ICD X Bahasa Indonesia

Bab I. A00-B99


penyakit-penyakit infeksi dan parasit tertentu


Bab ini berisi penyakit-penyakit yang umumnya dikenal sebagai penyakit menular.

Hal-hal penting pada bab ini:

Bab ini adalah satu dari bab-bab terbesar ICD-10, terbagi atas 21 blok, dengan kategori berkisar dari A00 to B99.Dari 200 kategori yang tersedia, 171 telah digunakan. Terdapat lima eksklusi yang berada pada level bab.
Penggunaan modifier “certain” atau “tertentu” pada judul menunjukkan bahwa beberapa penyakit infeksi dan parasit diklasifikasikan di tempat lain.
Perhatikan bahwa terdapat beberapa pengecualian terhadap eksklusi. Mereka berhubungan dengan tetanus obstetri dan neonatus, sifilis kongenital, infeksi gonokokus perinatal, serta penyakit HIV obstetrik dan neonatus.
Terdapat sebuah aturan mengenai dugaan asal-usul infeksi atau bukan infeksi pada diare, yang tergantung pada negara tempat diare ini didapatkan. Aturan ini hanya berlaku kalau tidak ada penjelasan mengenai apakah diare ini asalnya infeksi atau bukan. Kalau diare dianggap bukan infeksi, kodenya K52.9 (pada bab Penyakit-penyakit Sistem Pencernaan). Kalau diare dianggap infeksi, ia dikode pada bab I.
Ketika mengkode tuberkulosis, kategori A15-A16 menunjukkan apakah tuberkulosis ini telah dipastikan dan metode apa yang digunakan untuk pemastiannya, misalnya pemeriksaan sputum di bawah mikroskop, atau x-ray dada.
Blok B20-B23 memiliki catatan di bagian awal tentang penggunaan subkategori karakter ke-4. Kategori ini disediakan untuk penggunaan opsi kalau tidak mungkin dilakukan pengkodean ganda.
Blok B50- B64 menyediakan pedoman melalui catatan inklusi dan eksklusi mengenai tindakan yang diambil dalam kasus infeksi plasmodium campuran..
Kode-kode B90-B94 codes digunakan kalau kondisi yang diobati merupakan sekuel dari penyakit infeksi
B95-B97 merupakan blok kode tambahan yang memungkinkan organisme infeksi dicatat sebagai penyebab kondisi yang diklasifikan terutama pada bab lain. Kode-kode tidak boleh digunakan untuk kondisi perimer/utama, karena mereka adalah kode tambahan atau pelengkap.

Gunakan kode tambahan (U82-U85) bila perlu, untuk identifikasi resistensi terhadap obat antimikroba.
Mencakup:       Penyakit-penyakit yang umumnya dianggap menular
Kecuali:           Carrier atau diduga carrier penyakit menular (Z22.-)
                  Infeksi lokal tertentu – lihat bab tentang sistem tubuh
                  Penyakit infeksi dan parasit yang mempersulit kehamilan, persalinan dan nifas [kecuali tetanus obstetri] (O98.-).
                  Penyakit infeksi dan parasit yang khusus pada masa perinatal [kecuali tetanus neonatorum, sifilis kongenital, infeksi gonokokus perinatal dan penyakit HIV perinatal] (P35-P39).
                  Influenza dan infeksi pernafasan akut lainnya (J00-J22)

Bab ini berisi blok-blok sebagai berikut:

Penyakit-penyakit akibat bakteria, chlamydia, dan rickettsia
            A00-A09         Penyakit infeksi usus
            A15-A19         Tuberculosis
            A20-A28         Penyakit bakteri zoonotik tertentu
            A30-A49         Penyakit bakteri lainnya
            A50-A64         Infeksi dengan penularan terutama melalui hubungan seksual
            A65-A69         Penyakit akibat spirochaeta lainnya
            A70-A74         Penyakit lain akibat chlamydia
            A75-A79         Rickettsioses
Penyakit-penyakit akibat infeksi virus
            A80-A89         Infeksi virus sistem syaraf pusat
            A90-A99         Demam akibat virus asal-arthropoda dan demam berdarah akibat virus
            B00-B09          Infeksi virus yang khas dengan lesi kulit dan membran mukosa
            B15-B19          Hepatitis virus
            B20-B24          Penyakit human immunodeficiency virus [HIV]
            B25-B34          Penyakit virus lainnya
Penyakit-penyakit akibat jamur, protozoa, cacing, dan kutu
            B35-B49          Mikosis
            B50-B64          Penyakit akibat protozoa
            B65-B83          Penyakit akibat cacing (helminthiases)
            B85-B89          Pediculosis, acariasis dan infestasi lainnya
Hal-hal lain sehubungan dengan penyakit infeksi dan parasit
            B90-B94          Sequelae penyakit-penyakit infeksi dan parasit
            B95-B98          Bakteria, virus dan agen infeksi lainnya
            B99                  Penyakit-penyakit menular lainnya







Penyakit-penyakit infeksi pada usus (A00-A09)
A00     Cholera
Cholera adalah infeksi akut yang melibatkan semua bagian usus halus, khas dengan berak encer yang sangat banyak, muntah, kejang otot, dehidrasi, oliguria, dan pingsan. Penularannya melalui makan dan minum bahan yang tercemar dengan kotoran orang yang terinfeksi Vibrio cholerae serogroup 01.
Masa inkubasi adalah 1-3 hari, yang bisa memberikan gejala ringan atau berat, disusul oleh diare mendadak tanpa nyeri yang bisa mencapai 1 liter/jam. Kehilangan cairan dan elektrolit akibat toksin kuman ini merupakan penyebab gejala yang lebih berat. Pengobatan terutama dengan mengganti cairan dan elektrolit sesegera mungkin, dan antibiotika.
A00.0  Cholera akibat Vibrio cholerae 01, biovar cholerae
            Cholera klasik
A00.1  Cholera akibat Vibrio cholerae 01, biovar eltor
            Cholera El Tor
A00.9  Cholera, tidak dijelaskan

