.6 TB
telinga
Otitis
media TB † (H67.0*)
Kecuali:
TB mastoiditis (A18.0†)
A18.7† TB
kelenjar adrenal (E35.1*),
Penyakit
Addison pada TB
A18.8 TB
organ lain yang dijelaskan:
TB
kel. tiroid † (E35.0*),
TB
perikardium † (I32.0*), TB endokardium † (I39.8*),
TB
miokardium † (I41.0*), Arteritis serebri TB† (I68.1*)
TB
esofagus † (K23.0*)
A19 TB miliaris
Termasuk: TB disseminata, TB
generalisata, poliserositis TB
A19.0 TB
miliaris akut pada situs tunggal yang disebutkan
A19.1 TB
miliaris akut pada situs ganda
A19.2 TB
miliaris akut, tidak dijelaskan
A19.8 TB
miliaris lainnya
A19.9 TB
miliaris, tidak dijelaskan
Penyakit kuman
zoonotik tertentu (A20-A28)
Penyebab: kuman yang biasa hidup pada hewan
dan kemudian ditularkan ke manusia
A20 Plague
Plague adalah
penyakit infeksi akut berat yang dikenal sebagai epidemi Black Death pada abad
pertengahan, akibat Yersinia
(Pasteurella) pestis yang masuk melalui gigitan kutu tikus terinfeksi,
diikuti demam, delirium dan muntah. Jenis yang menonjol adalah bubonic dengan pembesaran padat
kelenjar limfe aksilla atau perineum yang sangat nyeri, kulit di atasnya merah,
hati dan limpa membesar, gelisah dan bingung, dengan kematian 60% dalam 3-5
hari Bentuk pneumonic (pada kelenjar
limfe paru-paru) plague menyebabkan batuk darah dan dapat membunuh penderitanya
dalam 48 jam.
Termasuk: infeksi
akibat Yersinia pestis
A20.0 Bubonic
plague
A20.1 Cellulocutaneous
plague
A20.2 Pneumonic
plague
A20.3 Plague
meningitis
A20.7 Septicaemic
plague
A20.8 Bentuk-bentuk
lain plague
Plague
abortif, Plague asimptomatik
Pestis
minor
A20.9 Plague,
tidak dijelaskan
A21 Tularaemia
Tularemia adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya khas dengan lesi ulseratif lokal, gejala
sistemik yang menonjol, dan keadaan seperti demam tifus, bakteremia, dan
pneumonia. Penyebabnya Francisella
(Pasteurella, Brucella) tularensis yang memasuki tubuh melalui makanan,
inokulasi, atau kontaminasi. Ia bisa menembus kulit yang utuh. Type A yang
ganas hidup pada kelinci, dan type B yang lebih jinak hidup pada tikus.
Empat jenis
klinis tularemia adalah ulceroglandular (87%) dengan lesi utama di tangan dan
jari, oculoglandular dengan infeksi pada mata dan radang pada kelenjar limfe di
sisi tubuh yang sama, glandular dengan limfadenitis regional, mungkin akibat
termakan, dan jenis tifoid dengan nyeri perut dan demam. Gejalanya nyeri kepala
berat, demam tinggi dan pembesaran kelenjar limfe. Kematian 6% pada kasus yang
tidak diobati.
Termasuk: deer-fly fever, infeksi akibat
Francisella tularensis, rabbit fever
A21.0 Ulceroglandular
tularaemia
A21.1 Oculoglandular
tularaemia
Ophthalmic
tularaemia
A21.2 Pulmonary
tularaemia
A21.3 Gastrointestinal
tularaemia
Abdominal
tularaemia
A21.7 Generalized
tularaemia
A21.8 Bentuk-bentuk
lain tularaemia
A21.9 Tularaemia,
tidak dijelaskan
A22 Anthrax
Disebabkan oleh Bacillus anthracis, anthrax sangat
menular pada hewan ternak. Infeksi
pada manusia biasanya melalui kulit, selain menelan dan menghirup sporanya.
Pada infeksi kulit timbul papula, vesikula dan eksudasi. Bisa terjadi
limfadenopati, lemah, myalgia, sakit kepala, demam, mual dan muntah. Jenis
pernafasan paling berbahaya karena spora dengan cepat memperbanyak diri,
diikuti oleh nekrosis pada kelenjar limfe paru-paru, dan menyebar ke meningen
dan otak.
Termasuk: infeksi
akibat Bacillus anthracis
A22.0 Anthrax
kulit
Karbunkel
ganas, pustula ganas
A22.1 Anthrax
pernafasan
Anthrax
inhalasi, Penyakit Ragpicker, Penyakit Woolsorter
A22.2 Anthrax
gastrointestinum
A22.7 Sepsis
anthrax
A22.8 Bentuk-bentuk
lain anthrax
Meningitis
anthrax † (G01*)
A22.9 Anthrax,
tidak dijelaskan
A23 Brucellosis
Brucellosis disebabkan oleh Brucella melitensis (kambing dan domba),
B. suis (caribou), dan B. canis (anjing). Infeksi terjadi akibat
menelan susu atau produk susu (butter dan keju) hewan terinfeksi. Penyakit ini
khas dengan stadium demam akut dengan sedikit tanda lokal, dan stadium kronis
dengan demam naik turun (undulant fever), lemah, dan keringatan, namun jarang
membawa kematian.
Termasuk: Demam:
Malta, Mediterranean,
undulant
A23.0 Brucellosis
akibat B. melitensis
A23.1 Brucellosis
akibat B. abortus
A23.2 Brucellosis
akibat B. suis
A23.3 Brucellosis
akibat B. canis
A23.8 Brucellosis
lain
A23.9 Brucellosis,
tidak dijelaskan
A24 Glanders
and melioidosis
Glanders disebabkan oleh Pseudomonas mallei, yaitu bakteri kuda,
dengan gejala demam tinggi dan radang kelenjar limfe. Melioidosis disebabkan
oleh Ps. pseudomallei melalui kulit
yang lecet; jarang secara langsung dari hewan atau pasien yang terinfeksi.
Gejala yang paling umum pada infeksi pernafasan akut adalah pneumonia
nekrotikans. Pada infeksi septikemik, bisa terjadi kebingungan, sesak nafas,
faringitis, demam tinggi, dan sianosis, serta nyeri hebat pada otot. Kematian
biasanya <10 span="">10>
A24.0 Glanders
Infeksi
akibat Pseudomonas mallei
Infeksi
akibat Burkholderia mallei
Malleus
A24.1 Melioidosis
akut dan fulminant
Melioidosis:
pneumonia, sepsis
A24.2 Melioidosis
subakut dan kronis
A24.3 Melioidosis
lain
A24.4 Melioidosis,
tidak dijelaskan
Infeksi
Pseudomonas pseudomallei NOS;
Infeksi
akibat Burkholderia pseudomallei NOS, Penyakit Whitmore
A25 Rat-bite fevers – demam gigitan tikus
Terdapat dua
jenis demam yang timbul setelah gigitan tikus ini, yaitu spirillosis dan
streptobacillosis. Spirillosis disebabkan oleh Spirillum minus, yang
menimbulkan radang di tempat gigitan 10 hari kemudian, setelah luka gigitan itu
sembuh, diikuti oleh demam berulang dan limfadenitis regional. Jenis streptobacillosis
disebabkan oleh Streptobacillus moniliformis, yang menimbulkan gejala 10 hari
setelah gigitan berupa demam menggigil, muntah, sakit kepala, dan nyeri
punggung dan sendi.
A25.0 Spirillosis
Sodoku
A25.1 Streptobacillosis
Erythema
arthritik epidemik, Demam Haverhill,
Streptobacillary
rat-bite fever
A25.9 Rat-bite
fever, tidak dijelaskan
A26 Erysipeloid
Erysipeloid
adalah infeksi akut kulit akibat Erysipelothrix rhusiopathiae yang biasa
menyerang babi. Infeksi sering melalui luka pada tangan yang mengolah jaringan
hewan ini. Gejala berupa sembab lokal yang mengganggu pekerjaan selama 2-3
minggu.
A26.0 Cutaneous
erysipeloid; Erythema migrans
A26.7 Erysipelothrix
sepsis
A26.8 Bentuk-bentuk
lain erysipeloid
A26.9 Erysipeloid,
tidak dijelaskan
A27 Leptospirosis
Leptospirosis
adalah infeksi akibat Leptospira yang hidup pada hewan piaraan atau liar, yang
menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Kontak terjadi melalui urine, jaringan tubuh, dan tanah atau air. Gejala sakit kepala, nyeri otot, demam dan
menggigil pada fase leptospiremia; disusul oleh fase imun. Pada infeksi berat
bisa terjadi jaundice, azotemia (terdapatnya urea dan komponen nitrogen lain di
darah), perdarahan, gangguan kesadaran dan demam. Gejala pada ginjal berupa
proteinuria, pyuria, dan hematuria.
A27.0 Leptospirosis
icterohaemorrhagica
Leptospirosis
akibat L. interrogans serovar icterohaemorrhagiae
A27.8 Bentuk-bentuk
lain leptospirosis
A27.9 Leptospirosis,
tidak dijelaskan
A28 Penyakit
bakteri zoonotik lain, not elsewhere classified
A28.0 Pasteurellosis
A28.1 Cat-scratch
disease
Cat-scratch
fever
A28.2 Extraintestinal
yersiniosis
Kecuali:
enteritis akibat Y. enterocolitica (A04.6)
plague
(A20.-)
A28.8 Penyakit
bakteri zoonotik lain yang dijelaskan, not elsewhere classified
A28.9 Penyakit
bakteri zoonotik, tidak dijelaskan
Penyakit bakteri lainnya
(A30-A49)
A30 Leprosy
[Hansen's disease]
Lepra adalah penyakit infeksi Mycobacterium leprae, diduga sangat
menular tapi keganasannya rendah dan menyukai daerah tubuh yang lebih sejuk
seperti kulit, membran mukosa dan syaraf perifer. Lesi kulit dan lesi syaraf
perifer mendominasi penemuan klinis awal. Lepra dibagi menurut derajat imunitas
penderitanya.
Lepra indeterminata sulit didiagnosa. Lesi
awal pada kulit biasanya berupa makula berbatas kabur, agak pucat atau
kemerahan dengan diameter 1-2 cm. Ini adalah radang tidak khas yang melibatkan
pembuluh darah, kelenjar keringat dan sebasea, folikel rambut, dan syaraf
kulit. Lesi ini cenderung sembuh spontan, tapi bisa pula menjadi tiga bentuk,
yaitu lepra tuberkuloid (TT), lepromatosa (LL), dan borderline (dimorpheus).
Lepra TT khas dengan lesi kulit yang
awalnya terlokalisir pada kulit atau syaraf perifer. Lesi kulit cenderung besar
berbatas tegas, berjumlah satu atau beberapa, tidak berasa, dan tidak simetris.
Respons radang sangat aktif, dengan sel-sel epitelioid dan sel-sel Langhan
mirip dengan tuberkel yang dikelilingi banyak sel limfosit. Basil sedikit dan
sulit ditemukan. Nekrosis kaseasi (perkejuan) dapat merusak bundel syaraf
dengan akibat paralisis yang terfokus pada daerah tertentu. Pertahanan tubuh
cukup tinggi dan kesembuhan spontan bisa terjadi; namun, syaraf perifer dapat
rusak.
Lepra LL. adalah infeksi umum yang
melibatkan kulit, mulut, hidung dan membran mukosa pada pernafasan atas,
permukaan depan hidung, syaraf kulit dan perifer, sistem retikulo-endotel,
kelenjar adrenal, dan testes. Seluruh permukaan tubuh bisa terlibat begitu
luas, disertai oleh basilemia lepra berkadar tinggi. Makula paling banyak,
disertai oleh papula, nodula, atau plak. Basil mudah ditemukan pada sampel
jaringan. Resistensi pasien terhadap basil rendah, dan penyakit yang tidak
diobati akan progresif.
Lepra borderline memiliki kombinasi
gambaran klinis dan patologis TT dan LL, yaitu borderline-tuberkuloid (BT),
mid-borderline (BB), dan borderline-lepromatosa (BL), tergantung pada jumlah
relatif basil, limfosit, sel epitelioid, dan makrofag. Jenis borderline ini tidak stabil dan bisa berubah
menjadi TT atau LL.
Lesi syaraf
kulit sering menimbulkan anestesia pada lesi tersebut. Lesi pada serat syaraf
yang lebih besar akan menyebabkan anestesi pada seluruh daerah yang
disyarafinya. Anestesia ini menyebabkan pasien tidak menyadari kerusakan yang
terjadi pada anggota tubuh. Lepra juga bisa merusak hidung, daun telinga, alis
mata, atau testis.
Termasuk: infeksi
akibat Mycobacterium leprae
Kecuali: Sekuel
lepra (B92)
A30.0 Indeterminate
leprosy
Lepra
I
A30.1 Tuberculoid
leprosy
Lepra
TT
A30.2 Borderline
tuberculoid leprosy
Lepra
BT
A30.3 Borderline
leprosy
Lepra
BB
A30.4 Borderline
lepromatous leprosy
Lepra
BL
A30.5 Lepromatous
leprosy
Lepra
LL
A30.8 Bentuk
lain leprosy
A30.9 Lepra,
tidak dijelaskan
A31 Infeksi akibat mikobakteria lain
Kecuali :
tuberculosis (A15-A19), leprosy (A30.-)
A31.0 Infeksi
mikobakterium pada paru-paru
Infeksi
akibat M. avium, M. intracellulare [Battey bacillus], M. kansasii
A31.1 Infeksi
mikobakterium pada kulit
Buruli
ulcer
Infeksi
akibat M. marinum, M. ulcerans
A31.8 Infeksi
mikobakterium lainnya
A31.9 Infeksi
mikobakterium, tidak dijelaskan
Infeksi
mikobakterium tidak khas NOS, Mycobacteriosis NOS
A32 Listeriosis
Listeriosis
disebabkan oleh Listeria monocytogenes dengan manifestasi yang
bervariasi menurut patogenesis, situs, dan usia pasien. Infeksi terjadi melalui
minum susu atau produk keju yang terinfeksi, atau kontak langsung. Pada orang
dewasa, meningitis merupakan bentuk umum listeriosis, sedangkan endokarditis
dan listeriosis typhoid (dengan bakteremia dan demam tinggi) jarang terjadi. Kontak pada konjungtiva bisa menyebabkan
infeksi kelenjar mata dengan oftalmitis.
Termasuk: infeksi listeria melalui
makanan
Kecuali: listeriosis
neonatus (disseminata) (P37.2)
A32.0 Listeriosis
kulit
A32.1† Meningitis
and meningoencephalitis listeria
Meningitis
listeria (G01*); meningoencephalitis listeria (G05.0*)
A32.7 Sepsis
listeria
A32.8 Bentuk
lain listeria
Endocarditis
listeria † (I39.8*)
Arteritis
cerebri Listeria † (I68.1*),
Listeriosis
okuloglandular
A32.9 Listeriosis,
tidak dijelaskan
A33 Tetanus neonatorum
Tetanus khas
dengan spasme tonik berulang otot sadar, terjadi setelah luka, dan bisa terjadi
pada prosedur kebidanan dan bayi baru lahir. Spasme otot rahang memberinya nama
‘lockjaw’ atau rahang terkunci. Penyebabnya exotoksin (tetanospasmin) Clostridium tetani, basil anaerob yang
sporanya stabil bertahun-tahun, bisa terdapat di tanah dan kotoran binatang..
Tetanospasmin
memasuki syaraf pusat melalui syaraf motorik atau aliran darah. Toksin
berikatan pada sinaps dan menyebabkan kekakuan umum, dengan masa inkubasi 2-50
(biasanya 5-10) hari. Gejala yang paling sering kekakuan rahang sehingga sulit
membuka mulut (trismus), di samping spasme otot muka sehingga terlihat seperti
senyum terfiksir dengan alis mata naik (risus sardonicus). Kekakuan otot perut, leher dan punggung –
malah opisthotonus – bisa terjadi. Spasme sfingter menyebabkan retensi urin dan
konstipasi. Sensoris biasanya jernih, tapi koma bisa segera timbul setelah
kejang.
A34 Tetanus obstetri
A35 Tetanus lain, Tetanus NOS
A36 Diphtheria
Difteri adalah
penyakit menular akut akibat Corynebacterium
diphtheriae, khas dengan pseudomembran fibrinosa pada mukosa pernafasan, dan
kerusakan jaringan miokardium dan syaraf akibat eksotoksin. Difteri kulit juga
umum terjadi. Tiga jenis C. diphtheriae,
yaitu mitis, intermedius, dan gravis, yang menyebar melalui sekresi orang yang
terinfeksi. Biasanya kuman bersarang di tonsil atau nasofarings. Jenis
toksigenik menghasilkan eksotoksin yang mematikan sel-sel di sekitarnya dan
sel-sel yang jauh karena dibawa oleh darah. Lesi patologis ditemukan di saluran nafas,
orofarings, miokardium, sistem syaraf, dan ginjal.
Membran di
daerah tonsil, bewarna abu-abu kotor, keras dan berfibrin, melekat dengan erat
sehingga pembuangannya menyebabkan perdarahan. Edema larings dan farings bisa
menyumbat pernafasan. Tanpa antitoksin bisa terjadi miokarditis dan kegagalan
jantung, serta kelumpuhan otot mulut, rahang dan tenggorok (bulbar paralysis)
A36.0 Difteri
farings
Angina
membranosa difteri, Difteri tonsil
A36.1 Difteri
nasofarings
A36.2 Difteri
larings,
Laringotrakheitis
difteri
A36.3 Difteri
kulit
Kecuali:
erythrasma (L08.1)
A36.8 Difteri
lain
Konjungtivitis
difteri† (H13.1*); miokarditis difteri† (I41.0*), polyneuritis difteri†
(G63.0*)
A36.9 Diphtheria,
tidak dijelaskan
A37 Whooping
cough
Batuk rejan atau pertussis ini akut,
sangat menular, khas dengan batuk paroksismal spasmodik (tiba-tiba dan
terus-menerus) yang biasanya berakhir dengan inspirasi panjang, berbunyi dengan
nada tinggi (“whoop”). Penyebabnya adalah Bordetella
pertussis. Bentuk yang lebih ringan disebabkan oleh B. parapertussis.
Infeksi karena menghirup kuman yang
disebarkan pasien lain ke udara. Pertussis bisa menyerang setiap usia, walaupun
lebih dari separo berusia di bawah 2 tahun. Masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung
selama 6 minggu. Stadium kataralis berlangsung ringan, dengan batuk, air mata,
dan tanda pilek lain. Stadium paroksismal terjadi setelah 10-14 hari, dengan 5
sampai >15 batuk berturut-turut dengan cepat, diakhiri dengan pernafasan
dalam dan berbunyi. Setelah beberapa pernafasan normal, paroksisma dimulai
kembali. Stadium kataralis dan paroksismal awal sangat menular. Stadium
penyembuhan terjadi setelah 4 minggu, batuk menurun frekuensi dan beratnya.