A01      Demam typhoid and paratyphoid
Salmonella adalah penyebab utama penyakit diare di seluruh dunia. Kelompok yang menyerang manusia dan adalah Salmonella typhi, S. paratyphi A, B, dan C, serta S. sendai.
Salmonella typhi dan S. paratyphi menyebabkan demam tifoid dan paratifoid yang khas dengan demam, lemah, nyeri perut, dan kulit kemerahan. Keadaan ini disebut juga demam usus (‘enteric fever’). Penularannya melalui makanan yang tercemar oleh kotoran atau urin penderita, menembus dinding usus ke kelenjar limfe dan masuk ke aliran darah.
Masa inkubasi 8-14 hari, dan gejala diawali oleh demam, sakit kepala, nyeri sendi, radang tenggorokan, konstipasi, anoreksia, nyeri dan nyeri tekan perut. Gejala ini bisa diikuti dysuria, batuk kering, dan epistaxis. Suhu tubuh 39-40oC selama 10-14 hari, menurun pada minggu ketiga. Gejala sistem syaraf pusat adalah delirium, stupor, atau koma.
Nekrosis jaringan usus bisa terjadi, di samping ulkus, perdarahan dan perforasi usus. Kuman yang beredar di darah menyebabkan infeksi organ seperti osteomyelitis, endocarditis, meningitis, abses jaringan lunak, glomerulonefritis, dan radang daerah reproduksi.
A01.0  Typhoid fever
            Infeksi oleh Salmonella typhi
A01.1  Paratyphoid fever A
A01.2  Paratyphoid fever B
A01.3  Paratyphoid fever C
A01.4  Paratyphoid fever, tak dijelaskan
            Infeksi oleh S. paratyphi NOS
A02     Infeksi salmonella lainnya
Termasuk: Infeksi atau keracunan makanan oleh Salmonella selain S. typhi dan S. paratyphi
A02.0  Enteritis Salmonella
            Salmonellosis
A02.1  Sepsis Salmonella
A02.2  Infeksi salmonella terlokalisir
                  meningitis salmonella † (G01*),
                  pneumonia salmonella † (J17.0*),
                  arthritis salmonella † (M01.3*),
                  osteomyelitis salmonella † (M90. 2*),
                  penyakit tubulo-interstitial ginjal salmonella † (N16.0*)
A02.8  Infeksi salmonella lain yang dijelaskan
A02.9  Infeksi salmonella, tidak dijelaskan

A03     Shigellosis
Shigellosis adalah infeksi akut usus akibat Shigella, yang tersebar di seluruh dunia. Jenis yang paling umum adalah Shigella flexneri (B) dan S. sonnei (D), disusul oleh S. boydii (C) dan yang paling ganas, S. dysenteriae (A). Penyebarannya melalui makanan yang tercemar oleh kotoran. Disentri basiler akibat Shigella paling umum pada anak-anak di daerah endemi, sedangkan orang dewasa agak lebih tahan terhadap serangannya.
Shigella menembus mukosa kolon dan ujung ileum, menyebabkan sekresi lendir, hiperemia, infiltrasi lekosit, edema, dan ulkus dangkal mukosa. Gejalanya berupa diare encer yang disusul gejala disentri berupa sakit perut, mual dan muntah, serta berak bercampur lendir, darah dan pus. Pengobatan dengan penggantian cairan tubuh dan pemberian antibiotika.
A03.0  Shigellosis akibat S. dysenteriae; Group A [dysentery Shiga-Kruse]
A03.1  Shigellosis akibat Shigella flexneri; Group B
A03.2  Shigellosis akibat Shigella boydii; Group C
A03.3  Shigellosis akibat Shigella sonnei; Group D
A03.8  Shigellosis lain
A03.9  Shigellosis, tidak dijelaskan; disentri basiler NOS
A04     Infeksi usus akibat bakteri lainnya
Escherichia coli biasanya tinggal di saluran pencernaan. Kalau pembatas anatomis yang menghalanginya rusak, ia menyebar ke struktur sekitar atau memasuki aliran darah. Situs yang paling sering diserang E. coli adalah saluran kemih yang dimasuki dari luar; di samping yang dari dalam seperti hati dan empedu, peritoneum, kulit, dan paru-paru.
Kecuali:             keracunan makanan, diklasifikasi di tempat lain
                        enteritis tuberkulosa (A18.3)
A04.0  Infeksi E. coli enteropathogenik
A04.1  Infeksi E. coli enterotoxigenik
A04.2  Infeksi E. coli enteroinvasif
A04.3  Infeksi E. coli enterohaemorrhagik
A04.4  Infeksi E. coli lain pada usus;
            Enteritis Escherichia coli NOS
A04.5  Enteritis Campylobacter
A04.6  Enteritis akibat Yersinia enterocolitica
            Kecuali: yersiniosis extraintestinum (A28.2)
A04.7  Enterokolitis akibat Clostridium difficile
            Keracunan makanan akibat Clostridium difficile
A04.8  Infeksi usus akibat bakteri lain yang dijelaskan
A04.9  Infeksi usus akibat bakteri, tidak dijelaskan;
            Enteritis bakteri NOS

A05     Keracunan makanan akibat bakteri lain, yang tidak diklasifikasi di tempat lain
Keracunan makanan oleh enterotoksin (racun yang menyerang usus) kuman menyebabkan gastroenteritis, misalnya akibat V. cholerae atau non-cholerae, E. coli, staphylococcus, Clostridium. botulinum, Cl. perfringens, salmonella, dsb.
Keracunan stafilokokus menyebabkan muntah, diare, sakit perut, kadang-kadang demam dan sakit kepala. Keracunan Cl. botulinum memberi gejala syaraf yang dimulai dari kelemahan syaraf kepala, lalu diikuti syaraf spinal. Gejala antara lain mual, muntah dan sakit perut, disusul mulut kering, diplopia, blepharoptosis dan penurunan refleks pupil.
Keracunan makanan oleh Cl. perfringens biasanya ringan, namun sakit perut, diare berat, penumpukan gas dan perut kembung bisa menyebabkan kolaps.
Kecuali:             keracunan makanan dan infeksi akibat salmonella (A02.-)
                  infeksi E. coli (A04.0-A04.4); listeriosis (A32.-);
                  efek toxik makanan beracun (T61-T62)
A05.0  Keracunan makanan akibat staphylococcus
A05.1  Botulismus
            Keracunan makanan klasik akibat Clostridium botulinum
A05.2  Keracunan makanan akibat Cl. perfringens [Cl. welchii];
            Enteritis necroticans; Pig-bel
A05.3  Keracunan makanan akibat Vibrio parahaemolyticus
A05.4  Keracunan makanan akibat Bacillus cereus
A05.8  Keracunan makanan akibat kuman lain yang dijelaskan
A05.9  Keracunan makanan akibat kuman, tidak dijelaskan

A06     Amoebiasis
Amoebiasis adalah infeksi kolon oleh protozoa Entamoeba histolytica. Biasanya tanpa gejala, tapi bisa berupa diare ringan sampai disentri. Penularan melalui kontak makanan dengan kotoran manusia. Bentuknya bisa berupa trofozoit hidup yang mudah mati, atau kista yang sangat menular. Kista akan menghasilkan trofozoit di usus halus yang kemudian dibawa ke kolon, cecum dan appendix.
Trofozoit menembus mukosa kolon, membentuk abses-abses kecil yang kemudian menyatu dan merusak jaringan sehingga terjadi perdarahan, edema dan ulkus. Mereka bisa dibawa vena porta ke hati dan membentuk abses hati, atau menyebar ke paru-paru dan pleura kanan. Penularan melalui darah bisa mencapai paru-paru, perikardium dan otak. Gejala bisa berupa diare atau konstipasi, kembung, nyeri perut, berak berlendir dan berdarah, dan nyeri tekan di hati. Pengobatan mencakup kemoterapi dan penggantian darah, cairan dan elektrolit.
Termasuk::      infeksi akibat Entamoeba histolytica
Kecuali:       penyakit usus lain akibat protozoa (A07.-)
A06.0  Disentri amubik akut;
            Amubiasis akut,
            Amubiasis usus NOS
A06.1  Amubiasis usus kronis
A06.2  Kolitis amuba non-disentri
A06.3  Amuboma usus;
            Amuboma NOS
A06.4  Abses hati akibat amuba;
            Amubiasis hati
A06.5† Abses paru-paru akibat amoeba (J99.8*);
            Abses paru (dan hati)
A06.6† Abses otak amuba (G07*);
            Abses amuba otak (dan hati) (dan paru-paru)
A06.7  Amubiasis kulit
A06.8  Infeksi amuba di situs lain;
            Appendisitis amuba,
            Balanitis amuba † (N51.2*)
A06.9  Amubiasis, tak dijelaskan

A07     Penyakit usus akibat protozoa lainnya
Penyakit protozoa usus lain balantidiasis, giardiasis, dan kriptosporidiosis. Balantidiasis akibat Balantidium coli menyebabkan ulkus dinding usus, diare, dan disentri. Giardiasis (lambliasis) akibat Giardia lamblia menyebabkan gangguan penyerapan lemak sehingga timbul diare. Kriptosporidiosis akibat Cryptosporidia berupa diare akut tapi berlangsung singkat. Isospora dan protozoa lain juga dapat menimbulkan gejala pada saluran pencernaan.
A07.0  Balantidiasis
            Disentri balantidia
A07.1  Giardiasis [lambliasis]
A07.2  Cryptosporidiosis
A07.3  Isosporiasis
            Infeksi Isospora belli dan I. hominis;
            Coccidiosis usus
            Isosporosis usus
A07.8  Penyakit usus akibat protozoa lain yang dijelaskan
            Trichomoniasis usus
            Sarkositosis
            Sarkosporidiosis
A07.9  Penyakit usus akibat protozoa, tidak dijelaskan
            Diare flagellata
            Kolitis protozoa, diare protozoa, disentri protozoa.
A08     Infeksi usus oleh virus dan infeksi lain yang dijelaskan
Virus adalah parasit terkecil, partikel molekul intrasel, yang memiliki inti asam nukleat dan dilapisi protein, yang tergantung pada sel (bakteri, tanaman, hewan) untuk reproduksi. Virus group enterik terbagi atas kategori poliomyelitis, coxsackievirus, echovirus dan enterovirus, dan virus gastroenteritis epidemik. Kategori terakhir ini yang memberikan gejala pada saluran pencernaan berupa mual dan muntah, dan bisa berupa rotavirus, “Norwalk” agents, astrovirus, adenovirus tipe 40 dan 41, calicivirus, dan agen-agen mirip coronavirus.
Kecuali:             Influenza yang melibatkan saluran pencernaan (J09, J10.8, J11.8)
A08.0  Enteritis akibat rotavirus
A08.1  Gastroenteropati akut akibat Norwalk agent;
            Enteritis virus dengan struktur kecil bulat
A08.2  Enteritis adenovirus
A08.3  Enteritis virus lainnya
A08.4  Infeksi usus oleh virus, tidak dijelaskan
            Enteritis NOS, gastroenteritis NOS, gastroenteropati NOS akibat virus.
A08.5  Infeksi usus lain yang dijelaskan