Lama penyakit rata-rata 51 hari (3 minggu – 3 bulan).
A37.0 Whooping
cough disebabkan Bordetella pertussis
A37.1 Whooping
cough disebabkan Bordetella parapertussis
A37.8 Whooping
cough disebabkan spesies Bordetella
lain
A37.9 Whooping
cough, tidak dijelaskan
A38 Scarlet
fever
Skarlatina
Kecuali: sore throat akibat
streptokokus
Skarlatina disebabkan Streptokokus group A yang membuat erythrotoxin, menyebabkan warna
merah pada kulit. Gejala yang khas antara lain “circumoral pallor” yaitu
kelihatan pucat di sekitar mulut karena muka sangat merah, lidah “strawberry”
karena papilla menonjol pada lapisan merah terang, dan Pastia’s lines berupa
garis merah gelap di lipatan kulit.
A39 Infeksi meningokokus
Meningokokus
dapat menyebabkan infeksi pada meningen, adrenal, jantung, dan sebagainya. Ia
juga menyebabkan bakteremia dengan sifat akut atau kronis.
A39.0† Meningitis
meningokokus (G01*)
A39.1† Sindroma
Waterhouse-Friderichsen (E35.1*);
Adrenalitis
haemoragika meningokokus
Sindroma
adrenal meningokokus
A39.2 Acute
meningococcaemia
A39.3 Chronic
meningococcaemia
A39.4 Meningokokaemia,
tidak dijelaskan;
Bakteremia
meningokokus NOS
A39.5† Penyakit
jantung meningokokus
Pericarditis
meningokokus (I32.0*)
Endocarditis
meningokokus (I39.8*),
Myocarditis
meningokokus (I41.0*),
Karditis
meningokokus NOS (I52.0*)
A39.8 Infeksi
meningokokus lain
Encephalitis
meningokokus meningokokus† (G05.0*)
Konjunctivitis
meningokokus† (H13.1*)
Retrobulbar
neuritis meningokokus† (H48.1*)
Arthritis
meningokokus† (M01.0*)
Artritis
pasca-meningokokus† (M03.0*)
A39.9 Infeksi
meningokokus , tidak dijelaskan
Penyakit
meningokokus NOS
A40 Sepsis streptokokus
Septikemia
adalah terdapatnya kuman di dalam darah (bakteremia) yang disertai oleh
manifestasi klinis infeksi tersebut. Bakteremia umumnya, dan biasanya
sementara, menyertai berbagai tindakan bedah (misalnya insisi abses); atau
akibat kolonisasi kuman pada saluran infus atau kateter kandung kemih yang
terpasang lama Demam hampir selalu menyertai septikemia, dengan awalnya
menggigil. Erupsi pada kulit sering terjadi
Kecuali: setelah: abortus atau hamil ektopik atau mola
(O03-O07, O08.0),
infus,
transfusi atau injeksi terapi (T80.2), immunisasi (T88.0),
ketika melahirkan (O75.3), masa nifas
(puerperal) (O85)
pada
neonatus (P36.0-P36.1)
pasca-prosedur
(T81.4),
A40.0 Sepsis
akibat streptokokus, group A
A40.1 Sepsis
akibat streptokokus, group B
A40.2 Sepsis
akibat streptokokus, group D
A40.3 Sepsis
akibat Streptococcus pneumoniae,
Sepsis
pneumokokus
A40.8 Sepsis
akibat streptokokus lainnya
A40.9 Sepsis
akibat streptokokus, tidak dijelaskan
A41 Sepsis lain
Kecuali: melioidosis sepsis (A24.1), plague sepsis (A20.7)
toxic
shock syndrome (A48.3), bacteraemia NOS (A49.9)
setelah: abortus
atau hamil ektopik atau mola (O03-O07, O08.0),
infus,
transfusi atau injeksi terapi (T80.2), immunisasi (T88.0),
selama
melahirkan (O75.3)
sepsis
(akibat)(pada):
tularaemia (A21.7), anthrax (A22.7), Erysipelothrix (A26.7),
yersiniosis extraintestinum (A28.2), listeria (A32.7),
meningokokus (A39.2-A39.4), streptokokus (A40.-),
aktinomikotik (A42.7), gonokokus (A54.8),
herpesvirus (B00.7), kandida (B37.7),
puerperal (O85), neonatal (P36.-), pasca-prosedur (T81.4),
tularaemia (A21.7), anthrax (A22.7), Erysipelothrix (A26.7),
yersiniosis extraintestinum (A28.2), listeria (A32.7),
meningokokus (A39.2-A39.4), streptokokus (A40.-),
aktinomikotik (A42.7), gonokokus (A54.8),
herpesvirus (B00.7), kandida (B37.7),
puerperal (O85), neonatal (P36.-), pasca-prosedur (T81.4),
A41.0 Sepsis
akibat Staphylococcus aureus
A41.1 Sepsis
akibat stafilokokus lain yang disebutkan
Sepsis
akibat stafilokokus koagulase-negatif
A41.2 Sepsis
akibat stafilokokus yang tidak dijelaskan
A41.3 Sepsis
akibat Haemophilus influenzae
A41.4 Sepsis
akibat kuman anaerob
Kecuali:
gas gangrene (A48.0)
A41.5 Sepsis
akibat organisme Gram-negative lain
Sepsis
Gram-negative NOS
A41.8 Sepsis
lain yang dijelaskan
A41.9 Sepsis,
tidak dijelaskan;
Septic
shock, sepstikemia
A42 Actinomycosis
Aktinomikosis
adalah penyakit infeksi kronis yang khas dengan banyak sinus yang mengalirkan
cairan dan disebabkan mikroorganisme gram positif anaerob yang sering terdapat
pada gusi, tonsil, dan gigi, yaitu Actinomyces
israelii..
Penyakit ini
sering terdapat pada pria dewasa. Pada bentuk yang paling umum, cervicofacialis,
tempat masuk utama adalah gigi yang membusuk. Bentuk lain adalah pulmonalis
akibat terhirupnya sekresi mulut; dan abdominalis akibat pecahnya mukosa
suatu divertikulum atau appendix. Lesi yang khas berupa daerah mengeras berisi
abses kecil-kecil yang saling berhubungan dikelilingi oleh jaringan granulasi.
Penyakit menyebar ke jaringan yang berdekatan, dan kadang-kadang melalui aliran
darah.
Bentuk
servikofasialis dimulai dengan bengkak di bawah mukosa mulut atau kulit leher.
Area yang melunak akan menjadi sinus dengan fistula berisi cairan seperti
‘granul sulfur’ kuning, dengan diameter 1 mm. Pada bentuk pulmonalis, serangan
diikuti oleh nyeri dada, demam, batuk produktif, dan perforasi dinding dada
oleh saluran sinus. Bentuk abdominalis menyerang cecum, appendix, dan peritoneum;
khas dengan nyeri, demam, muntah, diare atau konstipasi, dan kurus. Massa
abdomen biasa terdapat, dan pada dinding bisa muncul sinus dan fistula. Bentuk
generalisata disebabkan oleh septikemia, menyebar melalui darah ke kulit,
vertebrae, otak, hati, ginjal, ureter dan organ pelvis (wanita).
Kecuali :
Kecuali: actinomycetoma (B47.1)
A42.0 Aktinomikosis
pulmonalis
A42.1 Aktinomikosis
abdominalis
A42.2 Aktinomikosis
servikofasialis
A42.7 Sepsis
aktinomikosis
A42.8 Bentuk
lain aktinomikosis
A42.9 Aktinomikosis,
tidak dijelaskan
A43 Nocardiosis
Nokardiosis
adalah penyakit infeksi akut atau kronis yang menimbulkan granuloma dan nanah
di seluruh tubuh, akibat Nocardia
asteroides, suatu saprofit tanah. Organisme ini biasanya masuk melalui paru-paru, sering
menyerang orang tua yang lemah. Penyebaran melalui aliran darah dan menimbulkan
abses di otak, kadang-kadang di ginjal atau organ lain.
A43.0 Nokardiosis
pulmonalis
A43.1 Nokardiosis
kulit
A43.8 Bentuk
lain nokardiosis
A43.9 Nokardiosis,
tidak dijelaskan
A44 Bartonellosis
Disebabkan Bartonella bacilliformis dan hanya di
Amerika Selatan, khas dengan anemia dan demam (demam Oraya) atau erupsi kulit
yang kronis (Verruga peruana)
A44.0 Bartonellosis
sistemik
Demam
Oroya
A44.1 Bartonellosis
kulit dan mukosa kulit
Verruga
peruana
A44.8 Bentuk
lain bartonellosis
A44.9 Bartonellosis,
tidak dijelaskan
A46 Erysipelas
Erisipelas
adalah selulitis permukaan akibat Streptokokus
b
hemolitikus Group A,
sering melibatkan muka, lengan atau tungkai. Selulitis adalah radang akut
menyebar rata pada jaringan padat seperti kulit atau bawah kulit, jarang pada
struktur yang lebih dalam, dan khas dengan hiperemia, infiltrasi lekosit, dan
edema tanpa nekrosis atau pernanahan Lesi berbatas tegas, sembab, merah
mengkilat, dan nyeri tekan; sering disertai oleh vesikel dan bulla. Garis-garis
merah perifer dan limfadenopati regional kadang-kadang muncul; sedangkan demam
tinggi, menggigil dan lesu umum terjadi. Erisipelas bisa muncul berulang dan
menyebabkan limfedema kronis. Tempat masuk kuman bisa dari infeksi jamur pada
sela jari kaki.
Kecuali :
erisipelas nifas (O86.8)
A48 Penyakit
bakteri lain, not elsewhere classified
Gas gangrene
disebabkan oleh Clostridium perfringens
dengan nekrosis pada otot dan selulitis, sering pada kaki. Penyakit
Legionnnaires disebabkan oleh Legionella
pneumophila, menyerang American Legion di Philadelphia tahun 1976,
menyebabkan gejala pernafasan berupa pneumonia. Bentuk yang lebih ringan tidak
menyebabkan pneumonia, cuma mirip flu.
TSS atau toxic
shock syndrome khas dengan demam tinggi, muntah, diare, bingung, kulit merah,
dan bisa syok; diduga akibat Staphylococcus
aureus, sering pada wanita menstruasi akibat pemakaian tampon, atau
laki-laki pascabedah. Muncul tahun 1978, menurut drastis tahun 1981 setelah penarikan
beberapa jenis tampon dari pasaran. Demam purpura (kulit keunguan seperti
lecet) Brazilia disebabkan oleh infeksi sistemik Hemophilus aegyptus
Kecuali :
actinomycetoma (B47.1)
A48.0 Gas
gangrene
Clostridial:
cellulitis, myonecrosis
A48.1 Penyakit
Legionnaires
A48.2 Penyakit
Legionnaires Nonpneumonic [demam Pontiac]
A48.3 Toxic
shock syndrome
Kecuali:
Sepsis NOS (A41.9), syok endotoxik NOS (R57.8)
A48.4 Brazilian
purpuric fever;
Infeksi
sistemik Haemophilus aegyptius
A48.8 Penyakit
bakteri lain yang dijelaskan
A49 Infeksi bakteri, situs tidak dijelaskan
Kecuali: infeksi
meningokokus NOS (A39.9),
infeksi
spirokhaeta NOS (A69.9)
infeksi
chlamydia NOS (A74.9),
infeksi
rickettsia NOS (A79.9),
bakteri penyebab penyakit yang
diklasifikasikan pada bab lain (B95-B96),
A49.0 Infeksi
stafilokokus, tempat tidak dijelaskan
A49.1 Infeksi
streptokokus, tempat tidak dijelaskan
A49.2 Infeksi
Haemophilus influenzae, tempat tidak
dijelaskan
A49.3 Infeksi
Mycoplasma, tempat tidak dijelaskan
A49.8 Infeksi
bakteri lain dengan tempat tidak dijelaskan
A49.9 Infeksi
bakteri, tidak dijelaskan;
Bacteraemia
NOS
Infeksi yang terutama
ditularkan hubungan seks (A50-A64)
Kecuali: penyakit
human immunodeficiency virus [HIV] (B20-B24)
uretritis
nonspesifik and uretritis non-gonokokus (N34.1)
penyakit
Reiter's (M02.3)
A50 Sifilis
kongenital
Sifilis (lues) adalah penyakit sistemik
menular akibat spirochete Treponema
pallidum, khas dengan stadium klinis dan laten (tanpa gejala)
bertahun-tahun. T. pallidum bisa menyerang
semua jaringan dan organ, atau ditularkan ibu ke janin melalui plasenta (sifilis
kongenital). Sifilis dapat dideteksi oleh uji serologik sifilis (Serologic
Tests for Syphilis - STS) pada wanita hamil sehingga penularan ke anak dapat
dicegah.
Sifilis kongenital terbagi atas jenis dini,
yang gejalanya muncul sebelum usia 2 tahun, dan jenis lanjut. Pada sifilis
kongenital dini, lesi kulit berupa erupsi bullosa atau rash makula merah
tembaga di telapak tangan dan kaki, dan papula di hidung, mulut dan daerah
diaper. Berat badan sulit naik, terlihat seperti orang tua, retak-retak di
sekitar mulut (rhagades), hidung
mengeluarkan sekret mukopurulenta atau bernoda darah, hati dan limpa membesar,
dan limfadenopati umum. Bisa timbul meningitis, choroiditis (pada mata),
hydrocephalus, kejang, atau retardasi mental. Pada 3 bulan pertama kelahiran bisa
terjadi pseudoparalysis akibat osteochondritis (chondroepiphysitis). Gejala
yang khas adalah Triad Hutchinson, yaitu (1) keratitis interstitialis yang
dapat menyebabkan parut kornea, (2) insisor Hutchinson (insisor atas sempit
dengan cekungan), dan (3) tuli syaraf akibat kerusakan NC VIII (n. auditorius).
Tahap laten bisa
berlangsung seumur hidup. Stadium lanjut ditandai ulkus gusi yang dapat
menyerang hidung, septum dan palatum durum, penonjolan os frontalis dan
parietalis, tibia mirip pedang (saber
shins), neurosifilis meningen atau otak, dan atrofi mata.
Bisa juga terjadi gangguan perkembangan maksilla sehingga wajah mirip ‘bulldog’
A50.0 Sifilis
kongenital dini, dengan gejala
Setiap
kondisi sifilis kongenital yang dinyatakan dini atau muncul dalam waktu kurang
dari dua tahun sejak lahir
Sifilis
kongenital dini: kulit, mukokutan, viseral
Rhinitis,
faringitis, laringitis, pneumonia: sifilitika kongenital dini
Okulopati,
osteokondrodistrofi: sifilitika kongenital dini
A50.1 Sifilis
kongenital dini, latent
Sifilis
kongenital tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi serologis positif dan uji
cairan spinal negatif, kurang dari dua tahun sejak lahir.
A50.2 Sifilis
kongenital dini, tidak dijelaskan
Sifilis
kongenital NOS kurang dari dua tahun sejak lahir
A50.3 Okulopati
sifilitika kongenital lanjut
Keratitis
interstitialis sifilitika kongenital lanjut †
(H19.2*)
Okulopati
sifilitika kongenital lanjut NEC† (H58.8*)
Kecuali:
Triad Hutchinson (A50.5)
A50.4 Neurosifilis
kongenital lanjut [neurosifilis juvenile]
Dementia
paralytica juvenilis
Juvenile:
general paresis, tabes dorsalis, taboparetic neurosyphilis
Meningitis†
(G01*), encephalitis† (G05.0*): sifilitika kongenital lanjut
Polyneuropathy†
(G63.0*) sifilitika kongenital lanjut
Kecuali:
Triad Hutchinson (A50.5)
A50.5 Sifilis
kongenital lanjut lain dengan gejala klinis
Setiap
kondisi sifilis kongenital yang dinyatakan lanjut atau muncul dua tahun atau
lebih sejak lahir
Syphilitic
saddle nose [pangkal hidung mencekung seperti sadel]
Gigi
atau triad Hutchinson
Clutton's
joints† (M03.1*): [sendi lutut membengkak]
Artropati
sifilitika† (M03.1*), osteokhondropati sifilitika† (M90.2*)
Sifilis
kardiovaskuler kongenital lanjut† (I98.0*),
A50.6 Sifilis
kongenital lanjut, latent
Sifilis
kongenital tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi serologis positif dan uji
cairan spinal negatif, dua tahun atau lebih sejak lahir
A50.7 Sifilis
kongenital lanjut, tidak dijelaskan
Sifilis
kongenital NOS dua tahun atau lebih sejak lahir
A50.9 Sifilis
kongenital, tidak dijelaskan
A51 Sifilis dini
T. pallidum masuk melalui membran mukosa atau kulit pada
kontak seksual, termasuk orogenital, anorektum, ciuman atau kontak tubuh. Dalam
beberapa jam ia mencapai kelenjar limfe regional dan menyebar ke seluruh tubuh.
Masa inkubasi biasanya 3-4 minggu. Gejala bisa muncul pada berbagai stadium
tanpa didahului stadium yang lebih ringan, atau lama setelah infeksi awal.
Lesi primer
muncul setelah 4 minggu berupa papula merah yang menjadi ulkus tanpa nyeri
dengan dasar keras yang disebut chancre.,
dan pembesaran tanpa nyeri kelenjar limfe regional. Chancre primer terdapat di
penis, anus, rektum; vulva, servix, dan perineum; di samping bibir, lidah,
mukosa pipi, tonsil, atau jari. Penyembuhan disertai oleh jaringan parut dalam
waktu4-8 minggu.
Sifilis sekunder
berupa rash muncul 6-12 minggu
setelah infeksi. Rash umumnya tersebar simetris, dapat menjadi makula, papula,
pustula, atau skuamosa, sering sembuh tanpa parut, atau hanya dengan
bekas-bekas bewarna hitam atau putih. Papula di perbatasan mukosa dan kulit,
misalnya vulva, hipertrofi dengan permukaan datar, bewarna merah pucat atau
abu-abu, yang disebut kondiloma latum.
Selain kulit dan mukosa, terdapat pembesaran kelenjar limfe dimana-mana,
disertai keterlibatan mata, tulang, sendi, meningen, ginjal, hati, dan limpa.
Penularan sangat
mudah pada sifilis primer atau sekunder, tapi sukar pada sifilis tertier. Pada sifilis laten, infeksi kulit dan
mukosa terjadi pada tahun pertama, lalu hilang bertahun-tahun atau seumur
hidup. Kemunculan kembali sering dalam stadium tertier.
A51.0 Sifilis
genital primer
Syphilitic
chancre NOS
A51.1 Sifilis
primer anus
A51.2 Sifilis
primer di tempat lain
A51.3 Sifilis
sekunder kulit dan membran mukosa
Condyloma
latum
alopecia
sifilitika† (L99.8*), leukoderma sifilitika† (L99.8*), patch mukosa sifilitika
A51.4 Sifilis
sekunder lain
Meningitis
sifilitika sekunder † (G01*),
iridosiklitis
sifilitika sekunder † (H22.0*), okulopati sifilitika sekunder NEC† (H58.8*)
myositis
sifilitika sekunder † (M63.0*), periostitis sifilitika sekunder † (M90.1*)
pelvic
inflammatory disease (PID) wanita sifilitika sekunder † (N74.2*),
limfadenopati
sifilitika sekunder,
A51.5 Sifilis
dini, latent
Sifilis
(didapat) tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi serologis positif dan uji cairan
spinal negatif, kurang dari dua tahun sejak infeksi
A51.9 Sifilis
dini, tidak dijelaskan
A52 Sifilis lanjut
Sifilis lanjut
atau tertier terbagi secara klinis atas (1) sifilis tertier ringan pada kulit,
tulang dan visera, (2) sifilis kardiovaskuler, dan (3) sifilis syaraf
(neurosifilis). Sifilis tertier ringan memiliki lesi khas berupa gumma, yaitu reaksi granuloma kronis
yang menyebabkan nekrosis dan fibrosis, dan ulkus tanpa nyeri yang membesar dan
meninggalkan parut. Gumma terjadi di kulit, jaringan bawah kulit, submukosa,
dan organ-organ dalam seperti lambung, paru-paru, hati, testis, atau khoroid
mata. Pada keadaan lanjut bisa timbul artropati Charcot berupa kerusakan sendi
tanpa nyeri, pembesaran tulang dan terbatasnya gerakan.
Sifilis
kardiovaskuler menyebabkan timbulnya aneurisma aorta, penyempitan pangkal a.
koronaria, insufisiensi katup aorta. Sifilis syaraf muncul sebagai neurosifilis
meningovaskuler dengan berbagai gejala gangguan syaraf mulai dari sakit kepala
sampai lumpuh. Khas disini adalah pupil Argyll Robertson, yaitu pupil kecil
tidak beraturan yang bereaksi normal pada akomodasi atau rangsangan cahaya.
Kerusakan medulla spinalis menimbulkan tabes
dorsalis (ataxia lokomotor) dengan nyeri, ataksia (kontrol gerakan
berkurang), gangguan sensoris, dan hilangnya refleks tendon.
A52.0† Cardiovascular
syphilis
Sifilis
kardiovaskuler NOS (I98.0*)
Inkompetensi
aorta (I39.1*), regurgitasi pulmonalis (I39.3*) sifilitika
Perikarditis
(I32.0*), endokarditis NOS (I39.8*), myokarditis (I41.0*), sifilitika
Arteritis
serebri (I68.1*), aneurisma aorta (I79.0*), aortitis (I79.1*), sifilitika
A52.1 Neurosifilis
simptomatik
Syphilitic
parkinsonism† (G22*),
Tabes
dorsalis
Charcot's
arthropathy† (M14.6*)
[sendi
rusak karena nyeri di dalamnya tak bisa dirasakan pasien]
Meningitis
sifilitika lanjut † (G01*), encephalitis sifilitika lanjut † (G05.0*),
Polyneuropathy
sifilitika lanjut † (G63.0*),
Optic
atrophy sifilitika lanjut † (H48.0*),
Retrobulbar
neuritis sifilitika lanjut † (H48.1*) – radang n. opticus,
Acoustic
neuritis sifilitika lanjut † (H94.0*)
A52.2 Neurosifilis
asimptomatik (tanpa gejala)
A52.3 Neurosifilis,
tidak dijelaskan
Gumma
sifilis pada sistem syaraf pusat NOS
Sifilis
(lanjut) pada sistem syaraf pusat NOS
Syphiloma
pada sistem syaraf pusat NOS
A52.7 Sifilis
lanjut dengan gejala lainnya
Penyakit
glomerulus pada syphilis† (N08.0*)
Gumma
(sifilitika), sifilis lanjut atau tertier:
semua
tempat, kecuali yang diklasifikasikan pada A52.0-A52.3
Episcleritis
sifilitika lanjut † (H19.0*), chorioretinitis sifilitika lanjut † (H32.0*),
Okulopathy
sifilitika lanjut NEC† (H58.8*), peritonitis sifilitika lanjut † (K67.2*)
Leukoderma
sifilitika lanjut † (L99.8*), bursitis sifilitika lanjut † (M73.1*),
Pelvic
inflammatory disease (PID) wanita sifilitika lanjut † (N74.2*).
Sifilis
[stadium tidak dijelaskan] pada:
paru-paru†
(J99.8*), hati† (K77.0*),
otot†
(M63.0*), synovium† (M68.0*), tulang† (M90.2*)
A52.8 Sifilis
lanjut, latent
Sifilis
(didapat) tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi serologis positif fan uji
cairan spinal negatif, dua tahun atau lebih sejak lahir.
A52.9 Sifilis
lanjut, tidak dijelaskan
A53 Sifilis lain dan tidak dijelaskan
A53.0 Sifilis,
tidak dijelaskan dini atau lanjut
Sifilis
laten NOS
Reaksi
serologis sifilis positif
A53.9 Sifilis,
tidak dijelaskan
Infeksi
Treponema pallidum NOS
Sifilis
(didapat) NOS
Kecuali:
sifilis NOS penyebab kematian pada usia <2 span="" tahun="">2>
A54 Infeksi gonokokus
Gonorrhea adalah
penyakit infeksi Neisseria gonorrhoeae
pada epitel urethra, servix, rektum, farings, atau mata, yang dapat menyebabkan
bakteremia dan komplikasi yang luas, dengan penyebaran biasanya melalui kontak
seksual. Wanita sering merupakan “carrier” tanpa gejala selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan. Infeksi tanpa gejala juga sering terdapat pada orofarings
dan rektum lelaki homoseksual.
Masa inkubasi
pada laki-laki 2-14 hari, diikuti rasa tidak nyaman di urethra, dysuria, dan
sekret bernanah dari muara urethra yang merah dan sembab. Sering berkemih (frequency) dan “tersesak” (urgency) muncul ketika infeksi makin ke
pangkal urethra. Pada wanita masa inkubasi 7-21 hari, ringan; kadang-kadang
dengan dysuria, sering berkemih, dan sekret vagina akibat nanah di kelenjar
Bartholini.. Infeksi sering
pada servix dan organ reproduksi dalam, disusul urethra dan rektum, dengan komplikasi
salpingitis. Gonorrhea rektum timbul akibat hubungan seks melalui anus,
dan.faringitis gonorrhea akibat hubungan seks melalui mulut.
A54.0 Infeksi
gonokokus pada saluran genitourinarius bawah
tanpa abses kelenjar periuretra atau kelenjar aksesorius.
tanpa abses kelenjar periuretra atau kelenjar aksesorius.
Servisitis
gonokokus NOS, vulvovaginitis gonokokus NOS
Cystitis
gonokokus NOS, urethritis gonokokus NOS,
A54.1 Infeksi
gonokokus pada saluran genitourinarius bawah
dengan abses kelenjar periuretra atau kelenjar aksesorius
dengan abses kelenjar periuretra atau kelenjar aksesorius
Abses
gonokokus kelenjar Bartolini
A54.2 Pelviperitonitis gonokokus dan infeksi
gonokokus lainnya
Prostatitis
gonokokus † (N51.0*), orchitis atau epididymitis gonokokus † (N51.1*)
Pelvic
inflammatory disease [PID] gonokokus wanita † (N74.3*)
Kecuali:
peritonitis gonokokus (A54.8)
A54.3 Infeksi
gonokokus pada mata
Konjungtivitis
gonokokus† (H13.1*), iridocyclitis gonokokus † (H22.0*)
Ophthalmia
neonatorum akibat gonokokus
A54.4† Infeksi gonokokus pada sistem
muskuloskeletonl
Arthritis
gonokokus (M01.3*), synovitis atau tenosynovitis gonokokus (M68.0*)
Bursitis
gonokokus (M73.0*), osteomyelitis (M90.2*) gonokokus
A54.5 Faringitis
gonokokus
A54.6 Infeksi
gonokokus pada anus dan rektum
A54.8 Infeksi
gonokokus lainnya
Meningitis
gonokokus † (G01*), abses gonokokus otak† (G07*),
Perikarditis
gonokokus † (I32.0*), endokarditis gonokokus † (I39.8*),
Miokarditis
gonokokus † (I41.0*), pneumonia gonokokus † (J17.0*),
Peritonitis
gonokokus † (K67.1*), Sepsis gonokokus, dan lesi kulit gonokokus
Kecuali:
pelviperitonitis gonokokus (A54.2)
A54.9 Infeksi
gonokokus, tidak dijelaskan
A55 Limfogranuloma chlamydia (venereum)
Penyakit akibat chlamydia ini memiliki lesi primer
sementara yang diikuti limfangitis suppuratif dan komplikasi lokal yang serius.
Gejala awal biasanya limfadenopati inguinalis unilateral dengan nyeri tekan,
kemudian membesar dan melekat ke struktur sekitar dan menyebabkan radang kulit
setempat. Sinus-sinus kecil terbentuk dengan cairan purulenta atau
mukopurulenta.
Bubo iklim atau tropis, Penyakit
Durand-Nicolas-Favre
Esthiomene,
Lymphogranuloma inguinale
A56 Penyakit chlamydia lain yang ditularkan
melalui hubungan seksual
Termasuk: infeksi
hubungan seksual akibat Chlamydia
trachomatis
Kecuali: lymphogranuloma
chlamydia (A55), kondisi pada A74.-
pneumonia chlamydia neonatus (P23.1), konjungtivitis
chlamydia neonatus (P39.1),
A56.0 Infeksi
chlamydia pada saluran genitourinarius bawah
Servisitis
chlamydia, vulvovaginitis chlamydia
Cystitis
chlamydia, urethritis chlamydia
A56.1 Infeksi chlamydia pada pelviperitoneum
dan organ genitourinarius lain
Orchitis
atau epididymitis chlamydia † (N51.1*)
Pelvic
inflammatory disease [PID] chlamydia wanita † (N74.4*),
A56.2 Infeksi
chlamydia saluran genitourinarius, tidak dijelaskan
A56.3 Infeksi
chlamydia anus dan rektum
A56.4 Infeksi
chlamydia farings
A56.8 Infeksi
chlamydia melalui hubungan seksual pada tempat lain
A57 Chancroid
Penyakit lokal
akut akibat Haemophylus ducreyi, khas
dengan ulkus genital yang nyeri dan pernanahan kelenjar limfe inguinalis..
Ulcus
molle
A58 Granuloma inguinale
Granuloma kronis
akibat Donovania granulomatis, biasanya
melibatkan genitalia dan mungkin disebabkan oleh kontak seksual.
Donovanosis
A59 Trikhomoniasis
Infeksi yang
biasanya bersama gonorrhea ini disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, lebih sering pada wanita dengan akibat
vaginitis, urethritis, dan cystitis.. Awal penyakit ditandai oleh cairan kuning
kehijauan dan berbusa. Pada pria biasanya tanpa gejala, cairan uretra berbusa
atau bernanah, dysuria dan frequency, dengan komplikasi epididymitis dan
prostatitis.
Kecuali: trikhomoniasis
usus (A07.8)
A59.0 Trikhomoniasis
urogenital;
Leukorrhoea
(vaginalis); Prostatitis† (N51.0*) akibat T. vaginalis
A59.8 Trikhomoniasis
di tempat lain
A59.9 Trikhomoniasis,
tidak dijelaskan
A60 Infeksi herpesviral [herpes simplex]
anogenital
Herpes genitalis
adalah infeksi kulit genital oleh herpes
simplex virus (HSV), yang menyebar melalui hubungan seksual. Lesi muncul
dalam 4-7 hari setelah kontak berupa lesi primer yang nyeri. Lesi sering
menyerang preputium, glans dan batang penis; atau labia, clitoris, perineum,
vagina dan cervix, serta pada rektum dan anus akibat anal sex.. Selain itu terjadi kelelahan umum, demam,
dan sulit berkemih atau berjalan.
A60.0 Infeksi
herpesvirus saluran genitalia dan urogenitalis
Infeksi
herpesvirus saluran genital: wanita† (N77.0-N77.1*); pria† (N51.-*)
A60.1 Infeksi
herpesvirus kulit perianus dan rektum
A60.9 Infeksi
herpesvirus anogenita;, tidak dijelaskan
A63 Penyakit hubungan seksual lain, tidak
diklasifikasi di tempat lain
Kecuali: molluscum
contagiosum (B08.1), papilloma servix (D26.0)
Genital warts (condylomata acuminata, jerawat kelamin)
disebabkan oleh human papilloma virus
(HPV) di daerah lembab pangkal preputium, muara uretra, dan batang penis; serta
vulva, dinding vagina, servix. dan perineum. Munculannya berupa sembab kecil yang
lembab, lunak, pink atau merah yang tumbuh dengan cepat dan bertangkai.
A63.0 Anogenital
(venereal) warts
A63.8 Penyakit
hubungan kelamin lain yang dijelaskan
A64 Penyakit hubungan kelamin yang tidak
dijelaskan
Penyakit
kelamin NOS
Penyakit akibat spirochaeta
lainnya (A65-A69)
Kecuali: leptospirosis
(A27.-); syphilis (A50-A53)
A65 Sifilis nonvenereal
Bejel;
sifilis endemic; Njovera
Sifilis endemik disebabkan
oleh Treponema pallidum II, dimulai
sejak kanak-kanak sebagai patch mukosa pipi, disusul oleh lesi papulosquamosa
dan erosi di badan dan anggota. Periostitis tungkai bawah sering terjadi. Lesi
gumma pada hidung dan palatum molle berkembang pada tingkat lanjut.
A66 Yaws
Termasuk: Bouba,
framboesia (tropica), pian
Yaws disebabkan
oleh T. pertenue sebagai granuloma
atau makula di tempat inokulasi, biasanya tungkai bawah. Lesi telapak kaki
berupa ulkus nyeri (“crab” yaws). Kesembuhan lesi diikuti oleh erupsi di muka,
anggota, dan panggul. Lesi destruktif muncul pada stadium lanjut, yaitu
periostitis (terutama tibia), exostosis maksilla bagian hidung, nodul disekitar
sendi, lesi gumma kulit, dan ulkus mutilans di muka, terutama sekitar hidung
(gangosa).
A66.0 Yaw,
lesi awal
Chancre
of yaws;
Framboesia,
awal atau primer;
Mother
yaw
Ulkus
framboesia awal
A66.1 Yaw
papillomata ganda dan “wet crab”
Framboesioma
Pianoma;
Papilloma
plantaris atau palmaris yaws
A66.2 Lesi
awal kulit lain pada yaws
Yaws
kulit <5 infeksi="" setelah="" span="" tahun="">5>
Yaws
(kulit) (makularis) (makulopapularis) (mikropapularis) (papularis) dini
Framboeside
pada yaws dini
A66.3 Hiperkeratosis
pada yaws
Ghoul
hand
Worm-eaten
soles
Hyperkeratosis,
palmaris atau plantaris (dini) (lanjut) akibat yaws
A66.4 Gummata
dan ulkus pada yaws
Framboeside
gummatosa
Yaws
nodularis (bertukak) lanjut
A66.5 Gangosa
Rhinopharyngitis
mutilans
A66.6 Lesi
tulang dan kulit pada yaws
Ganglion,
hydrarthrosis, osteitis, periostitis (hipertrofik): pada yaws (dini) (lanjut)
Goundou,
gumma tulang, osteitis atau periostitis gummatosa: pada yaws (lanjut)
A66.7 Manifestasi
lain yaws
Nodul
yaws juxta-articularis
Yaws
mukosa
A66.8 Yaws
laten
Yaws
tanpa gejala klinis, dengan serologis positif
A66.9 Yaws,
tidak dijelaskan
A67 Pinta [carate]
Disebabkan oleh T. carateum, pinta dimulai di tempat
inokulasi sebagai papula kecil yang berkembang menjadi plak eritematosa, lalu
menjadi patch di muka, leher dan anggota. Setelah beberapa tahun muncul patch
kebiruan yang simetris di muka dan anggota serta tonjolan tulang, kemudian
menjadi putih seperti vitiligo.
A67.0 Lesi
primer pinta
Chancre
(primer) atau papula (primer): dari pinta (carate)
A67.1 Lesi
intermedia pinta
Plak
eritematosa, lesi hiperkromik, hiperkeratosis; pintids: dari pinta (carate)
A67.2 Lesi
lanjut pinta
Lesi
kardiovaskuler† (I98.1*) dari pinta (carate)
Lesi
kulit akromik, sikatriks, atau diskromik: dari pinta (carate)
A67.3 Lesi
campuran dari pinta
Lesi
kulit akromik bercampur dengan hiperkromik dari pinta (carate)
A67.9 Pinta,
tidak dijelaskan
A68 Relapsing fevers – demam berulang
Relapsing fever
adalah infeksi akut akibat spirochaeta jenis Borrelia yang ditularkan oleh kutu (tick atau lice). Masa inkubasi
3-11 hari, lalu menggigil, demam tinggi, takikardia, sakit kepala berat,
muntah, nyeri otot dan sendi, dan sering meracau (delirium). Rash makula atau
papula muncul di badan dan anggota; dan bisa disertai perdarahan konjungtiva,
subkutis atau submukosa. Demam berlangsung 3-5 hari, sembuh dan berulang lagi
2-10 kali setiap 1-2 minggu. Jaundice, hepatomegaly, splenomegaly, myocarditis,
dan kegagalan jantung bisa menyertainya. Kesembuhan terjadi setelah pasien
memperoleh kekebalan alamiah.
Termasuk :
Recurrent fever
Kecuali :
Lyme disease (A69.2)
A68.0 Louse-borne
relapsing fever
Relapsing
fever akibat Borrelia recurrentis
A68.1 Tick-borne
relapsing fever
Relapsing
fever akibat spesies Borrelia. selain
Borrelia recurrentis
A68.9 Relapsing
fever, tidak dijelaskan
A69 Infeksi spirochaeta lainnya
Infeksi Vincent
adalah infeksi mulut tak menular akibat Bacillus
fusiformis dan spirochaeta,
dimulai dari papilla interdentin dan bisa merusak gusi secara langsung. Penyakit
atau arthritis Lyme disebabkan oleh Borrelia
burgdorferi yang dibawa kutu Ixodes
dammini dan sejenisnya. Penyakit ini dikenal tahun 1975, dengan lesi dini
kulit, eritema kronis berpindah (erythema chronicum migrans = ECM), yang
disusul oleh kelainan neurologis, jantung atau sendi.