A09     Gastroenteritis dan kolitis lain yang asalnya infeksi dan tidak dijelaskan
Kecuali:       akibat bakteri, protozoa, virus dan agen menular lain yang dijelaskan (A00-A08);
                  diare non-infeksi (K52.9),
                  diare non-infeksi neonatus (P78.3)
A09.0  Gastroenteritis dan kolitis lain yang asalnya infeksi
            Catarrh, enterik atau  intestinal
            Diarrhoea: berdarah akut, encer akut, disenteri, epidemi
            Colitis, enteritis, gastroenteritis: NOS, perdarahan
            Diare infeksi NOS
A09.0  Gastroenteritis dan kolitis yang tidak dijelaskan


Tuberkulosis (A15-A19)
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi akut atau kronis akibat Mycobacterium tuberculosis, dan kadang-kadang oleh M. bovis. Penyakit ini khas dengan keseimbangan antara ketahanan tubuh dan infeksi, fokus infeksi (di dalam atau di luar paru-paru) bisa aktif kembali kapan saja, dan sering setelah periode laten yang cukup lama. Fokus TB memiliki tuberkel berisi sel-sel raksasa dan epitelioid, cenderung fibrosis, dan perkejuan (caseation) yaitu nekrosis yang tidak mencair.
Infeksi dengan menghirup bulir cairan (droplet) yang dikeluarkan batuk dan mengering di udara. Piring dan sprei juga sumber penularan yang penting. Pada M. bovis, susu sapi menjadi sumber penyebaran. Pekerja laboratorium bisa terinfeksi melalui inokulasi langsung.
Tubuh yang belum disensitisasi tidak memiliki pertahanan terhadap TB. Infeksi biasa dimulai pada paru-paru bagian bawah dan tengah, kuman menyebar ke kelenjar limfe, terus ke aliran darah dan seluruh tubuh. Dalam 4-10 minggu timbul hipersensitivitas tuberkulin, area pneumonitis kecil, perbanyakan kuman dihambat, dan infeksi terhenti.
Perkembangan infeksi selanjutnya tergantung pada usia dan intensitas kontak. Kasus yang paling menular adalah yang sputumnya mengandung kuman. Infeksi paling mudah mengenai bayi, disusul oleh anak-anak dan remaja. Pada usia tua kemungkinan terinfeksi kembali meningkat.
Termasuk::      infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis dan M. bovis
Kecuali:       sequel TB (B90.-), TB kongenital (P37.0)
                  pneumokoniosis dengan TB (J65), silicotuberculosis (J65)
                  penyakit HIV yang menyebabkan tuberkulosis (B20.0)
A15      TB pernafasan, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
A15.0  TB paru, dipastikan oleh mikroskopis sputum dengan atau tanpa kultur.
            Bronkiektasia TB, fibrosis paru TB, pneumonia TB , pneumothoraks TB,
dipastikan oleh mikroskopis sputum dengan atau tanpa kultur
A15.1  TB paru, dipastikan oleh kultur saja
            Kondisi pada A15.0, dipastikan oleh kultur saja
A15.2  TB paru, dipastikan secara histologis
            Kondisi pada A15.0, dipastikan secara histologis
A15.3  TB paru, dipastikan melalui cara yang tidak dijelaskan
            Kondisi pada A15.0, dipastikan tapi tidak jelas secara bakteriologis atau histologis
A15.4  TB kelenjar limfe intratoraks, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
            TB kelenjar limfe hilus, mediastinum, trakheobronkus,
dipastikan secara bakteriologis dan histologis
            Kecuali: dinyatakan primer (A15.7)
A15.5  TB larings, trakhea, glottis dan bronkus, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
            TB bronkus, glottis, larings, trakhea, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
A15.6  Pleuritis TB, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
            TB pleura, empyema TB, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
            Kecuali: TB pernafasan primer, dipastikan bakteriologis dan histologis (A15.7)
A15.7  TB pernafasan primer, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
A15.8  TB pernafasan lain, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
            TB mediastinum, nasofarings, hidung, sinus hidung,
dipastikan secara bakteriologis dan histologis
A15.9  TB pernafasan yang tidak dijelaskan, dipastikan secara bakteriologis dan histologis

A16      TB pernafasan, tidak dipastikan secara bakteriologis atau histologis
A16.0  TB paru, secara bakteriologis dan histologis negatif.
            Bronkiektasia TB, fibrosis paru TB, pneumonia TB , pneumothoraks TB,
secara bakteriologis dan histologis negatif.
A16.1  TB paru, pemeriksaan bakteriologis dan histologis tidak dilakukan
            Kondisi pada A16.0, pemeriksaan bakteriologis dan histologis tidak dilakukan
A16.2  TB paru, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis
            TB paru, bronkiektasia TB, fibrosis paru TB, pneumonia TB , pneumothoraks TB, NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
A16.3  TB kelenjar limfe intratoraks, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis
            TB kelenjar limfe hilus, intratoraks, mediastinum, trakheobronkus,
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
            Kecuali: dinyatakan primer (A15.7)
A16.4  TB larings, trakhea, glottis dan bronkus, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis
            TB bronkus, glottis, larings, trakhea,
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
A16.5  Pleuritis TB, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis
            TB pleura, empyema TB, pleuritis TB,
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
            Kecuali: TB pernafasan primer, dipastikan bakteriologis dan histologis (A15.7)

A16.7  TB pernafasan primer, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis
            TB pernafasan primer NOS
            Kompleks TB primer
A16.8  TB pernafasan lain, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis
            TB mediastinum, nasofarings, hidung, sinus hidung,
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
A16.9  TB pernafasan yang tidak dijelaskan, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis
            TB pernafasan NOS
            Tuberkulosis NOS

A17†    TB sistem syaraf
A17.0† Meningitis TB(G01*)
            TB meningen, leptomeningitis TB
A17.1† Tuberkuloma meningen (G07*)
A17.8† TB lain sistem syaraf
            Meningoensepfalitis TB (G05.0*), myelitis TB (G05.0*),
            Tuberkuloma otak atau medulla spinalis, TB otak atau medulla spinalis (G07*),
            Abses TB otak (G07*),
            Polyneuropathy TB (G63.0*)
A17.9† TB sistem syaraf, tidak dijelaskan (G99.8*)

A18      TB organ lain
A18.0† TB tulang dan sendi
            TB panggul (M01.1*), TB lutut (M01.1*), arthritis TB (M01.1*),
            TB kolom vertebra (M49.0*), Synovitis TB (M68.0*), tenosynovitis TB (M68.0*)
            Mastoiditis TB (H75.0*),
            Osteitis TB (M90.0*), osteomyelitis TB (M90.0*), nekrosis TB tulang (M90.0*),
A18.1  TB sistem genitourinarius
            TB ginjal † (N29.1*), TB ureter † (N29.1*), TB bladder † (N33.0*),
            TB organ genital pria † (N51.-*),
            TB cervix † (N74.0*),
            Pelvic inflammatory disease TB wanita † (N74.1*)
A18.2  Limfadenopati perifer TB,
            Adenitis TB
            Kecuali:           Adenopati trakheobronkus TB, TB kelenjar limfe intratoraks (A15.4, A16.3)
                        TB kelenjar limfe mesenterik dan retroperitoneum (A18.3),
A18.3  TB usus, peritoneum, dan kelenjar mesenterika
            Asites TB, TB kelenjar limfe retroperitoneum
            Peritonitis TB† (K67.3*)
            TB anus dan rektum†, TB usus (halus, besar)†, enteritis TB† (K93.0*),
A18.4  TB kulit dan jaringan subkutis
            Erythema induratum TB, scrofuloderma
            Lupus exedens, lupus vulgaris NOS,
            Lupus vulgaris kelopak mata† (H03.1*),
            Kecuali:           lupus erythematosus (L93.-),
                        lupus erythematosus systemic (M32.-)
A18.5  TB mata
            Episcleritis TB † (H19.0*),
            Keratitis interstitialis TB (H19.2*), keratoconjunctivitis TB † (H19.2*)
            Iridocyclitis TB † (H22.0*),
            Chorioretinitis TB † (H32.0*),
            Kecuali: lupus vulgaris kelopak † (A18.4)
A18.6  TB telinga
            Otitis media TB † (H67.0*)
            Kecuali: TB mastoiditis (A18.0†)
A18.7† TB kelenjar adrenal (E35.1*),            
            Penyakit Addison pada TB
A18.8  TB organ lain yang dijelaskan:
            TB kel. tiroid † (E35.0*),
            TB perikardium † (I32.0*), TB endokardium † (I39.8*),
            TB miokardium † (I41.0*), Arteritis serebri TB† (I68.1*)
            TB esofagus † (K23.0*)

A19      TB miliaris
Termasuk:   TB disseminata, TB generalisata, poliserositis TB
A19.0  TB miliaris akut pada situs tunggal yang disebutkan
A19.1  TB miliaris akut pada situs ganda
A19.2  TB miliaris akut, tidak dijelaskan
A19.8  TB miliaris lainnya
A19.9  TB miliaris, tidak dijelaskan


Penyakit kuman zoonotik tertentu (A20-A28)
Penyebab: kuman yang biasa hidup pada hewan dan kemudian ditularkan ke manusia
A20     Plague
Plague adalah penyakit infeksi akut berat yang dikenal sebagai epidemi Black Death pada abad pertengahan, akibat Yersinia (Pasteurella) pestis yang masuk melalui gigitan kutu tikus terinfeksi, diikuti demam, delirium dan muntah. Jenis yang menonjol adalah bubonic dengan pembesaran padat kelenjar limfe aksilla atau perineum yang sangat nyeri, kulit di atasnya merah, hati dan limpa membesar, gelisah dan bingung, dengan kematian 60% dalam 3-5 hari Bentuk pneumonic (pada kelenjar limfe paru-paru) plague menyebabkan batuk darah dan dapat membunuh penderitanya dalam 48 jam.
Termasuk:       infeksi akibat Yersinia pestis
A20.0  Bubonic plague
A20.1  Cellulocutaneous plague
A20.2  Pneumonic plague
A20.3  Plague meningitis
A20.7  Septicaemic plague
A20.8  Bentuk-bentuk lain plague
            Plague abortif,             Plague asimptomatik
            Pestis minor
A20.9  Plague, tidak dijelaskan