A69.0 Stomatitis
ulseratif nekrotikans [infeksi Vincent]
Cancrum
oris
Gangrene
fusospirochaeta
Noma
Stomatitis
gangrenosa
A69.1 Infeksi
Vincent lainnya
Gingivitis
atau gingivostomatitis ulseratif nekrotikans (akut)
Angina
atau gingivitis Vincent, stomatitis spirochaeta, trench mouth
Faringitis
fusospirochaeta
A69.2 Penyakit
Lyme
Erythema
kronis migrans akibat Borrelia
burgdorferi
A69.8 Infeksi
spirochaeta lain yang dijelaskan
A69.9 Infeksi
spirochaeta, tidak dijelaskan
Penyakit lain yang
disebabkan chlamydiae (A70-A74)
Chlamydia adalah
parasit intrasel, memperbanyak diri dalam sitoplasma, namun bukan virus karena
memiliki sifat-sifat bakteria. C. psittaci
menyebabkan psittacosis, dan C.
trachomatis menyebabkan limfogranuloma venereum (LGV), trachoma dan
konjungtivitis inklusi. Psittacosis adalah pneumonia tidak khas yang ditularkan
burung psittacine (parrots, karakeet, dan love-birds). Trachoma (konjungtivitis
granularis) bersifat kronis dengan hiperplasia folikel subkonjungtiva, dengan
akibat jaringan parut pada konjungtiva, kornea, dan kelopak.
A70 Infeksi Chlamydia psittaci
Ornithosis; parrot fever, Psittacosis
A71 Trachoma
Kecuali: sequelae
of trachoma (B94.0)
A71.0 Stadium
awal trachoma
Trachoma
dubium
A71.1 Stadium
aktif trachoma
Konjungtivitis
granularis trachomatosa, konjungtivitis folikularis trachomatosa
Pannus
trachomatosa
A71.9 Trachoma,
tidak dijelaskan
A74 Penyakit lain akibat chlamydiae
Kecuali: penyakit
chlamydia yang ditularkan melalui hubungan seksual (A55-A56)
pneumonia chlamydia (J16.0)
pneumonia chlamydia neonatus (P23.1)
conjunctivitis
chlamydia neonatus (P39.1)
A74.0† Konjungtivitis chlamydia (H13.1*);
Paratrachoma
A74.8 Penyakit
chlamydia lain
Peritonitis
chlamydia† (K67.0*)
A74.9 Infeksi
chlamydia, tidak dijelaskan
Chlamydiosis
NOS
Rickettsioses
(A75-A79)
Penyakit
rickettsia memiliki gejala demam, sakit kepala, letih, kurus, radang pembuluh
darah perifer, dan rash. Rickettsia umumnya menggunakan siklus kehidupan hewan
dan insekta yang menularkannya ke manusia.
Tifus epidemi
disebabkan oleh R. prowazekii yang
ditularkan oleh kutu. Penyakit Brill-Zinser bersifat rekrudesen (timbul lama,
bertahun-tahun setelah infeksi), ringan karena daya tahan tubuh terhadap R.
prowazekii. Tifus murine disebabkan oleh R.
typhi yang dibawa oleh kutu tikus, sedangkan tifus ‘scrub’ disebabkan R. tsutsugamushi yang dibawa oleh mite
(sejenis arachnida kecil yang sering berkelompok).
Spotted fever
disebabkan oleh R. rickettsii yang
juga ditularkan kutu dan menyebabkan demam tinggi, batuk, dan rash pada hampir
seluruh tubuh. Rash ini bisa menjadi makulopapula, petechiae, atau bergabung
membentuk ulkus. Rocky Mountain Spotted Fever jauh
lebih ganas daripada jenis Afrika, Asia dan Australia.
Jenis lain adalah demam Q, yaitu penyakit
akut dengan demam dan pneumonitis interstitialis, akibat R burnetti (Coxiella burnetti).
Mereka tidak memiliki gejala pada kulit.
A75 Typhus
fever
Kecuali: rickettsiosis
akibat Ehrlichia sennetsu (A79.8)
A75.0 Demam
tifus ‘louse-borne’ epidemik akibat Rickettsia
prowazekii
(Demam)
tifus klasik
Tifus
(louse-borne) epidemik
A75.1 Recrudescent
typhus [penyakit Brill];
Penyakit
Brill-Zinsser
A75.2 Demam
tifus akibat R. typhi;
Murine
(flea-borne) typhus [tifus tikus yang dibawa kutu]
A75.3 Demam
tifus akibat R. tsutsugamushi;
Scrub
(mite-borne) typhus
A75.9 Demam
tifus, tidak dijelaskan;
(Demam)
typhus NOS
A77 Spotted
fever [tick-borne rickettsioses]
A77.0 Spotted
fever akibat R. rickettsii:
Rocky Mountain
spotted fever, demam Sao Paulo
A77.1 Spotted
fever akibat R. conorii
Tick
typhus: Afrika, India,
Kenya
Tick
fever: Bouton, Marseilles,
Mediterran
A77.2 Spotted
fever akibat R. siberica
North
Asian tick fever, Siberian tick typhus
A77.3 Spotted
fever akibat R. australis
Queensland tick typhus
A77.8 Spotted
fever lain
A77.9 Spotted
fever, tidak dijelaskan
Tick-borne
typhus NOS
A78 Q
fever
Infeksi
akibat Coxiella burnetii,
Nine
Mile fever, quadrilateral fever
A79 Rickettsioses
lain
A79.0 Trench
fever,
Quintan
fever, Wolhynian fever
A79.1 Rickettsial
pox akibat Rickettsia akari:
Kew Garden
fever, rickettsiosis vesikularis
A79.8 Rickettsioses
lain yang dijelaskan
: Rickettsiosis
akibat Ehrlichia sennetsu
A79.9 Rickettsiosis,
tidak dijelaskan;
Infeksi
Rickettsia NOS
Infeksi virus sistem
syaraf pusat (A80-A89)
Virus adalah
parasit terkecil berupa molekul intrasel dengan inti asam nukleat yang dilapisi
protein. Mereka sangat tergantung pada sel (bakteri, tanaman, atau hewan) untuk
reproduksi. Inti asam nukleat (RNA atau DNA) merupakan material penginfeksi
yang sering dapat menembus sel.
Ensefalitis disebabkan
oleh virus atau reaksi hipersensitif terhadapnya atau protein asing, dan kalau
menyerang medulla spinalis disebut ensefalomielitis. Meningitis aseptik adalah
peradangan meningen tanpa adanya bakteri. Ensefalitis primer akibat virus bisa
epidemik atau sporadik. Ensefalitis sekunder disebabkan oleh mekanisme
imunologis setelah measles, chickenpox, rubella, vaksinasi smallpox, vaccinia
(cowpox), dsb.
Arbovirus (arthropode-borne virus) hidup melalui transmisi vertebrata dan artropoda, dan
memperbanyak diri di dalam keduanya. Arbovirus yang dibawa nyamuk menyerang
manusia di musim panas. Arenavirus penyebab khoriomeningitis limfositik
ditularkan melalui rodent (binatang pengerat), kadang-kadang secara langsung
antara manusia.
A80 Poliomielitis akut
Poliomyelitis
adalah infeksi akut virus dengan gejala mulai dari minor sampai kelumpuhan
otot. Virus masuk melalui mulut, memasuki darah dan sistem retikuloendotel dan bereproduksi.
Mereka menyerang neuron motorik medulla spinalis, medulla oblongata,
cerebellum, dan korteks motoris. Umumnya infeksi berakibat minor, sisanya
menyebabkan kelumpuhan yang hampir semuanya terjadi pada anak balita.
A80.0 Poliomyelitis
paralitika akut, akibat vaksin
A80.1 Poliomyelitis
paralitika akut, virus liar, berasal dari luar negeri
A80.2 Poliomyelitis
paralitika akut, virus liar, berasal dari dalam negeri
A80.3 Poliomyelitis
paralitika akut, jenis lain dan tidak dijelaskan
A80.4 Poliomyelitis
non-paralitika akut
A80.9 Poliomyelitis
akut, tidak dijelaskan
A81 Infeksi virus tidak khas pada sistem
syaraf pusat
Penyakit
Creutzfeldt-Jakob bersifat fatal dengan dementia dan kejang mioklonik. Subacute
sclerosing panencephalitis terjadi setelah measles, dengan mental kacau dan
kejang. Progressive multifocal leukoencephalopathy terjadi pada pasien dengan
penurunan kekebalan.
Termasuk: penyakit-penyakit
prion pada sistem syaraf pusat
A81.0 Penyakit
Creutzfeldt-Jakob:
Ensefalopati
spongiformis subakut
A81.1 Panensefalitis
sklerosa aubakut
Dawson's inclusion body encephalitis
Van
Bogaert's sclerosing leukoencephalopathy
A81.2 Leukoensefalopati
multifokus progresif
Leukoensefalopati
multifokus NOS
A81.8 Infeksi
virus tidak khas lain pada SSP
Kuru
A81.9 Infeksi
virus tidak khas pada SSP, tidak dijelaskan
Penyakit
prion sistem syaraf pusat
A82 Rabies
Rabies atau hidrofobia disebabkan virus
neurotropik yang hidup di saliva karnivora. Jenis furious disebakan oleh
iritasi SSP yang diikuti oleh lumpuh dan kematian, jenis dumb didominasi oleh kelumpuhan.
Kejang mudah terjadi ketika menelan, sehingga mereka tidak bisa minum walau pun
sangat haus.
A82.0 Rabies
sylvatika
A82.1 Rabies
urban
A82.9 Rabies,
tidak dijelaskan
A83 Ensefalitis virus yang ditularkan melalui
nyamuk
Termasuk: meningoencephalitis
virus yang ditularkan melalui nyamuk
Kecuali: Venezuelan
equine encephalitis (A92.2)
A83.0 Japanese
encephalitis
A83.1 Western
equine encephalitis
A83.2 Eastern
equine encephalitis
A83.3 St
Louis encephalitis
A83.4 Australian
encephalitis;
Kunjin
virus disease
A83.5 California encephalitis
California meningoencephalitis
La Crosse encephalitis
A83.6 Rocio
virus disease
A83.8 Ensefalitis
virus lain yang ditularkan melalui nyamuk
A83.9 Ensefalitis
virus yang ditularkan melalui nyamuk, tidak dijelaskan
A84 Ensefalitis virus yang ditularkan melalui
kutu
Termasuk: tick-borne
viral meningoencephalitis
A84.0 Tick-borne
ensefalitis Timur Jauh [Russian spring-summer encephalitis]
A84.1 Tick-borne
ensefalitis Eropa Tengah
A84.8 Tick-borne
ensefalitis virus lain:
Louping
ill, Powassan virus disease
A84.9 Tick-borne
ensefalitis virus, tidak dijelaskan
A85 Ensefalitis
virus lain, not elsewhere classified
Termasuk: dinyatakan:
ensefalomielitis virus NEC, meningoensefalitis virus NEC
Kecuali: khoriomeningitis
limfositik (A87.2)
ensefalomielitis
myalgika ringan (G93.3), ensefalitis akibat: virus poliomyelitis (A80.-),
herpesvirus
[herpes simplex] (B00.4), zoster (B02.0), virus measles (B05.0), virus mumps
(B26.2),
A85.0† Ensefalitis
enterovirus (G05.1*);
Ensefalomielitis
enterovirus
A85.1† Ensefalitis
adenovirus (G05.1*);
Meningoensefalitis
adenovirus
A85.2 Ensefalitis
virus yang dibawa arthropoda, tidak dijelaskan
A85.8 Ensefalitis
virus lain yang dijelaskan
A86 Ensefalitis virus, tidak dijelaskan
Ensefalomielitis
virus NOS, meningoensefalitis virus NOS
A87 Meningitis virus
Kecuali: meningitis
akibat: virus poliomyelitis (A80.-),
herpesvirus
[herpes simplex] (B00.3), zoster (B02.1)
virus
measles (B05.1), virus mumps (B26.1),
A87.0† Meningitis
enterovirus (G02.0*):
Meningitis
Coxsackievirus, Meningitis Echovirus
A87.1† Meningitis
adenovirus (G02.0*)
A87.2 Khoriomeningitis
limfositik,
Meningoensefalitis
limfositik
A87.8 Meningitis
virus lain
A87.9 Meningitis
virus, tidak dijelaskan
A88 Infeksi virus sistem syaraf pusat lainnya,
not elsewhere classified
Kecuali: encephalitis
virus NOS (A86), meningitis virus NOS
(A87.9)
A88.0 Demam
eksantema enterovirus [Boston exanthem]
A88.1 Epidemic
vertigo
A88.8 Infeksi
virus sistem syaraf pusat lain yang dijelaskan
A89 Infeksi virus sistem syaraf pusat, tidak
dijelaskan
Demam arbovirus dan
demam berdarah virus (A90-A99)
A90 Demam dengue [dengue klasik]
Dengue
(breakbone fever, dandy fever) adalah penyakit akut akibat virus yang dibawa
nyamuk Aedes. Penyakit ini khas dengan awal mendadak, sakit kepala, demam,
gelisah, nyeri sendi dan otot, limfadenopati, dan rash. Demam dengan suhu 40oC berlangsung
48-96 jam, lalu 24 jam tanpa demam. Rash pada demam berikutnya berupa erupsi
makulopapula dari anggota terus ke badan, kecuali muka. Sembuh dalam beberapa
minggu dengan kelelahan.
A91 Demam berdarah dengue
Dengue
hemorrhagic fever (DHF) terutama terjadi pada anak-anak, khas dengan demam
mendadak yang diikuti perdarahan dan kolaps sirkulasi atau syok dalam 2-6 hari.
Perdarahan biasanya berupa purpura (kebiruan), petechiae (bintik merah kecil)
atau ecchymoses (warna gelap); kadang-kadang hematemesis, melena, atau epistaxis.
A92 Demam akibat virus yang dibawa nyamuk
lainnya
Kecuali: Penyakit
Ross River (B33.1)
A92.0 Penyakit
virus Chikungunya;
Demam
(berdarah) Chikungunya
A92.1 Demam
O'nyong-nyong
A92.2 Demam
equine Venezuela
Venezuelan
equine encephalitis
Venezuelan
equine encephalomyelitis virus disease
A92.3 Infeksi
virus West Nile
Demam
West Nile
A92.4 Demam
Rift Valley
A92.8 Demam
akibat virus yang dibawa oleh nyamuk lainnya
A92.9 Demam
akibat virus yang dibawa oleh nyamuk, tidak dijelaskan
A93 Demam
arbovirus lain, not elsewhere classified
A93.0 Demam
virus Oropouche,
Demam
Oropouche
A93.1 Demam
Sandfly
Demam
Pappataci
Demam
Phlebotomus
A93.2 Colorado tick fever
A93.8 Demam
arbovirus lain yang dijelaskan
Penyakit
virus Piry
Penyakit
virus stomatitis vesikularis (demam Indiana)
A94 Demam
arbovirus, tidak dijelaskan
Demam
atau infeksi arbovirus NOS
A95 Yellow
fever
Yellow fever adalah infeksi akut dengan
demam mendadak, nadi lambat, dan sakit kepala. Pada kasus berat terjadi
albuminuria, jaundice, dan hematemesis. Pada jenis urban, virus diantarkan oleh
Aedes aegypti; sedangkan pada jenis
sylvatic (rimba), virus ditularkan oleh nyamuk liar Haemogogus yang memperolehnya dari primata liar. Yellow fever
endemikk di Afrika Tengah dan Amerika Selatan.
A95.0 Sylvatic
yellow fever;
Jungle
yellow fever
A95.1 Urban
yellow fever
A95.9 Yellow
fever, tidak dijelaskan
A96 Demam
berdarah arenavirus
A96.0 Demam
berdarah Junin
Demam
berdarah Argentina
A96.1 Demam
berdarah Machupo
Demam
berdarah Bolivia
A96.2 Demam
Lassa
A96.8 Demam
berdarah arenavirus lain
A96.9 Demam
berdarah arenavirus, tidak dijelaskan
A98 Demam
berdarah virus lain, not elsewhere classified
Kecuali: Demam
berdarah dengue (A91)
Demam
berdarah chikungunya (A92.0)
A98.0 Demam
berdarah Crimea-Congo:
Demam
berdarah Asia tengah
A98.1 Demam
berdarah Omsk
A98.2 Penyakit
Kyasanur Forest
A98.3 Penyakit
virus Marburg
A98.4 Penyakit
virus Ebola
A98.5 Demam
berdarah dengan gejala ginjal
Demam
berdarah epidemik, demam berdarah Korea, demam berdarah Russia
Penyakit
virus Hantaan
Nephropathia
epidemica
Penyakit
hantavirus dengan manisfestasi ginjal
Kecuali: sindroma (kardio)pulomonalis
hantavirus (B33.4†, J17.1*)
A98.8 Demam
berdarah virus lain yang dijelaskan
A99 Demam berdarah akibat virus yang tidak dijelaskan
Infeksi virus dengan
lesi kulit dan mukosa (B00-B09)
B00 Infeksi herpesvirus [herpes simplex]
Herpes simplex
virus (HSV) strain HSV-1 menyebabkan herpes labialis dan keratitis, dan HSV-2
menyebabkan herpes genitalis. Penyakit ini khas dengan kumpulan vesikel kecil
di kulit atau membran mukosa, berisi cairan jernih, di atas dasar radang yang
agak menaik. Vesikel kering dalam beberapa hari, membentuk kerak kekuningan.
Kecuali: Infeksi
herpesvirus anogenital (A60.-),
Herpangina
(B08.5), mononucleosis gammaherpesvirus (B27.0),
Infeksi
herpesvirus kongenital (P35.2)
B00.0 Eczema
herpeticum;
Erupsi
variselliformis Kaposi
B00.1 Dermatitis
vesikularis herpesvirus
Herpes
simplex fasialis, herpes simplex labialis
Dermatitis
vesikularis pada telinga atau bibir akibat human
(α) herpesvirus 2
B00.2 Gingivostomatitis
dan pharyngotonsillitis herpesvirus;
Pharyngitis
herpesvirus
B00.3† Meningitis
herpesvirus (G02.0*)
B00.4† Encephalitis
herpesvirus (G05.1*):
Meningoencephalitis
herpesvirus,
Penyakit
Simian B [simian = monyet]
B00.5 Penyakit
mata herpesvirus:
Dermatitis
herpesvirus kelopak mata † (H03.1*), Konjungtivitis herpesvirus † (H13.1*)
Keratitis
herpesvirus † (H19.1*), keratoconjunctivitis herpesvirus † (H19.1*)
Iridocyclitis
herpesvirus † (H22.0*), iritis herpesvirus † (H22.0*)
Uveitis
anterior herpesvirus † (H22.0*)
B00.7 Penyakit
herpesvirus disseminata,
Sepsis
herpesvirus
B00.8 Bentuk
lain infeksi herpesvirus
hepatitis
herpesvirus † (K77.0*), whitlow herpesvirus † (L99.8*)
B00.9 Infeksi
herpesvirus, tidak dijelaskan
Infeksi
herpes simplex NOS
B01 Varicella [chickenpox]
Chickenpox
adalah infeksi akut virus dengan gejala konstitusi, diikuti oleh erupsi di
banyak tempat berupa makula, papula, vesikel, dan kerak. Chickenpox dan herpes
zoster disebabkan oleh virus varicella-zoster;
dengan chickenpox pada fase serangan akut, dan zoster sebagai reaktifasi terhadap
fase laten. Penularan diduga melalui droplet terinfeksi dari hidung dan
tenggorokan, dan paling menular pada saat awal erupsi. Masa inkubasi 14-16
hari, dan menjadi menular kepada orang lain setelah 10-21 hari terkena infeksi.
B01.0† Meningitis varicella (G02.0*)
B01.1† Ensefalitis varicella (G05.1*)
Ensefalitis
postchickenpox; ensefalomyelitis varicella
B01.2† Pneumonia varicella (J17.1*)
B01.8 Varicella
dengan komplikasi lain
B01.9 Varicella
tanpa komplikasi
Varicella
NOS
B02 Zoster [herpes zoster]
Shingles, zona,
atau ganglionitis posterior akut ini adalah infeksi akut SSP yang melibatkan
ganglion dorsalis. Gejalanya khas dengan vesikel dan nyeri neuralgia di kulit
yang dilayani oleh syaraf sensoris dari ganglion yang terlibat. Pengaktifan
virus ini mungkin karena penyakit sistemik, terutama penyakit Hodgkin; atau
pengobatan yang menekan sistem imun.
Gejala awal
berupa demam menggigil dan gangguan pencernaan, disusul kelompok vesikel di
atas basis eritema yang mengikuti distribusi syaraf ganglion dorsalis di kulit.
Daerah yang terlibat sangat
peka, nyeri yang timbul sangat hebat. Erupsi sering di dada dan menyebar pada
satu sisi, kering setelah 5 hari, disusul oleh neuralgia pascaherpes
bertahun-tahun.
B02.0† Ensefalitis zoster (G05.1*);
Meningoensefphalitis
zoster
B02.1† Meningitis zoster (G02.0*)
B02.2† Zoster yang melibatkan sistem syaraf
lainnya
Ganglionitis
genikulata pascaherpes (G53.0*)
Neuralgia
trigeminus pascaherpes (G53.0*)
Polyneuropathy
pascaherpes (G63.0*)
B02.3 Penyakit mata zoster
Blefaritis
zoster † (H03.1*), konjungtivitis zoster † (H13.1*), skleritis zoster † (H19.0*),
Keratitis
zoster † (H19.2*), keratokonjungtivitis zoster † (H19.2*),
Iritis
zoster † (H22.0*), dan iridosiklitis zoster † (H22.0*)
B02.7 Zoster
disseminata
B02.8 Zoster
dengan komplikasi lain
B02.9 Zoster
tanpa komplikasi, zoster NOS
B03 Smallpox
Tahun 1980 World Health Assembly ke-33
menyatakan smallpox telah hapus.
Klasifikasi ini masih dipertahankan untuk
tujuan pengawasan.
B04 Monkeypox
B05 Measles
Measles
(rubeola, morbilli, measles 9-hari, campak) sangat menular, khas dengan demam,
batuk, hidung berair, konjungtivitis, erupsi mukosa bibir atau pipi (Koplik’s
spot), dan rash makulopapula tersebar pada kulit. Penularan melalui droplet
dari hidung, tenggorok dan mulut pada stadium prodroma atau erupsi dini. Virus
menghilang dari sekresi hidung dan tenggorok ketika rash.menghilang
Termasuk :
morbilli
Kecuali :
subacute sclerosing panencephalitis (A81.1)
B05.0† Measles dengan komplikasi
encephalitis (G05.1*),
Ensefalitis
pasca measles
B05.1† Measles dengan komplikasi meningitis
(G02.0*),
meningitis
pasca measles
B05.2† Measles dengan komplikasi pneumonia
(J17.1*),
Pneumonia
pasca measles
B05.3† Measles dengan pasca measles komplikasi
otitis media (H67.1*),
Otitis
media pasca measles
B05.4 Measles
dengan komplikasi usus
B05.8 Measles
dengan komplikasi lain,
Keratitis
dan keratoconjunctivitis measles † (H19.2*)
B05.9 Measles
tanpa komplikasi,
Measles
NOS
B06 Rubella [German measles]
Rubella adalah
penyakit eksantema yang menular, dengan gejala konstitusi ringan tapi bisa
menyebabkan abortus, lahir mati, atau cacad kongenital pada bayi yang ibunya
terinfeksi. Rash mirip dengan measles tapi agak ringan, dimulai dari leher dan
menyebar ke badan dan anggota, dengan pembesaran limfe di tengkuk dan belakang
telinga.
Kecuali :
rubella kongenital (P35.0)
B06.0† Rubella dengan komplikasi neurologis
Meningitis
rubella (G02.0*),
Ensefalitis
rubella (G05.1*), meningoensefalitis rubella(G05.1*)
B06.8 Rubella
dengan komplikasi lain
Arthritis
rubella † (M01.4*),
Pneumonia
rubella † (J17.1*)
B06.9 Rubella
tanpa komplikasi
Rubella
NOS
B07 Viral warts – jerawat virus
Warts adalah
tumor epitel yang umum terjadi, kadang-kadang menjadi ganas, ditularkan oleh
human papillomavirus (HPV). Sering terjadi menjelang remaja, dan jarang sekali
di usia tua. Bentuk dan ukuran tergantung pada lokasi dan adanya iritasi atau
trauma di tempat ia tumbuh. Infeksi bisa berupa lesi tunggal atau ganda, sembuh
total dalam beberapa bulan tapi bisa timbul lagi pada tempat yang sama atau
berbeda.
Verruca: simplex, vulgaris
Kecuali anogenital
(venereal) warts (A63.0)
papilloma pada: larynx (D14.1),
cervix (D26.0), atau bladder (D41.4)
B08 Infeksi virus lain dengan lesi kulit dan
membran mukosa, N.E.C.
Kecuali: penyakit
virus stomatitis vesikularis (A93.8)
B08.0 Infeksi
orthopoxvirus lain:
Cowpox,
Pseudocowpox [milker's node],
Penyakit
virus Orf, Vaccinia
Kecuali:
monkeypox (B04)
B08.1 Molluscum
contagiosum
B08.2 Exanthema
subitum [sixth disease]
B08.3 Erythema
infectiosum [fifth disease]
B08.4 Stomatitis
vesikularis enterovirus dengan eksantema
Penyakit
tangan, mulut dan kaki
B08.5 Faringitis
vesikularis enterovirus ,
Herpangina
B08.8 Infeksi
virus lain dengan lesi kulit dan membran mukosa yang dijelaskan
Faringitis
limfonodularis enterovirus, penyakit kaki dan mulut
Penyakit
virus Tanapox, penyakit virus Yaba pox.
B09 Infeksi virus lain dengan lesi kulit dan
membran mukosa, tidak dijelaskan
Enanthema
virus NOS, exanthema virus NOS
Hepatitis
virus(B15-B19)
Hepatitis adalah
peradangan hati dengan nekrosis sel. Penyebab utamanya hepatitis virus Type A,
B, dan C (non-A non-B), gejala bisa bervariasi dari ringan seperti flu sampai
gagal hati fulminant (berkembang cepat, sangat berbahaya) yang fatal. Gejala
awal anoreksia, tidak enak badan (malaise), mual dan muntah, dan demam.
Hepatitis biasanya sembuh spontan setelah 4-8 minggu, dan bisa menjadi kronis
atau menjadi lebih berat.
Kecuali: hepatitis
herpesvirus [herpes simplex] (B00.8)
hepatitis cytomegalovirus (B25.1), sequelae
hepatitis virus (B94.2)
Gunakan
kode tambahan (Bab XX) kalau perlu, untuk identifikasi obat, kalau hepatitis
pascatransfusi
B15 Hepatitis akut A
B15.0 Hepatitis
A dengan koma hepatika
B15.9 Hepatitis
A tanpa koma hepatika,
Hepatitis
A (akut) (virus) NOS
B16 Hepatitis akut B
B16.0 Hepatitis
akut B dengan delta-agent (koinfeksi), dengan koma hepatika
B16.1 Hepatitis
akut B dengan delta-agent (koinfeksi), tanpa koma hepatika
B16.2 Hepatitis
akut B tanpa delta-agent, dengan koma hepatika
B16.9 Hepatitis
akut B tanpa delta-agent, dan tanpa koma hepatika
Hepatitis
B (akut) (virus) NOS
B17 Hepatitis virus akut lain
B17.0 Delta-(super)infection
akut terhadap carrier hepatitis B
B17.1 Hepatitis
akut C
B17.2 Hepatitis
akut E
B17.8 Hepatitis
virus akut lain yang dijelaskan,
Hepatitis
non-A non-B (akut) (virus) NEC
B17.9 Hepatitis
virus akut, tidak dijelaskan
Hepatitis
akut NOS; hepatitis infeksiosa akut NOS
B18 Hepatitis virus kronis
B18.0 Hepatitis
virus B kronis dengan delta-agent
B18.1 Hepatitis
virus B kronis tanpa delta-agent,
Hepatitis
(virus) kronis B
B18.2 Hepatitis
virus C kronis
B18.8 Hepatitis
virus kronis lain
B18.9 Hepatitis
virus kronis, tidak dijelaskan
B19 Hepatitis virus, tidak dijelaskan
B19.0 Hepatitis
virus yang tidak dijelaskan dengan koma hepatika
B19.9 Hepatitis
virus yang tidak dijelaskan tanpa koma hepatika
Hepatitis
virus NOS
Penyakit human
immunodeficiency virus [HIV] (B20-B24)
Penyakit akibat virus immunodefisiensi
manusia (HIV) ini memberi kumpulan gejala yang dikenal dengan Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS), atau kumpulan gejala penurunan kekebalan yang
diperoleh setelah lahir. Penurunan kekebalan menyebabkan berbagai penyakit yang
seharusnya dapat dihambat oleh tubuh normal. Penularan virus HIV terjadi
melalui cairan tubuh, dan paling sering melalui penggunaan jarum suntik yang
terkontaminasi, hubungan seksual melalui anus, dan transfusi darah.
Kecuali: Status infeksi HIV asimptomatik (Z21)
Mempersulit
kehamilan, melahirkan dan nifa (O98.7)
B20 Penyakit
HIV yang menyebabkan penyakit infeksi dan parasit
Kecuali: sindroma
infeksi akut HIV (B23.0)
B20.0 Penyakit
HIV yang menyebabkan infeksi mycobacteria
Penyakit
HIV yang menyebabkan tuberkulosis
B20.1 Penyakit
HIV yang menyebabkan infeksi bakteri lain
B20.2 Penyakit
HIV yang menyebabkan penyakit cytomegalovirus
B20.3 Penyakit
HIV yang menyebabkan infeksi virus lain
B20.4 Penyakit
HIV yang menyebabkan kandidiasis
B20.5 Penyakit
HIV yang menyebabkan penyakit jamur lain
B20.6 Penyakit
HIV yang menyebabkan pneumonia Pneumocystis
carinii
B20.7 Penyakit
HIV yang menyebabkan infeksi ganda
B20.8 Penyakit
HIV yang menyebabkan penyakit infeksi dan parasit lain
B20.9 Penyakit
HIV yang menyebabkan penyakit infeksi dan parasit yang tidak dijelaskan
Penyakit
HIV yang menyebabkan infeksi NOS
B21 Penyakit HIV yang menyebabkan neoplasma
ganas
B21.0 Penyakit
HIV yang menyebabkan sarkoma Kaposi
B21.1 Penyakit
HIV yang menyebabkan limfoma Burkitt
B21.2 Penyakit
HIV yang menyebabkan jenis lain limfoma non-Hodgkin
B21.3 Penyakit
HIV yang menyebabkan neoplasma ganas lain pada jaringan limfoid, hematopoietik
dan yang terkait
B21.7 Penyakit
HIV yang menyebabkan neoplasma ganas ganda
B21.8 Penyakit
HIV yang menyebabkan neoplasma ganas lain
B21.9 Penyakit
HIV yang menyebabkan neoplasma ganas yang tidak dijelaskan
B22 Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit lain
yang dijelaskan
B22.0 Penyakit
HIV yang menyebabkan ensefalopati
Dementia
HIV
B22.1 Penyakit
HIV yang menyebabkan pneumonitis interstitialis llimfoid
B22.2 Penyakit
HIV yang menyebabkan wasting syndrome
Penyakit
HIV yang menyebabkan gagal bertumbuh
Penyakit
kurus (Slim disease)
B22.7 Penyakit
HIV yang menyebabkan penyakit ganda yang diklasifikasi di tempat lain
Catatan:
Untuk pemakaian kategori ini, perlu rujukan ke aturan pengkodean morbiditas dan
mortalitas di Volume 2.
B23 Penyakit HIV yangmenyebabkan kondisi lain
B23.0 Sindroma
infeksi HIV akut
B23.1 Penyakit
HIV yang menyebabkan limfadenopati umum (persistent)
B23.2 Penyakit
HIV yang menyebabkan kelainan haematologis dan immunologis, n.e.c.
B23.8 Penyakit
HIV yang menyebabkan kondisi lain yang dijelaskan
B24 Penyakit HIV, tidak dijelaskan
Acquired immunodeficiency syndrome [AIDS]
NOS
AIDS-related complex [ARC] NOS
Catatan dari volume 2:
·
Pasien dengan kerusakan sistem
imun akibat penyakit HIV kadang-kadang memerlukan pengobatan untuk lebih dari
satu penyakit pada satu periode perawatan, misalnya infeksi mycobacterium dan
cytomegalovirus. Kodelah subkategori yang sesuai untuk kondisi utama yang
dipilih oleh praktisi asuhan kesehatan.
·
Seandainya kondisi utama adalah
penyakit HIV dengan banyak penyakit penyerta, maka gunakan subkategori .7 dari
B20-B22. Kondisi yang bisa diklasifikasi pada dua subkategori atau lebih harus
dikode pada subkategori .7 pada kategori yang relevan (misalnya B20 atau B21).
Subkategori B22.7 digunakan kalau terdapat kondisi yang bisa diklasifikasikan
pada dua kategori atau lebih pada B20-B22. Kode tambahan dari dalam blok
B20-B24 bisa digunakan, kalau perlu, untuk menjelaskan setiap kondisi yang
terdaftar.
·
Kadang-kadang kalau kondisi
yang berhubungan jelas muncul lebih dahulu daripada infeksi HIV, kombinasinya
tidak boleh dikode dan Selection Rules harus diikuti.
1.
KU: Penyakit HIV dan sarkoma Kaposi
Kode: Penyakit HIV yang menyebabkan Sarkoma Kaposi (B21.0).
2.
KU: Toxoplasmosis dan cryptococcosis pada pasien HIV
Kode: Penyakit HIV yang menyebabkan infeksi ganda (B20.7).
Kode B20.8 (penyakit HIV yang
menyebabkan penyakit infeksi dan parasit lain) dan B20.5 (penyakit HIV yang
menyebabkan mikosis lain) bisa digunakan sebagai kode tambahan, kalau
diinginkan.
3.
KU: Penyakit HIV dengan pneumonia Pneumocystis carinii, limfoma Burkitt dan kandidiasis mulut.
Kode: Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit ganda (B22.7).
Kode tambahan B20.6 (penyakit HIV penyebab
pneumonia Pneumocystis carinii),
B21.1 (penyakit HIV penyebab limfoma Burkitt), dan B20.4 (penyakit HIV penyebab
kandidiasis) bisa diberikan kalau diinginkan.
· Subkategori pada B20-B23 adalah
satu-satunya kode 4-karakter pilihan. Kalau penggunaan pilihan ini tidak
diinginkan, kode lain harus digunakan sebagai kode tambahan untuk identifikasi
kondisi spesifik yang timbul. Pada contoh 1, kondisi utama B21 (penyakit HIV penyebab
neoplasma ganas), dan C46.9 (sarkoma Kaposi) sebagai kode tambahan. Pada contoh
2, kondisi utama B20 (penyakit HIV penyebab penyakit infeksi dan parasit), sedangkan
B58.9 (Toxoplasmosis, tidak dijelaskan) dan B45.9 (Cryptococcosis, tidak
dijelaskan) dipakai sebagai kode tambahan.
· Penentuan penggunaan subkategori
4-karakter pada B20-B23 atau kode penyebab ganda untuk mengidentifikasi kondisi
spesifik, harus diputuskan pada waktu ICD 10 diimplementasikan di negara yang
bersangkutan.
Penyakit virus lain
(B25-B34)
B25 Penyakit Cytomegalovirus (CMV)
Penyakit CMV
bisa mengenai janin, neonatus, atau pada segala usia. Penularan melalui saliva,
urin, feses, semen, ASI, dan sekresi serviks. Akibatnya berkisar dari infeksi
ringan, demam, hepatitis, pneumonitis, kerusakan otak, sampai lahir mati dan
kematian perinatal.
Kecuali: infeksi
CMV kongenital (P35.1),
mononucleosis
CMV (B27.1)
B25.0† Pneumonitis CMV (J17.1*)
B25.1† Hepatitis CMV (K77.0*)
B25.2† Pancreatitis CMV (K87.1*)
B25.8 Penyakit
CMV lain
B25.9 Penyakit
CMV, tidak dijelaskan
B26 Mumps
Mumps (parotitis
epidemika, infeksiosa) adalah penyakit menular yang akut, dengan pembesaran
kelenjar saliva, terutama parotid yang disertai nyeri. Virus disebarkan melalui droplet atau kontak
langsung dengan material yang tercemar oleh saliva terinfeksi. Komplikasi yang
sering adalah orkhitis, meningoensefalitis, dan pankreatitis.
B26.0† Orchitis mumps (N51.1*)
B26.1† Meningitis mumps (G02.0*)
B26.2† Encephalitis mumps (G05.1*)
B26.3† Pancreatitis mumps (K87.1*)
B26.8 Mumps
dengan komplikasi lain:
Polyneuropathy
mumps† (G63.0*), myocarditis mumps† (I41.1*)
Arthritis
mumps† (M01.5*), nephritis mumps† (N08.0*)
B26.9 Mumps
tanpa komplikasi
Mumps
NOS, Parotitis NOS
B27 Mononucleosis
infeksiosa
Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi,
tenggorok sakit, limfadenopati umum; hiperplasia jaringan limfe, dan
limfositosis.