A21      Tularaemia
Tularemia adalah penyakit infeksi akut yang biasanya khas dengan lesi ulseratif lokal, gejala sistemik yang menonjol, dan keadaan seperti demam tifus, bakteremia, dan pneumonia. Penyebabnya Francisella (Pasteurella, Brucella) tularensis yang memasuki tubuh melalui makanan, inokulasi, atau kontaminasi. Ia bisa menembus kulit yang utuh. Type A yang ganas hidup pada kelinci, dan type B yang lebih jinak hidup pada tikus.
Empat jenis klinis tularemia adalah ulceroglandular (87%) dengan lesi utama di tangan dan jari, oculoglandular dengan infeksi pada mata dan radang pada kelenjar limfe di sisi tubuh yang sama, glandular dengan limfadenitis regional, mungkin akibat termakan, dan jenis tifoid dengan nyeri perut dan demam. Gejalanya nyeri kepala berat, demam tinggi dan pembesaran kelenjar limfe. Kematian 6% pada kasus yang tidak diobati.
Termasuk:   deer-fly fever, infeksi akibat Francisella tularensis, rabbit fever
A21.0  Ulceroglandular tularaemia
A21.1  Oculoglandular tularaemia
            Ophthalmic tularaemia
A21.2  Pulmonary tularaemia
A21.3  Gastrointestinal tularaemia
            Abdominal tularaemia
A21.7  Generalized tularaemia
A21.8  Bentuk-bentuk lain tularaemia
A21.9  Tularaemia, tidak dijelaskan

A22     Anthrax
Disebabkan oleh Bacillus anthracis, anthrax sangat menular pada hewan ternak. Infeksi pada manusia biasanya melalui kulit, selain menelan dan menghirup sporanya. Pada infeksi kulit timbul papula, vesikula dan eksudasi. Bisa terjadi limfadenopati, lemah, myalgia, sakit kepala, demam, mual dan muntah. Jenis pernafasan paling berbahaya karena spora dengan cepat memperbanyak diri, diikuti oleh nekrosis pada kelenjar limfe paru-paru, dan menyebar ke meningen dan otak.
Termasuk:       infeksi akibat Bacillus anthracis
A22.0  Anthrax kulit
            Karbunkel ganas, pustula ganas
A22.1  Anthrax pernafasan
            Anthrax inhalasi, Penyakit Ragpicker, Penyakit Woolsorter
A22.2  Anthrax gastrointestinum
A22.7  Sepsis anthrax
A22.8  Bentuk-bentuk lain anthrax
            Meningitis anthrax † (G01*)
A22.9  Anthrax, tidak dijelaskan

A23     Brucellosis
Brucellosis disebabkan oleh Brucella melitensis (kambing dan domba), B. suis (caribou), dan B. canis (anjing). Infeksi terjadi akibat menelan susu atau produk susu (butter dan keju) hewan terinfeksi. Penyakit ini khas dengan stadium demam akut dengan sedikit tanda lokal, dan stadium kronis dengan demam naik turun (undulant fever), lemah, dan keringatan, namun jarang membawa kematian.
Termasuk:       Demam: Malta, Mediterranean, undulant
A23.0  Brucellosis akibat B. melitensis
A23.1  Brucellosis akibat B. abortus
A23.2  Brucellosis akibat B. suis
A23.3  Brucellosis akibat B. canis
A23.8  Brucellosis lain
A23.9  Brucellosis, tidak dijelaskan

A24     Glanders and melioidosis
Glanders disebabkan oleh Pseudomonas mallei, yaitu bakteri kuda, dengan gejala demam tinggi dan radang kelenjar limfe. Melioidosis disebabkan oleh Ps. pseudomallei melalui kulit yang lecet; jarang secara langsung dari hewan atau pasien yang terinfeksi. Gejala yang paling umum pada infeksi pernafasan akut adalah pneumonia nekrotikans. Pada infeksi septikemik, bisa terjadi kebingungan, sesak nafas, faringitis, demam tinggi, dan sianosis, serta nyeri hebat pada otot. Kematian biasanya <10 span="">
A24.0  Glanders
            Infeksi akibat Pseudomonas mallei
            Infeksi akibat Burkholderia mallei
            Malleus
A24.1  Melioidosis akut dan fulminant
            Melioidosis: pneumonia, sepsis
A24.2  Melioidosis subakut dan kronis
A24.3  Melioidosis lain
A24.4  Melioidosis, tidak dijelaskan
            Infeksi Pseudomonas pseudomallei NOS;
            Infeksi akibat Burkholderia pseudomallei NOS, Penyakit Whitmore

A25     Rat-bite fevers – demam gigitan tikus
Terdapat dua jenis demam yang timbul setelah gigitan tikus ini, yaitu spirillosis dan streptobacillosis. Spirillosis disebabkan oleh Spirillum minus, yang menimbulkan radang di tempat gigitan 10 hari kemudian, setelah luka gigitan itu sembuh, diikuti oleh demam berulang dan limfadenitis regional. Jenis streptobacillosis disebabkan oleh Streptobacillus moniliformis, yang menimbulkan gejala 10 hari setelah gigitan berupa demam menggigil, muntah, sakit kepala, dan nyeri punggung dan sendi.
A25.0  Spirillosis
            Sodoku
A25.1  Streptobacillosis
            Erythema arthritik epidemik, Demam Haverhill,
            Streptobacillary rat-bite fever
A25.9  Rat-bite fever, tidak dijelaskan

A26     Erysipeloid
Erysipeloid adalah infeksi akut kulit akibat Erysipelothrix rhusiopathiae yang biasa menyerang babi. Infeksi sering melalui luka pada tangan yang mengolah jaringan hewan ini. Gejala berupa sembab lokal yang mengganggu pekerjaan selama 2-3 minggu.
A26.0  Cutaneous erysipeloid;  Erythema migrans
A26.7  Erysipelothrix sepsis
A26.8  Bentuk-bentuk lain erysipeloid
A26.9  Erysipeloid, tidak dijelaskan
A27     Leptospirosis
Leptospirosis adalah infeksi akibat Leptospira yang hidup pada hewan piaraan atau liar, yang menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Kontak terjadi melalui urine, jaringan tubuh, dan tanah atau air. Gejala sakit kepala, nyeri otot, demam dan menggigil pada fase leptospiremia; disusul oleh fase imun. Pada infeksi berat bisa terjadi jaundice, azotemia (terdapatnya urea dan komponen nitrogen lain di darah), perdarahan, gangguan kesadaran dan demam. Gejala pada ginjal berupa proteinuria, pyuria, dan hematuria.
A27.0  Leptospirosis icterohaemorrhagica
            Leptospirosis akibat L. interrogans serovar icterohaemorrhagiae
A27.8  Bentuk-bentuk lain leptospirosis
A27.9  Leptospirosis, tidak dijelaskan