Termasuk: glandular
fever, monocytic angina, penyakit Pfeiffer'
B27.0 Mononucleosis
gammaherpesvirus;
Mononucleosis
akibat virus Epstein-Barr
B27.1 Mononucleosis
CMV
B27.8 Mononucleosis
infeksiosa lain
B27.9 Mononucleosis
infeksiosa, tidak dijelaskan
B30 Konjungtivitis
virus
Penyakit akibat adenovirus ini terutama
menyerang orang dewasa. Serangan
pada anak-anak berhubungan dengan efeknya pada pernafasan dan sistemik.
Kecuali: penyakit
mata herpesvirus [herpes simplex] (B00.5),
penyakit
mata zoster (B02.3)
B30.0† Keratoconjunctivitis akibat adenovirus
(H19.2*);
Keratoconjunctivitis
epidemika,
Shipyard
eye
B30.1† Konjungtivitis akibat adenovirus
(H13.1*),
Konjungtivitis
folikularis adenovirus akut,
Swimming-pool
conjunctivitis
B30.2 Faringokonjungtivitis
virus
B30.3† Konjungtivitis hemoragika epidemik
akut (enterovirus) (H13.1*);
Konjungtivitis
akibat coxsackievirus 24,
Konjungtivitis
akibat enterovirus 70
Konjungtivitis
hemoragika (akut) (epidemik)
B30.8† Konjungtivitis virus lainnya
(H13.1*);
Konjungtivitis
Newcastle
B30.9 Konjungtivitis
virus, tidak dijelaskan
B33 Penyakit
virus lain, not elsewhere classified
B33.0 Myalgia
epidemik
Penyakit
Bornholm
B33.1 Penyakit Ross River
Demam
Ross River
Poliartritis
dan exantema epidemik
B33.2 Karditis
virus
B33.3 Infeksi
retrovirus, not elsewhere classified;
Infeksi
retrovirus NOS
B33.4† Hantavirus (cardio)-pulmonary
syndrome [HPS] [HCPS] (J17.1*)
Penyakit
hantavirus dengan manifestasi pulmonalis
Penyakit
virus Sin Nombre
Gunakan
kode tambahan (N17.9) kalau perlu, untuk identifikasi kegagalan ginjal yang
berhubungan dengan HPS yang disebabkan oleh etiologi hantavirus Andes, Bayou,
dan Black Creek Canal
Kecuali:
demam berdarah dengan manifestasi ginjal (A98.5† N08.0*)
B33.8 Penyakit
virus lain yang dijelaskan.
B34 Penyakit virus dengan situs tidak
dijelaskan
Kecuali: infeksi
herpesvirus NOS (B00.9)
penyakit
CMV NOS (B25.9)
infeksi
retrovirus NOS (B33.3)
virus
sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasikan pada bab lain (B97.-)
B34.0 Infeksi
adenovirus, tempat tidak dijelaskan
B34.1 Infeksi
enterovirus, tempat tidak dijelaskan
Infeksi
coxsackievirus NOS
Infeksi
echovirus NOS
B34.2 Infeksi
coronavirus, tempat tidak dijelaskan
Kecuali:
severe acute respiratory syndrome [SARS] (U04.9)
B34.3 Infeksi
parvovirus, tempat tidak dijelaskan
B34.4 Infeksi
papovavirus, tempat tidak dijelaskan
B34.8 Infeksi
virus lain yang situsnya tidak dijelaskan
B34.9 Infeksi
virus, tidak dijelaskan;
Viraemia
NOS
Mycoses (B35-B49)
Kecuali: mycosis
fungoides (C84.0)
pneumonitis hipersensitif akibat debu
organik (J67.-)
B35 Dermatophytosis
Dermatophyta
adalah jamur jaringan mati pada kulit atau bagiannya (stratum korneum, kuku,
rambut). Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton paling sering terlibat. Beberapa dermatophyta
menyebabkan radang ringan atau tanpa radang. Infeksi akut bisa terjadi,
misalnya vesikel dan bulla di kaki, atau lesi lunak berair (kerion) di kepala akibat
reaksi imunologis terhadap jamur yang biasanya diikuti oleh remisi atau
kesembuhan.
Tinea barbae
adalah infeksi jamur pada jenggot yang jarang terjadi. Tinea kapitis pada
kepala yang disebabkan Trichophyton
sering mengenai anak-anak, menular dan bisa menjadi epidemik. Area yang
terlibat memiliki bintik-bintik hitam akibat rambut yang patah. Lesi Microsporum audouini berupa patch
abu-abu, bersisik, dan agak botak dengan rambut kusam dan patah-patah. Lesi
akibat M. canis dan M. gypseum lebih bersifat radang, dengan
lepasnya rambut terinfeksi, dan bisa disertai granuloma radang yang menonjol
(kerion), lalu segera sembuh.
Tinea unguium
atau jamur kuku adalah salah satu bentuk onychomycosis, biasanya disebabkan
oleh Trichophyton. Kuku menebal dan
kusam, debris berkumpul di bawah ujung bebasnya. Plat kuku bisa menjadi
terpisah, dan kuku bisa hancur. Tinea manuum adalah jamur tangan, dan tinea
pedis di sela-sela jari kaki dikenal dengan nama athlete’s foot. Lesi Trichophyton
ini sering lecet dengan vesikel dipinggirnya.
Tinea korporis
disebabkan oleh Trichophyton dengan
lesi papuloskuamosa berbentuk lingkaran dengan pinggir yang naik, meluas ke
pinggir, dan bagian tengah cenderung bersih. Tinea cruris melebar dari lipatan
paha menuju paha dalam bagian atas. Bentuk-bentuk lain jamur adalah Pityriasis
versikolor, Pityriasis nigra, white piedra dan black piedra..
Termasuk: favus
infeksi Epidermophyton, Microsporum and Trichophyton
tinea, semua jenis kecuali yang ada pada
B36.-
B35.0 Tinea
barbae dan tinea capitis
Ringworm
(jamur) jenggot, ringworm kulit kepala, kerion, sycosis jamur
B35.1 Tinea
unguium
Onychomycosis,
onychia dermatophyta, dermatophytosis kuku, ringworm kuku
B35.2 Tinea
manuum
Dermatophytosis
tangan, hand ringworm
B35.3 Tinea
pedis
Athlete's
foot, dermatophytosis kaki, foot ringworm
B35.4 Tinea
corporis
Ringworm
badan
B35.5 Tinea
imbricata
Tokelau
B35.6 Tinea
cruris;
Dhobi
itch, groin ringworm, jock itch
B35.8 Dermatophytosis
lain
Dermatophytosis
disseminata, dermatophytosis granulomatosa
B35.9 Dermatophytosis,
tidak dijelaskan;
Ringworm
NOS
B36 Mikosis permukaaan lainnya
B36.0 Pityriasis
versicolor
Tinea
flava, tinea versicolor, [panu]
B36.1 Tinea
nigra;
Microsporosis
nigra, pityriasis nigra
Keratomycosis
nigricans palmaris
B36.2 White
piedra
Tinea
blanca
B36.3 Black
piedra
B36.8 Mikosis
superfisialis lain yang dijelaskan
B36.9 Mikosis
superfisialis, tidak dijelaskan
B37 Candidiasis
Kandidiasis biasanya pada kulit dan
membran mukosa, infeksi sistemik menyebabkan lesi visera yang fatal.
Penyebabnya, Candida albicans adalah
jamur ragi saprofit yang menjadi patogen kalau lingkungan memungkinkan atau
pertahanan tubuh melemah. Daerah hangat dan lecet adalah tempat yang rentan.
Kerentanan ditingkatkan oleh antibiotik, kortikosteroid, antimetabolik,
kehamilan, obesitas, diabetes mellitus dan cacad imunologis. Pada dewasa muda
kandidiasis bisa merupakan tanda awal AIDS.
Kandidiasis intertrigo (lipatan) berupa patch
berbatas tegas, merah, bisa gatal dan eksudat. Kandidiasis perianus menyebabkan
pruritus ani yang lecet bewarna putih. Vulvovaginitis kandida sering ketika
hamil atau diabetes mellitus, berupa cairan putih kekuningan. Infeksi glans
penis dan preputium terdapat pasangan seksual penderita vulvovaginitis kandida.
Kandidiasis mulut (oral thrush) berupa patch eksudat putih krem yang bisa
dikikis dari lidah atau mukosa pipi. Perleche, yaitu radang dan retak sudut
mulut, bisa disebabkan oleh kandida atau gigi palsu yang letaknya tidak benar.
Termasuk: candidosis,
miniliasis
Kecuali: kandidiasis
neonatus (P37.5)
B37.0 Stomatitis
kandida
Oral
thrush
B37.1 Kandidiasis
pulmonalis
B37.2 Kandidiasis
kulit dan kuku;
Onychia
kandida, paronychia kandida
Kecuali:
dermatitis diaper (L22)
B37.3† Kandidiasis vulva dan vagina
(N77.1*);
Vulvovaginitis
kandida, vulvovaginitis monilia; vaginal thrush
B37.4 Kandidiasis urogenital lain;
Balanitis
kandida † (N51.2*), urethritis kandida † (N37.0*)
B37.5† Meningitis kandida(G02.1*)
B37.6† Endokarditis kandida (I39.8*)
B37.7 Septis
kandida
B37.8 Kandidiasis
pada situs lain;
Cheilitis
kandida, Enteritis kandida
B37.9 Kandidiasis,
tidak dijelaskan;
Thrush
NOS
B38 Coccidioidomycosis
Bentuk primer infeksi
Coccidioides immitis ini bisa tanpa
gejala, berupa infeksi saluran pernafasan, effusi pleura atau pneumonia. Bentuk
progresif muncul dari bentuk primer, menyerang kulit, kelenjar limfe, limpa,
hati, ginjal, meningen dan otak, dan sering fatal
B38.0 Koksidioidomikosis
paru-paru akut
B38.1 Koksidioidomikosis
paru-paru kronis
B38.2 Koksidioidomikosis
paru-paru, tidak dijelaskan
B38.3 Koksidioidomikosis
kulit
B38.4† Koksidioidomikosis
meningitis (G02.1*)
B38.7 Koksidioidomikosis
disseminata
Koksidioidomikosis
generalisata
B38.8 Bentuk
lain koksidioidomikosis
B38.9 Koksidioidomikosis,
tidak dijelaskan
B39 Histoplasmosis
Disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, khas dengan lesi
paru-paru primer dan bisa menyebar melalui darah dan menyebabkan ulkus
orofarings, saluran pencernaan, serta hepatomegali, splenomegali,
limfadenopati, dan nekrosis adrenal.
B39.0 Histoplasmosis
capsulati paru-paru akut
B39.1 Histoplasmosis
capsulati paru-paru kronis
B39.2 Histoplasmosis
capsulati paru-paru, tidak dijelaskan
B39.3 Histoplasmosis
capsulati disseminata
Histoplasmosis
capsulati generalisata
B39.4 Histoplasmosis
capsulati, tidak dijelaskan
Histoplasmosis
Amerika
B39.5 Histoplasmosis
duboisii
Histoplasmosis
Afrika
B39.9 Histoplasmosis,
tidak dijelaskan
B40 Blastomycosis
Penyakit
Gilchrist ini disebabkan oleh Blastomyces dermatitidis, terutama melibatkan
paru-paru dan bisa menyebar secara hematogen ke kulit.
Kecuali: Blastomikosis
Brazilia (B41.-)
Blastomikosis
keloid (B48.0)
B40.0 Blastomikosis
paru-paru akut
B40.1 Blastomikosis
paru-paru kronis
B40.2 Blastomikosis
paru-paru, tidak dijelaskan
B40.3 Blastomikosis
kulit
B40.7 Blastomikosis
disseminata
Blastomikosis
generalisata
B40.8 Bentuk
lain blastomikosis
B40.9 Blastomikosis,
tidak dijelaskan
B41 Parakoksidioidomikosis
Penyakit infeksi
kulit, membran mukosa, kelenjar limfe, dan organ internal ini disebabkan oleh
jamur Paracoccidioides brasiliensis (Blastomyces brasiliensis).
Termasuk: Blastomikosis
Brazilia
Penyakit
Lutz
B41.0 Parakoksidioidomikosis
paru-paru
B41.7 Parakoksidioidomikosis
disseminata
Parakoksidioidomikosis
umum
B41.8 Bentuk
lain parakoksidioidomikosis
B41.9 Parakoksidioidomikosis,
tidak dijelaskan
B42 Sporotrichosis
Akibat saprofit
tanaman Sporothrix schenckii, khas
dengan nodul, ulkus dan abses pada kulit dan saluran limfe permukaan, dan bisa menyerang
paru-paru atau membran sinovium. Ia sering menyerang petani dan peladang, terutama yang menangani semak
belukar.
B42.0† Sporotrikosis
paru-paru (J99.8*)
B42.1 Sporotrikosis
limfokutan
B42.7 Sporotrikosis
disseminata
Sporotrikosis
umum
B42.8 Bentuk
lain sporotrikosis
B42.9 Sporotrikosis,
tidak dijelaskan
B43 Chromomycosis
and phaeomycotic abscess
Penyakit infeksi akibat Hormodendrum pedrosoi, H. compactum, atau Phialophora verrucosa, khas dengan nodul kulit seperti wart yang
dengan perlahan menjadi vegetasi papillomatosa yang mudah membentuk ulkus. Umum
terjadi di daerah tropis pada laki-laki 30-50 tahun.
B43.0 Kromomikosis
kulit
Dermatitis
verrucosa
B43.1 Abses
otak phaeomikotik
Kromomycosis
otak
B43.2 Abses
dan kista phaeomikotik subkutis
B43.8 Bentuk
lain kromomikosis
B43.9 Kromomikosis,
tidak dijelaskan
B44 Aspergillosis
Penyakit infeksi
paru-paru yang bisa menyebar melalui darah, disebabkan oleh Aspergillus spp, terutama A. fumigatus. Kelainan paru-paru mungkin pula sebagai reaksi
allergi terhadap jamur ini atau spesies lainnya. Jamur ini muncul setelah
pengobatan antibiotika bronkus yang rusak oleh bronkitis, bronkiekstasis, atau
TB. Bola jamur (aspergilloma, “fungus ball”) adalah bentuk khas penyakit ini
yang pada foto Rontgen terlihat sebagai massa bulat padat dikelilingi oleh
lapisan udara tipis, biasanya di dalam rongga sisa TB.
Termasuk: Aspergilloma
B44.0 Aspergillosis
paru-paru invasif
B44.1 Aspergillosis
paru-paru lainnya
B44.2 Aspergillosis
paru-paru tonsil
B44.7 Aspergillosis
paru-paru disseminata
Aspergillosis
umum
B44.8 Bentuk
lain aspergillosis
B44.9 Aspergillosis,
tidak dijelaskan
B45 Cryptococcosis
Penyakit infeksi
Filobasidiella neoformans (dulu disebut
Cryptococcus neoformans) ini memiliki
fokus primer pada paru-paru, menyebar ke meningen atau ke ginjal, tulang dan
kulit.
B45.0 Kriptokokosis
paru-paru
B45.1 Kriptokokosis
cerebralis
Kriptokokosis
meningocerebralis
Meningitis
cryptococcus † (G02.1*)
B45.2 Kriptokokosis
kulit
B45.3 Kriptokokosis
tulang
B45.7 Kriptokokosis
disseminata
Kriptokokosis
umum
B45.8 Bentuk
lain kriptokokosis
B45.9 Cryptococcosis,
tidak dijelaskan
B46 Zygomycosis
Disebut juga
phycomycosis atau mucormycosis, disebabkan oleh hyphae (filamen jamur) lebar
tanpa septum dari Rhizopus, Abdisia, atau
Basidiobolus spp. Mucormycosis kulit menyebabkan bengkak-bengkak pada
subkutis leher dan dada. Jenis rhinocerebralis adalah infeksi primer fatal pada
hidung, sinus atau orbita, sering pada penurunan daya tahan tubuh.
B46.0 Mukormikosis
paru-paru
B46.1 Mukormikosis
rhinocerebralis
B46.2 Mukormikosis
gastrointestinalis
B46.3 Mukormikosis
kulit, mucormycosis subkutis
B46.4 Mukormikosis
disseminata;
Mukormikosis
umum
B46.5 Mukormikosis,
tidak dijelaskan
B46.8 Zygomikoses
lain;
Entomophthoromycosis
B46.9 Zygomikosis,
tidak dijelaskan;
Phycomycosis
NOS
B47 Mycetoma
Infeksi kaki
(kadang-kadang anggota atas) yang kronis, agak sembab, dengan banyak sinus;
yang menyebar kecuali kalau dieksisi atau diamputasi. Kasus yang dibiarkan bisa menyebabkan kematian
akibat serangan infeksi sekunder bakteria. Hampir separo kasus disebabkan oleh Nocardia spp., dan sisanya oleh sekitar
20 macam jamur dan bakteria. Paling sering terjadi di daerah tropis dan pada
usia 21-40 tahun.
B47.0 Eumycetoma
Madura
foot jenis mikotik; Maduromycosis
B47.1 Actinomycetoma
B47.9 Mycetoma,
tidak dijelaskan;
Madura
foot NOS
B48 Mikosis
lain, not elsewhere classified
B48.0 Lobomycosis
Penyakit
Lobo;
Blastomikosis
keloid
B48.1 Rhinosporidiosis
B48.2 Allescheriasis
Infeksi
Pseudallescheria boydii
Kecuali:
eumycetoma (B47.0)
B48.3 Geotrichosis;
Stomatitis
geotrichum
B48.4 Penicillosis
B48.7 Mikoses
oportunistik
disebabkan
oleh jamur dengan keganasan rendah yang hanya menginfeksi sebagai
akibat
terdapatnya faktor-faktor seperti penyakit yang melemahkan atau pemberian
obat
penekan ketahanan dan obat lainnya, atau terapi penyinaran. Hampir semua
jamur
penyebab bersifat saprofit di tanah atau pada vegetasi yang membusuk.
B48.8 Mikoses
lain yang dijelaskan
Adiaspiromycosis
B49 Mycosis, tidak dijelaskan
Fungaemia
NOS
Penyakit-penyakit
akibat protozoa (B50-B64)
Kecuali: amoebiasis
(A06.-),
penyakit
usus akibat protozoal lain (A07.-)
Malaria
Malaria adalah penyakit akibat Plasmodium falciparum, P. vivax, P. malariae, atau P. ovale.
Infeksi terjadi melalui tusukan nyamuk anopheles, transfusi darah, atau
penggunaan jarum bersama di antara pengguna narkoba.. Masa inkubasi 10-35 hari,
disusul oleh masa prodroma berupa demam ringan, lesu, sakit kepala, nyeri otot,
dan rasa dingin, sehingga sering diduga influenza. Serangan dimulai dengan
menggigil, demam dan keringatan, pada malaria vivax dan ovale setiap 48 jam,
pada malaria falciparum setiap 36-72 jam, dan pada malaria malariae setiap 72
jam. Gejala diikuti anemia dan splenomegali, dengan perjalanan penyakit kronis
berulang.
Lingkaran hidup dimulai ketika anopheles betina menelan gametosit
malaria dari darah, yang berubah menjadi sporozoit yang akan bermukim di kelenjar
saliva nyamuk. Sporozoit yang disuntikkan ke manusia memasuki sel-sel parenkim
hati dan memperbanyak diri (fase eksoeritrosit). Setelah 2-4 minggu, terbentuk merozoit
yang memasuki darah dan eritrosit (fase eritrosit). Mereka memperbanyak diri di dalam
eritrosit membentuk generasi merozoit baru. Eritrosit akan pecah, merozoit
dibebaskan ke dalam plasma dan memasuki eritrosit baru, lalu memperbanyak diri.
Gametosit yang juga terbentuk di eritrosit, tidak mampu memperbanyak diri kalau
tidak ditelan kembali oleh anopheles.
B50 Malaria Plasmodium
falciparum
Termasuk: infeksi
campuran P. falciparum dengan Pasmodium spp. lain
B50.0 Malaria
P. falciparum dengan komplikasi otak
Malaria
otak NOS
B50.8 Malaria
P. falciparum berat dan berkomplikasi
lain
Malaria
P. falciparum berat dan berkomplikasi
NOS
B50.9 Malaria
P. falciparum, tidak dijelaskan
B51 Malaria Plasmodium vivax
Termasuk: infeksi
campuran P. vivax dengan Plasmodium spp. lain
Kecuali: bercampur
dengan P. falciparum (B50.-)
B51.0 Malaria
P. vivax dengan ruptur limpa
B51.8 Malaria
P. vivax dengan komplikasi lain
B51.9 Malaria
P. vivax tanpa komplikasi
Malaria
P. vivax NOS
B52 Malaria Plasmodium
malariae
Termasuk: infeksi
campuran P. malariae dengan Plasmodium spp. lain
Kecuali: bercampur
dengan P. falciparum (B50.-)
bercampur
dengan P. vivax (B51.-)
B52.0 Malaria
P. malariae dengan nephropathy
B52.8 Malaria
P. malariae dengan komplikasi lain
B52.9 Malaria
P. malariae tanpa komplikasi
Malaria
P. malariae NOS
B53 Malaria lain yang secara parasitologi
dipastikan
B53.0 Malaria
P. ovale
Kecuali:
bercampur dengan P. falciparum (B50.-)
bercampur
dengan P. vivax (B51.-)
bercampur
dengan P. malariae (B52.-)
B53.1 Malaria
akibat plasmodia simian (monyet)
Kecuali:
bercampur dengan P. falciparum (B50.-)
bercampur
dengan P. vivax (B51.-)
bercampur
dengan P. malariae (B52.-)
bercampur
dengan P. ovale (B53.0),
B53.8 Malaria
lain yang secara parasitologi dipastikan, not elsewhere classified;
Malaria
yang secara parasitologi dipastikan NOS.
B54 Malaria yang tidak dijelaskan
Malaria
yang didiagnosa secara klinis tanpa konfirmasi parasitologi
B55 Leishmaniasis
Leishmaniasis disebabkan
oleh Leishmania spp. yang ditularkan lalat
Phlebotomus (sandfly). Manifestasinya bisa viseral, mukokutan, atau kulit, tergantung
strain yang menyerang dan kekebalan. Kala-azar disebabkan oleh L. donovani, masuk aliran darah,
bersarang di sistem retikulo-endotel, menimbulkan demam, splenomegali, kurus
dan pansitopenia, dengan angka kematian 90% kalau tidak diobati. Leishmaniasis
kulit disebabkan oleh L. tropica atau
L. major, dengan ulkus granulomatosa
berbatas tegas. Ulkus mukokutan di muka disebabkan oleh L. mexicana., L. braziliensis
peruvia, dan L. braziliensis
braziliensis. Jenis lain,
L. mexicana amazonensis dan L. tropica aethiopica menyebabkan lesi
kulit tersebar luas menyerupai lepra lepromatosa.
B55.0 Leishmaniasis
viseral;
Kala-azar;
Leishmaniasis
kulit pasca-kala-azar
B55.1 Leishmaniasis
kulit
B55.2 Leishmaniasis
mukokutan
B55.9 Leishmaniasis,
tidak dijelaskan
B56 Trypanosomiasis Afrika
Trypanosomiasis
adalah penyakit kronis akibat T. brucei
var. gambiense dan T. brucei var.
rhodesiense yang menyebabkan penyakit tidur Afrika, ditularkan oleh lalat
Tsetse (Glossina spp.).
Tripanosomiasis ini khas dengan demam, limfadenopati, erupsi kulit, dan
edema-edema lokal yang nyeri. Gejala SSP seperti tremor, sakit kepala, apathy,
dan kejang akan muncul kemudian dan menyebabkan koma dan kematian.
B56.0 Trypanosomiasis
Gambia;
West African sleeping sickness
B56.1 Trypanosomiasis
Rhodesia;
East African sleeping sickness
B56.9 Trypanosomiasis
Afrika, tidak dijelaskan; Sleeping sickness NOS
B57 Penyakit Chagas
Penyakit Chagas atau
Trypanosomiasis Amerika terdapat di Amerika Selatan dan Tengah, disebabkan oleh
T. cruzi, ditularkan oleh insekta
reduviid (Triatoma). Gejala akut terutama pada anak-anak kecil, khas dengan
demam, limfadenopati, hepatosplenomegali, dan edema muka. Kadang-kadang
disertai meningoensefalitis dan kejang yang menyebabkan cacad mental atau fisik
yang permanen, atau kematian.
Termasuk: American
trypanosomiasis;
Infeksi
Trypanosoma cruzi
B57.0† Penyakit Chagas akut yang melibatkan
jantung (I41.2*, I98.1*)
Penyakit
Chagas akut yang melibatkan kardiovaskuler NEC (I98.1*)
Penyakit
Chagas akut dengan miokarditis (I41.2*)
B57.1 Penyakit
Chagas akut tanpa melibatkan jantung;
Penyakit
Chagas akut NOS
B57.2 Penyakit Chagas (kronis) yang
melibatkan jantung
Trypanosomiasis
Amerika NOS
Penyakit
Chagas (kronis) NOS
Penyakit
Chagas (kronis) (dengan) melibatkan kardiovaskuler NEC † (I98.1*),
Penyakit
Chagas (kronis) (dengan) myokarditis † (I41.2*)
Trypanosomiasis
NOS, di tempat penyakit Chagas prevalent
B57.3 Penyakit Chagas (kronis) yang
melibatkan sistem pencernaan
B57.4 Penyakit Chagas (kronis) yang
melibatkan sistem syaraf
B57.5 Penyakit Chagas (kronis) yang
melibatkan organ lain
B58 Toxoplasmosis
Penyakit
granulomatosa umum atau SSP akibat Toxoplasma
gondii. Infeksi asimptomatik
di seluruh dunia menunjukkan variasi 7-94%. Ia menyerang dan memperbanyak diri
secara aseksual di dalam sitoplasma sel-sel berinti, dan membentuk kista di
jaringan. Perbanyakan secara seksual terjadi pada sel-sel usus kucing, oosit
yang dihasilkan keluar bersama feses. Penularan bisa terjadi melalui plasenta,
makan daging berkista yang kurang masak, dan melalui oosit di tanah yang
tercemar kotoran kucing.
Termasuk: Infeksi
Toxoplasma gondii
Kecuali: Toxoplasmosis
kongenital (P37.1)
B58.0† Okulopati toxoplasma;
chorioretinitis
toxoplasma (H32.0*)
B58.1† Hepatitis toxoplasma (K77.0*)
B58.2† Meningoencephalitis toxoplasma (G05.2*)
B58.3† Toxoplasmosis paru-paru (J17.3*)
B58.8 Toxoplasmosis
yang melibatkan organ lain:
Miokarditis
toxoplasma † (I41.2*);
Miositis
toxoplasma † (M63.1*)
B58.9 Toxoplasmosis,
tidak dijelaskan
B59† Pneumocystosis (J17.3*)
Pneumonia
akibat Pneumocystis carinii
Pneumonia
akibat Pneumocystis jirovecii
B60 Penyakit
protozoa lain, not elsewhere classified
Kecuali: Kriptosporidiosis
(A07.2);
Isosporiasis
(A07.3)
Mikrosporidiosis
usus (A07.8)
B60.0 Babesiosis
Piroplasmosis
[infeksi intraeritrosit pada hewan]
B60.1 Acanthamoebiasis
Konjungtivitis
akibat Acanthamoeba† (H13.1*)
Keratokonjungtivitis
akibat Acanthamoeba† (H19.2*)
B60.2 Naegleriasis
Meningoensefalitis
amuba primer † (G05.2*)
B60.8 Penyakit
protozoa lain yang dijelaskan:
Mikrosporidiosis
B64 Penyakit protozoa yang tidak dijelaskan
Helminthiases
(B65-B83)
B65 Schistosomiasis [bilharziasis]
Penyakit visera
akibat cacing darah Schistosoma, yang hidup di dalam vena mesenterium atau bladder.
Telur yang menembus mukosa usus atau bladder akan tiba di air, menetas, melepaskan
miracidia yang dengan cepat berubah menjadi ribuan cercaria di dalam keong. Cercaria
dapat menembus kulit, dan berubah menjadi skistosomula, pada saat ini terjadi
dermatitis. Skistosomula pindah ke vena bladder atau usus, menjadi dewasa dan
bertelur dalam waktu 1 – 3 bulan sejak memasuki kulit.
Gejala penyakit
mencakup demam, menggigil, mual, nyeri abdomen, malaise, mialgia, urtikaria
merah, dan eosininofilia. Kadang-kadang telur nyasar ke SSP dan menyebabkan
mielitis transversa atau kejang. Penyakit lain termasuk akibat dari trematoda
usus Fasciolopsis buski, Heteropyes atau Metagonimus; trematoda hati seperti
Fasciola hepatica dan Clonorshis sinensis, dan trematoda paru seperti
Paragonimus sp.
Termasuk: snail fever
B65.0 Skistosomiasis
akibat Schistosoma haematobium
[schistosomiasis urine]
B65.1 Skistosomiasis
akibat Schistosoma mansoni
[schistosomiasis usus]
B65.2 Skistosomiasis
akibat Schistosoma japonicum:
Skistosomiasis
Asia
B65.3 Dermatitis
cercaria
Swimmer's
itch
B65.8 Skistosomiasis
lain:
Infeksi
Schistosoma intercalatum, Schistosoma mattheei, Schistosoma mekongi
B65.9 Skistosomiasis,
tidak dijelaskan
B66 Infeksi
cacing jaringan (fluke) lainnya
B66.0 Opisthorchiasis
Infeksi
cacing hati kucing
Opisthorchis
(felineus)(viverrini)
B66.1 Clonorchiasis
Penyakit
cacing hati Cina,
Penyakit
cacing hati oriental;
Infeksi
Clonorchis sinensis
B66.2 Dicrocoeliasis
Infeksi
Dicrocoelium dendriticum
Infeksi
cacing jaringan lancet
B66.3 Fascioliasis
Infeksi:
Fasciola gigantica, F. hepatica, F. indica;
Penyakit
cacing hati domba
B66.4 Paragonimiasis
Infeksi
Paragonimus sp; Penyakit cacing paru-paru
Distomiasis
paru-paru
B66.5 Fasciolopsiasis
Infeksi
Fasciolopsis buski; Distomiasis usus
B66.8 Infeksi
fluke lain
Echinostomiasis,
Heterophyiasis, Metagonimiasis, Nanophyetiasis, Watsoniasis
B66.9 Infeksi
cacing jaringan, tidak dijelaskan
B67 Echinococcosis
Echinococcus
adalah cacing dari jenis cestoda (cacing pita), berbentuk panjang, pipih dan
bersegmen, tidak memiliki pencernaan tapi memperoleh makanan secara langsung
dengan menyerapnya dari usus tuan rumah. Echinococcosis adalah infeksi larva Echinococcus granulosus yang bisa
menimbulkan kista di dalam hati dan organ lain. Penularan mulai dari telur yang
ada dalam feses anjing, serigala atau kaninus lain, ditelan oleh sapi, domba
atau manusia, lalu diserap saluran pencernaan dan memasuki hati, paru-paru, dan
kadang-kadang otak, tulang, dsb. Larva berkembang dengan lambat,
bertahun-tahun, membentuk kista hidatid yang akan berkembang lagi kalau dimakan
anjing. Echinococcus multilokularis memiliki
siklus yang sama, dan umumnya berasal dari serigala..
Termasuk: hydatidosis
B67.0 Infeksi
Echinococcus granulosus pada liver
B67.1 Infeksi
Echinococcus granulosus pada lung
B67.2 Infeksi
Echinococcus granulosus pada bone
B67.3 Infeksi
Echinococcus granulosus pada, other
and multiple sites
B67.4 Infeksi
Echinococcus granulosus, tidak
dijelaskan
(Infeksi)
cacing pita anjing
B67.5 Infeksi
Echinococcus multilocularis pada hati
B67.6 Infeksi
Echinococcus multilocularis pada
situs lain dan ganda
B67.7 Infeksi
Echinococcus multilocularis, tidak
dijelaskan
B67.8 Echinococcosis
pada hati, tidak dijelaskan
B67.9 Echinococcosis,
di tempat lain and tidak dijelaskan;Echinococcosis NOS
B68 Taeniasis
Infeksi saluran
usus, sering tanpa gejala, akibat sestoda dewasa Taenia saginata yang berasal dari sapi, atau Taenia solium yang berasal dari babi. Infeksi stadium larva T. solium dapat menyebabkan
neurocysticercosis dengan kejang epilepsi.
Kecuali: cysticercosis
(B69.-)
B68.0 Taeniasis
Taenia solium
(Infeksi)
cacing pita babi
B68.1 Taeniasis
Taenia saginata
(Infeksi)
cacing pita sapi, Infeksi cacing pita Taenia
saginata dewasa
B68.9 Taeniasis,
tidak dijelaskan
B69 Cysticercosis
Termasuk: infeksi
cysticerciasis akibat bentuk larva Taenia
solium
B69.0 Cysticercosis
sistem syaraf pusat
B69.1 Cysticercosis
mata
B69.8 Cysticercosis
pada situs lain
B69.9 Cysticercosis,
tidak dijelaskan
B70 Diphyllobothriasis and sparganosis
Infeksi Diphyllobothrium latum, atau cacing pita
ikan, sering tanpa gejala. Ia menyerap vitamin B12 dari usus sehingga timbul
defisiensi vitamin ini dan anemia megaloblastik..
B70.0 Diphyllobothriasis:
Infeksi
Diphyllobothrium (dewasa) (latum) (pacificum),
(Infeksi)
cacing pita ikan
Kecuali:
diphyllobothriasis larva (B70.1)
B70.1 Sparganosis
Infeksi
Sparganum (mansoni)(proliferum);
infeksi larva Spirometra
Diphyllobothriasis
larva
Spirometrosis
B71 Infeksi cestoda lainnya
B71.0 Hymenolepiasis
(Infeksi)
cacing pita cebol (dwarf)
(Infeksi)
cacing pita tikus
B71.1 Dipylidiasis
B71.8 Infeksi
cestoda lain yang dijelaskan
Coenurosis
B71.9 Infeksi
cestoda, tidak dijelaskan:
(Infeksi)
cacing pita NOS
B72 Dracunculiasis
Infeksi nematoda
(cacing bulat) jenis Dracunculus
medinensis yang dapat menyebabkan ulkus nyeri pada kulit dan arthritis yang
melumpuhkan. Infeksi melalui
air terkontaminasi, menembus usus, dan menjadi dewasa di jaringan ikat. Bagian
kepala muncul di kulit dan membentuk papula merah, vesikula, dan ulkus.
Infeksi Dracunculus medinensis,
Infeksi cacing Guinea
B73 Onchocerciasis
Infeksi nematoda
filaria yang menyebabkan penyakit kulit kronis dan lesi mata yang dapat
menyebabkan buta.
Infeksi Onchocerca volvulus,
Onchocercosis,
River blindness
B74 Filariasis
Filariasis limfatik adalah infeksi oleh 3
spesies Filarioidea, Wuchereria bancrofti,
Brugia malayi, atau B. timori, yang menyebabkan
adenolimfangitis akut, limfedema kronik, hidrokel, dan chiluria. Larva yang
disuntikkan nyamuk memasuki darah dan saluran limfe, menjadi dewasa dalam 6-12
bulan. Radang kelenjar limfe menyumbat aliran limfe dan terjadinya penyakit
kaki gajah. Loiasis adalah infeksi Loa
loa, menyebabkan angioedema lokal pada kulit dan sindroma hipereosinofilia allergi.
Ia disuntikkan oleh lalat Chrysops (deerfly atau horsefly).
Kecual: Onchocerciasis (B73);
Eosinofilia
(pulmonalis) tropis NOS (J82)
B74.0 Filariasis
akibat Wuchereria bancrofti:
Elefantiasis
bancrofti,
Filariasis
bancrofti
B74.1 Filariasis
akibat Brugia malayi
B74.2 Filariasis
akibat Brugia timori
B74.3 Loiasis
Infeksi
Loa loa
Sembab
Calabar
Penyakit
cacing mata Afrika
B74.4 Mansonelliasis:
Infeksi
Mansonella ozzardi, M. perstans, M. streptocerca
B74.8 Filariasis
lain
Dirofilariasis
B74.9 Filariasis,
tidak dijelaskan
B75 Trichinellosis
Infeksi
Trichinella spiralis, yang dapat menyebabkan gejala pencernaan ringan diikuti
oleh edema periorbita, nyeri otot, demam, dan eosinofilia.
Infeksi Trichinella spp;
Trichiniasis
B76 Hookworm
diseases
Penyakit cacing tambang disebabkan oleh Ankylostoma duodenale atau Necator americanus, menyebabkan nyeri
perut dan anemia defisiensi besi. Larva Ankylostoma
braziliense pada anjing atau kucing dapat masuk tubuh manusia melalui kulit,
menyebabkan cutaneous larva migrans.
Termasuk: Uncinariasis
B76.0 Ancylostomiasis
Infeksi
Ancylostoma sp.
B76.1 Necatoriasis
Infeksi
Necator americanus
B76.8 Penyakit
cacing tambang lain
B76.9 Penyakit
cacing tambang, tidak dijelaskan:
Cutaneous
larva migrans NOS
B77 Ascariasis
Telur Ascaris lumbricoides menetas di
duodenum, menembus dinding usus dan dibawa darah ke jantung dan paru-paru.