A28     Penyakit bakteri zoonotik lain, not elsewhere classified
A28.0  Pasteurellosis
A28.1  Cat-scratch disease
            Cat-scratch fever
A28.2  Extraintestinal yersiniosis
            Kecuali:           enteritis akibat Y. enterocolitica (A04.6)
                        plague (A20.-)
A28.8  Penyakit bakteri zoonotik lain yang dijelaskan, not elsewhere classified
A28.9  Penyakit bakteri zoonotik, tidak dijelaskan


Penyakit bakteri lainnya (A30-A49)
A30     Leprosy [Hansen's disease]
Lepra adalah penyakit infeksi Mycobacterium leprae, diduga sangat menular tapi keganasannya rendah dan menyukai daerah tubuh yang lebih sejuk seperti kulit, membran mukosa dan syaraf perifer. Lesi kulit dan lesi syaraf perifer mendominasi penemuan klinis awal. Lepra dibagi menurut derajat imunitas penderitanya.
Lepra indeterminata sulit didiagnosa. Lesi awal pada kulit biasanya berupa makula berbatas kabur, agak pucat atau kemerahan dengan diameter 1-2 cm. Ini adalah radang tidak khas yang melibatkan pembuluh darah, kelenjar keringat dan sebasea, folikel rambut, dan syaraf kulit. Lesi ini cenderung sembuh spontan, tapi bisa pula menjadi tiga bentuk, yaitu lepra tuberkuloid (TT), lepromatosa (LL), dan borderline (dimorpheus).
Lepra TT khas dengan lesi kulit yang awalnya terlokalisir pada kulit atau syaraf perifer. Lesi kulit cenderung besar berbatas tegas, berjumlah satu atau beberapa, tidak berasa, dan tidak simetris. Respons radang sangat aktif, dengan sel-sel epitelioid dan sel-sel Langhan mirip dengan tuberkel yang dikelilingi banyak sel limfosit. Basil sedikit dan sulit ditemukan. Nekrosis kaseasi (perkejuan) dapat merusak bundel syaraf dengan akibat paralisis yang terfokus pada daerah tertentu. Pertahanan tubuh cukup tinggi dan kesembuhan spontan bisa terjadi; namun, syaraf perifer dapat rusak.
Lepra LL. adalah infeksi umum yang melibatkan kulit, mulut, hidung dan membran mukosa pada pernafasan atas, permukaan depan hidung, syaraf kulit dan perifer, sistem retikulo-endotel, kelenjar adrenal, dan testes. Seluruh permukaan tubuh bisa terlibat begitu luas, disertai oleh basilemia lepra berkadar tinggi. Makula paling banyak, disertai oleh papula, nodula, atau plak. Basil mudah ditemukan pada sampel jaringan. Resistensi pasien terhadap basil rendah, dan penyakit yang tidak diobati akan progresif.
Lepra borderline memiliki kombinasi gambaran klinis dan patologis TT dan LL, yaitu borderline-tuberkuloid (BT), mid-borderline (BB), dan borderline-lepromatosa (BL), tergantung pada jumlah relatif basil, limfosit, sel epitelioid, dan makrofag. Jenis borderline ini tidak stabil dan bisa berubah menjadi TT atau LL.
Lesi syaraf kulit sering menimbulkan anestesia pada lesi tersebut. Lesi pada serat syaraf yang lebih besar akan menyebabkan anestesi pada seluruh daerah yang disyarafinya. Anestesia ini menyebabkan pasien tidak menyadari kerusakan yang terjadi pada anggota tubuh. Lepra juga bisa merusak hidung, daun telinga, alis mata, atau testis.
Termasuk:       infeksi akibat Mycobacterium leprae
Kecuali:       Sekuel lepra (B92)
A30.0  Indeterminate leprosy
            Lepra I
A30.1  Tuberculoid leprosy
            Lepra TT
A30.2  Borderline tuberculoid leprosy
            Lepra BT
A30.3  Borderline leprosy
            Lepra BB
A30.4  Borderline lepromatous leprosy
            Lepra BL
A30.5  Lepromatous leprosy
            Lepra LL
A30.8  Bentuk lain leprosy
A30.9  Lepra, tidak dijelaskan

A31      Infeksi akibat mikobakteria lain
Kecuali        : tuberculosis (A15-A19), leprosy (A30.-)
A31.0  Infeksi mikobakterium pada paru-paru
            Infeksi akibat M. avium, M. intracellulare [Battey bacillus], M. kansasii
A31.1  Infeksi mikobakterium pada kulit
            Buruli ulcer
            Infeksi akibat M. marinum, M. ulcerans
A31.8  Infeksi mikobakterium lainnya
A31.9  Infeksi mikobakterium, tidak dijelaskan
            Infeksi mikobakterium tidak khas NOS, Mycobacteriosis NOS