Selanjutnya melalui bronkus mereka tiba di orofarings dan tertelan, lalu
menjadi dewasa di usus.
Termasuk: Askaridiasis
Infeksi
cacing gelang
B77.0 Askariasis
dengan komplikasi usus
B77.8 Askariasis
dengan komplikasi lain
B77.9 Askariasis,
tidak dijelaskan
B78 Strongyloidiasis
Infeksi Strongyloides stercoralis, menyebabkan
rash kulit, eosinofilia, dan nyeri perut.
B78.0 Strongyloidiasis
usus
B78.1 Strongyloidiasis
kulit
B78.7 Strongyloidiasis
disseminata
B78.9 Strongyloidiasis,
tidak dijelaskan
B79 Trichuriasis
- Trichocephaliasis;: Whipworm (penyakit)(infeksi)
Trichocephaliasis
(Penyakit)(infeksi) whipworm [cacing cambuk]
B80 Enterobiasis
- Oxyuriasis; Pinworm infection; infeksi Threadworm
Oxyuriasis
Infeksi pinworm [cacing jarum]
Infeksi threadworm [cacing benang]
B81 Helminthiasis
usus lainnya, not elsewhere classified
Kecuali: angiostrongyliasis
akibat Parastrongylus cantonensis
(B83.2)
angiostrongyliasis akibat Angiostrongylus cantonensis (B83.2)
B81.0 Anisakiasis
Infeksi
larva Anisakis
B81.1 Capillariasis
usus
Capillariasis
NOS
Infeksi
Capillaria philippinensis,
Kecuali:
capillariasis hati (B83.8)
B81.2 Trichostrongyliasis
B81.3 Angiostrongyliasis
usus
angiostrongyliasis
akibat Parastrongylus costaricensis
angiostrongyliasis
akibat Angiostrongylus costaricensis
B81.4 Helminthiasis
usus campuran
Helminthiasis
campuran NOS
Infeksi
cacing usus yang dapat diklasifikasikan pada lebih dari satu di antara kategori
B65.0-B81.3 dan B81.8.
B81.8 Helminthiasis
usus lain yang dijelaskan
Infeksi
Oesophagostomum sp.
[oesophagostomiasis]
Infeksi
Ternidens deminutus [ternidensiasis]
Infeksi
Ternidens diminutus [ternidensiasis]
B82 Parasitisme usus yang tidak dijelaskan
B82.0 Intestinal
helminthiasis, tidak dijelaskan
B82.9 Intestinal
parasitism, tidak dijelaskan
B83 Helminthiasis lain
Kecuali: Capillariasis
NOS (B81.1), capillariasis usus (B81.1)
B83.0 Visceral
larva migrans
Toxocariasis
B83.1 Gnathostomiasis:
Wandering
swelling – sembab berpindah
B83.2 Angiostrongyliasis
akibat Parastrongylus cantonensis
Angiostrongyliasis
akibat Angiostrongylus cantonensis
Eosinophilic
meningoencephalitis† (G05.2*)
Kecuali:
angiostrongyliasis usus (B81.3)
B83.3 Syngamiasis
Syngamosis
B83.4 Hirudiniasis
internal
Kecuali:
Hirudiniasis eksternal (B88.3)
B83.8 Helminthiasis
lain yang dijelaskan
Acanthocephaliasis,
Gongylonemiasis
Hepatic
capillariasis, Metastrongyliasis, Thelaziasis
B83.9 Helminthiasis,
tidak dijelaskan:
Cacingan
NOS
Kecuali: helminthiasis usus NOS (B82.0)
Pediculosis, acariasis and
other infestations (B85-B89)
Pediculosis disebabkan oleh kutu kepala
(Pediculus humanus capitis), kutu badan (P. humanus corporis), atau kutu area
genital (Phthirus pubis). Kutu kepala dan pubis bisa hidup pada tubuh,
sedangkan kutu badan pada pakaian. Kutu badan adalah vektor penting penularan
organisme penyebab epidemic typhus, trench fever, dan relapsing fever
B85 Pediculosis
and phthiriasis
B85.0 Pediculosis
akibat Pediculus humanus capitis
Infestasi
kutu kepala
B85.1 Pediculosis
akibat Pediculus humanus corporis
Infestasi
kutu badan
B85.2 Pediculosis,
tidak dijelaskan
B85.3 Phthiriasis
Infestasi
Phthirus pubis, infestasi crab-louse
(kutu daerah pubis)
B85.4 Campuran
pediculosis and phthiriasis
Infestasi
yang dapat diklasifikasikan pada lebih dari satu di antara kategori B85.0-B85.3
B86 Scabies
Scabies
disebabkan oleh kutu (mite) Sarcoptes
scabiei. Kutu betina membuat terowongan di stratum korneum kulit untuk
meletakkan telurnya yang menetas dalam beberapa hari.
Sarcoptic itch
B87 Myiasis
Termasuk: infestasi
oleh larva lalat
B87.0 Myiasis
kulit
Myiasis
menjalar
B87.1 Myiasis
luka
Myiasis
traumatika
B87.2 Myiasis
okuler
B87.3 Myiasis
nasopharyngs
Myiasis
laryngs
B87.4 Myiasis
aural
B87.8 Myiasis
tempat lain
Myiasis
genitourinarius, Myiasis usus
B87.9 Myiasis,
tidak dijelaskan
B88 Infestasi lain
B88.0 Acariasis
lain:
Dermatitis
acarine; Trombiculosis
Dermatitis
akibat: Demodex sp., Dermanyssus gallinae, Liponyssoides sanguineus
Kecuali:
scabies (B86)
B88.1 Tungiasis
[sandflea infestation]
B88.2 Infestasi
artropoda lain:
Scarabiasis
B88.3 Hirudiniasis
eksternal:
Infestasi
leech (lintah) NOS
Kecuali:
hirudiniasis internal (B83.4)
B88.8 Infestasi
lain yang dijelaskan
Ichthyoparasitism
akibat Vandellia cirrhosa
Linguatulosis
Porocephaliasis
B88.9 Infestasi,
tidak dijelaskan
Infestasi
(kulit) NOS
Infestasi
kutu NOS
Parasit
kulit NOS
B89 Penyakit parasit yang tidak dijelaskan
Sequel penyakit
infeksi dan parasit (B90-B94)
Kategori B90-B94
digunakan untuk menunjukkan kondisi pada kategori A00-B89 sebagai penyebab
sekuel, sementara mereka diklasifikasikan di tempat lain. Sekuel mencakup
kondisi yang dinyatakan demikian; juga mencakup efek lanjut dari penyakit yang
dapat diklasifikasikan pada kategori di atas kalau terdapat bukti bahwa
penyakit itu tidak ada lagi. Untuk penggunaan kategori ini, rujukan perlu
dibuat ke aturan dan pedoman pengkodean mortalitas dan morbiditas pada Volume
2.
Tidak untuk
digunakan pada infeksi kronik. Kode infeksi saat ini pada infeksi kronik atau
aktif sebagaimana mestinya.
B90 Sekuel tuberkulosis
B90.0 Sekuel
TB sistem syaraf pusat
B90.1 Sekuel
TB genitourinarius
B90.2 Sekuel
TB tulang dan sendi
B90.8 Sekuel
TB organ lain
B90.9 Sekuel
TB paru-paru dan yang tidak dijelaskan
Sekuel
TB NOS
B91 Sekuel poliomyelitis
Kecuali:
sindroma postpolio (G14)
B92 Sekuel leprosy
B94 Sekuel penyakit infeksi dan parasit lain
dan yang tidak dijelaskan
B94.0 Sekuel
trakoma
B94.1 Sekuel
ensefalitis virus
B94.2 Sekuel
hepatitis virus
B94.8 Sekuel
penyakit infeksi dan parasit lain yang dijelaskan
B94.9 Sekuel
penyakit infeksi dan parasit yang tidak dijelaskan
Bakteri, virus dan
agen infeksi lain (B95-B97)
Kategori ini jangan
sekali-kali digunakan untuk pengkodean primer. Mereka disediakan untuk
digunakan sebagai kode tambahan kalau dirasa perlu mengidentifikasi agen
infeksi penyebab penyakit yang diklasifikasikan di bab lain
B95 Streptococcus and staphylococcus penyebab
penyakit yang diklasifikasikan di bab lain
B95.0 Streptokokus,
group A
B95.1 Streptokokus,
group B
B95.2 Streptokokus,
group D
B95.3 Streptokokus
pneumoniae
B95.4 Streptokokus
lain
B95.5 Streptokokus
yang tidak dijelaskan
B95.6 Stafilokokus
aureus
B95.7 Stafilokokus
lain
B95.8 Stafilokokus
yang tidak dijelaskan
B96 Agen bakteri lain yang dijelaskan sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab
lain.
B96.0 Mycoplasma
pneumoniae [M. pneumoniae] sebagai penyebab
penyakit yang diklasifikasi di bab lain
Pleuro-pneumonia-like-organism
[PPLO]
B96.1 Klebsiella
pneumoniae sebagai penyebab penyakit
yang diklasifikasi di bab lain
B96.2 Escherichia
coli sebagai penyebab penyakit yang
diklasifikasi di bab lain
B96.3 Haemophilus
influenzae sebagai penyebab penyakit
yang diklasifikasi di bab lain
B96.4 Proteus
(mirabilis)(morganii) sebagai penyebab
penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B96.5 Pseudomonas
(aeruginosa) sebagai penyebab penyakit
yang diklasifikasi di bab lain
B96.6 Bacillus
fragilis [B. fragilis] sebagai penyebab
penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B96.7 Clostridium
perfringens [C. perfringens] sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab
lain
B96.8 Agen
bakteri lain yang dijelaskan sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab
lain
B97 Agen virus penyebab penyakit yang
diklasifikasikan di bab lain
B97.0 Adenovirus
sebagai penyebab penyakit yang
diklasifikasi di bab lain
B97.1 Enterovirus:
Coxsackievirus, Echovirus sebagai penyebab
penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B97.2 Coronavirus
sebagai penyebab penyakit yang
diklasifikasi di bab lain
B97.3 Retrovirus:
Lentivirus, Oncovirus sebagai penyebab
penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B97.4 Respiratory
syncytial virus sebagai penyebab
penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B97.5 Reovirus
sebagai penyebab penyakit yang
diklasifikasi di bab lain
B97.6 Parvovirus
sebagai penyebab penyakit yang
diklasifikasi di bab lain
B97.7 Papillomavirus
sebagai penyebab penyakit yang
diklasifikasi di bab lain
B97.8 Virus
lainnya sebagai penyebab penyakit yang
diklasifikasi di bab lain
Human
metapneumovirus
Penyakit-penyakit in
feksi lain (B99)
B98 Agen infeksi lain yang dijelaskan sebagai
penyebab penyakit yang diklasifikasi di tempat lain
B98.0 Helicobacter pylori [H. Pylori] sebagai penyebab penyakit
yang diklasifikasi pada bab lain
B98.1 Vibrio fulnificus sebagai penyebab
penyakit yang diklasifikasi pada bab lain.
B99 Penyakit infeksi lain dan yang tidak
dijelaskan
CODING EXERCISES
1. Chronic
viral hepatitis C
2. Congenital
syphilis in an 18-month old child
3. Oral
candidiasis in a HIV patient
4. Acute
pneumococcal tracheitis
5. Dracunculiasis
6. Non-infective
diarrhoea in a 3-week old infant
7. Tuberculosis
of lung, confirmed
8. Axillary
cutaneous abscess
9. Streptococcal
sore throat
10. Cytomegalovirus
pancreatitis
11. Internal
hirudiniasis
12. Kaposi's
sarcoma of skin of back in HIV patient
13. Infeksi
Schistosoma mansoni dan Fasciolopsis buski dengan nyeri perut
yang berat
14. Epidemic
typhus due to Rickettsia prowazekii
15. Granular
trachomatous conjunctivitis
16. Mycotic
Madura foot
17. Dwarf
tapeworm infestation
18. Sequelae of leprosy
19. Classical
cholera
20. Varicella
meningitis
CHAPTER I: CERTAIN INFECTIOUS AND PARASITIC
DISEASES
1.Chronic viral hepatitis C
Look up hepatitis in the Index (Volume 3,
page 263).
Hepatitis
- viral
- - chronic
- - - type
- - - - C -> B18.2
2.Congenital syphilis in an 18-month old
child
Look up syphilis in the Index (Volume 3,
page 524).
Syphilis
- congenital
- - early or less than two years after birth
-> A50.2
Perhatikan bahwa tidak ada gejala yang
dijelaskan dan sifilis tidak dinyatakan sebagai laten. A50.2 pada volume 1 dianggap
Early congenital syphilis, unspecified.
3.Oral candidiasis in a HIV patient
Look up candidiasis in the Index (Volume 3,
page 84)
Candidiasis
- resulting from HIV disease -> B20.4
Perhatikan bahwa kode ini adalah untuk
penyakit HIV yang menyebabkan kandidiasis dan harus digunakan kalau yang dikode
hanyalah penyebab tunggal. Kalau mengkode kondisi ganda, bisa ditambahkan B37.0
untuk menjelaskan bahwa manifestasi infeksi HIV adalah oral thrush (candidal
stomatitis). Untuk menemukan kode ini, look up
Candidiasis
- mouth -> B37.0
4.Acute pneumococcal tracheitis
Look up tracheitis in the Index (Volume 3,
page 538)
Tracheitis -> J04.1
Perhatikan bahwa kata-kata "acute"
and "pneumococcal" tercantum dalam uraian tracheitis di dalam tanda kurung, yang berarti bahwa ada tidaknya
kata-kata ini dalam uraian penyakit tidak mengubah kode. Untuk mengkode kondisi
ganda, bisa ditambahkan kode B95.3 untuk menunjukkan pneumokokus. To find this
code, you look up
Infection
- pneumococcal
- - as cause of disease classified elsewhere
-> B95.3.
Kode J04.1 berasal dari bab pernafasan,
bukan bab penyakit infeksi. Lihat catatan eksklusi pada halaman 107 volume 1
untuk menjelaskan ini.
5.Dracunculiasis
Look up dracunculiasis in the Index (Volume
3, page 189)
Dracunculiasis, dracunculosis -> B72.
6.Noninfective diarrhoea in a 3-week old
infant
Cari diare pada indeks (Volume 3, page 158) –
perhatikan bahwa istilah di dalam tanda kurung menunjukkan bahwa diare yang
tidak dijelaskan dianggap menular dan dikode pada bab I. Karena kasus
ini dinyatakan non-infectious, look up
Diarrhoea
- neonatal (non infective) -> P78.3.
Perhatikan bahwa usia pasien mengubah
pemilihan kode. Kalau pasien adalan neonatus, kodenya adalah K52.9 - diarrhoea,
non-infective.
7.Tuberculosis of lung, confirmed
Look up tuberculosis in the Index (Volume 3,
page 545).
Tuberculosis
- lung - see Tuberculosis, pulmonary.
- pulmonary
- - confirmed (by)
- - - unspecified means -> A15.3.
8.Axillary cutaneous abscess
Look up Abscess in the Index (Volume 3, page
17)
Abscess
- axilla (region) -> L02.4.
Note that if you look up Abscess, cutaneous
the Index suggests to see also Abscess, by site. This indicates that there are
other, more specific, codes available for body sites. There is also a code for
the axillary lymph node under Abscess, axilla but the diagnosis here is for a
cutaneous abscess. The exclusion notes on page 107 of volume 3 indicate that
certain localised infections, such as this one, are coded to the relevant body
system chapter and not to chapter 1.
9.Streptococcal sore throat
Look up Sore in the Index (Volume 3, page
501) or, if you know the medical term for sore throat, look up pharyngitis.
Sore
- throat
- - streptococcal (ulcerative) -> J02.0.
Pharyngitis
- streptococcal -> J02.0.
The exclusion notes on page 107 of Volume 3
indicate that certain localised infections, such as this one, are coded to the
relevant body system chapter and not to chapter 1.
10.Cytomegalovirus pancreatitis
Look up pancreatitis in the Index (Volume 3,
page 425)
Pancreatitis
- cytomegaloviral -> B25.2 † K87.1 *
Note that this is a case where a dagger and
asterisk are used to indicate the underlying cause of the disease
(cytomegalovirus) and the manifestation (pancreatitis). If you are only coding
single conditions, use the dagger code only.
11.Internal hirudiniasis
Look up hirudiniasis in the Index (Volume 3,
page 266)
Hirudiniasis
- internal -> B83.4.
12.Kaposi's sarcoma of back (skin) in HIV
patient
Look up sarcoma in the Index (Volume 3, page
484).
Sarcoma
- Kaposi's (M9140/3)
- - resulting from HIV disease -> B21.0.
If you are coding multiple conditions, you
can add a code for the sarcoma of skin of back and a morphology code to
indicate Kaposi's sarcoma. Look these up this way:
Sarcoma
- Kaposi's (M9140/3)
- - skin -> C46.0
Note the morphology code in parentheses
after the morphological type in the Index. Check this also in the Morphology
Table in Volume 1 (page 1195) - next to the morphology code is the Chapter 2
category (C46.-) that should be used with this morphology.
13.Infection by schistosoma mansoni and fasciolopsis
buski causing severe abdominal pain
Look up Infection in the Index (Volume 3,
pages 291-299).
Infection
- Schistosoma - see Infestation, Schistosoma
Infestation
- Schistosoma
- - mansoni -> B65.1
Infection
- fasciolopsis buski -> B66.5
If you are coding multiple conditions, use
both these codes. There is no need to code the abdominal pain as this is stated
to be a symptom of (caused by) the infection. If you are coding single
conditions only, you may wish to use either the first infection code (B65.1) or
B81.4 Mixed intestinal helminthiases. Read the description for this code on
page 174 of volume 1.
14.Epidemic typhus due to Rickettsia
prowazekii
Look up typhus in the Index (Volume 3, page
552)
Typhus
- due to Rickettsia
- - prowazekii -> A75.0.
15.Granular trachomatous conjunctivitis
Look up conjunctivitis in the Index (Volume
3, page 113)
Conjunctivitis
- granular (trachomatous) -> A71.1†
H13.1*
16.Mycotic Madura Foot
Look up Madura foot in the Index (Volume 3,
page 343).
Madura foot
- mycotic -> B47.0
17.Dwarf tapeworm infestation
Look up infestation in the Index (Volume 3,
page 299).
Infestation
-
dwarf tapeworm -> B71.0
18.Sequelae of leprosy
Look up sequelae in the Index (Volume 3,
page 495).
Sequelae
- leprosy -> B92
19.Classical cholera
Look up cholera in the Index (Volume 3, page
97).
Cholera
- classical -> A00.0
20.Varicella meningitis
Look up meningitis in the Index (Volume 3,
page 355).
Meningitis
- in
- - varicella -> B01.0 † G02.0*
Komentar
Posting Komentar