A32     Listeriosis
Listeriosis disebabkan oleh Listeria monocytogenes dengan manifestasi yang bervariasi menurut patogenesis, situs, dan usia pasien. Infeksi terjadi melalui minum susu atau produk keju yang terinfeksi, atau kontak langsung. Pada orang dewasa, meningitis merupakan bentuk umum listeriosis, sedangkan endokarditis dan listeriosis typhoid (dengan bakteremia dan demam tinggi) jarang terjadi. Kontak pada konjungtiva bisa menyebabkan infeksi kelenjar mata dengan oftalmitis.
Termasuk:   infeksi listeria melalui makanan
Kecuali:       listeriosis neonatus (disseminata) (P37.2)
A32.0  Listeriosis kulit
A32.1† Meningitis and meningoencephalitis listeria
            Meningitis listeria (G01*); meningoencephalitis listeria (G05.0*)
A32.7  Sepsis listeria
A32.8  Bentuk lain listeria
            Endocarditis listeria † (I39.8*)
            Arteritis cerebri Listeria † (I68.1*),
            Listeriosis okuloglandular
A32.9  Listeriosis, tidak dijelaskan

A33     Tetanus neonatorum
Tetanus khas dengan spasme tonik berulang otot sadar, terjadi setelah luka, dan bisa terjadi pada prosedur kebidanan dan bayi baru lahir. Spasme otot rahang memberinya nama ‘lockjaw’ atau rahang terkunci. Penyebabnya exotoksin (tetanospasmin) Clostridium tetani, basil anaerob yang sporanya stabil bertahun-tahun, bisa terdapat di tanah dan kotoran binatang..
Tetanospasmin memasuki syaraf pusat melalui syaraf motorik atau aliran darah. Toksin berikatan pada sinaps dan menyebabkan kekakuan umum, dengan masa inkubasi 2-50 (biasanya 5-10) hari. Gejala yang paling sering kekakuan rahang sehingga sulit membuka mulut (trismus), di samping spasme otot muka sehingga terlihat seperti senyum terfiksir dengan alis mata naik (risus sardonicus). Kekakuan otot perut, leher dan punggung – malah opisthotonus – bisa terjadi. Spasme sfingter menyebabkan retensi urin dan konstipasi. Sensoris biasanya jernih, tapi koma bisa segera timbul setelah kejang.
A34     Tetanus obstetri
A35     Tetanus lain, Tetanus NOS

A36     Diphtheria
Difteri adalah penyakit menular akut akibat Corynebacterium diphtheriae, khas dengan pseudomembran fibrinosa pada mukosa pernafasan, dan kerusakan jaringan miokardium dan syaraf akibat eksotoksin. Difteri kulit juga umum terjadi. Tiga jenis C. diphtheriae, yaitu mitis, intermedius, dan gravis, yang menyebar melalui sekresi orang yang terinfeksi. Biasanya kuman bersarang di tonsil atau nasofarings. Jenis toksigenik menghasilkan eksotoksin yang mematikan sel-sel di sekitarnya dan sel-sel yang jauh karena dibawa oleh darah. Lesi patologis ditemukan di saluran nafas, orofarings, miokardium, sistem syaraf, dan ginjal.
Membran di daerah tonsil, bewarna abu-abu kotor, keras dan berfibrin, melekat dengan erat sehingga pembuangannya menyebabkan perdarahan. Edema larings dan farings bisa menyumbat pernafasan. Tanpa antitoksin bisa terjadi miokarditis dan kegagalan jantung, serta kelumpuhan otot mulut, rahang dan tenggorok (bulbar paralysis)
A36.0  Difteri farings
            Angina membranosa difteri, Difteri tonsil
A36.1  Difteri nasofarings
A36.2  Difteri larings,
            Laringotrakheitis difteri
A36.3  Difteri kulit
            Kecuali: erythrasma (L08.1)
A36.8  Difteri lain
            Konjungtivitis difteri† (H13.1*); miokarditis difteri† (I41.0*), polyneuritis difteri† (G63.0*)
A36.9  Diphtheria, tidak dijelaskan

A37     Whooping cough
Batuk rejan atau pertussis ini akut, sangat menular, khas dengan batuk paroksismal spasmodik (tiba-tiba dan terus-menerus) yang biasanya berakhir dengan inspirasi panjang, berbunyi dengan nada tinggi (“whoop”). Penyebabnya adalah Bordetella pertussis. Bentuk yang lebih ringan disebabkan oleh B. parapertussis.
Infeksi karena menghirup kuman yang disebarkan pasien lain ke udara. Pertussis bisa menyerang setiap usia, walaupun lebih dari separo berusia di bawah 2 tahun. Masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung selama 6 minggu. Stadium kataralis berlangsung ringan, dengan batuk, air mata, dan tanda pilek lain. Stadium paroksismal terjadi setelah 10-14 hari, dengan 5 sampai >15 batuk berturut-turut dengan cepat, diakhiri dengan pernafasan dalam dan berbunyi. Setelah beberapa pernafasan normal, paroksisma dimulai kembali. Stadium kataralis dan paroksismal awal sangat menular. Stadium penyembuhan terjadi setelah 4 minggu, batuk menurun frekuensi dan beratnya. Lama penyakit rata-rata 51 hari (3 minggu – 3 bulan).
A37.0  Whooping cough disebabkan Bordetella pertussis
A37.1  Whooping cough disebabkan Bordetella parapertussis
A37.8  Whooping cough disebabkan spesies Bordetella lain
A37.9  Whooping cough, tidak dijelaskan

A38     Scarlet fever
Skarlatina
Kecuali:       sore throat akibat streptokokus
Skarlatina disebabkan Streptokokus group A yang membuat erythrotoxin, menyebabkan warna merah pada kulit. Gejala yang khas antara lain “circumoral pallor” yaitu kelihatan pucat di sekitar mulut karena muka sangat merah, lidah “strawberry” karena papilla menonjol pada lapisan merah terang, dan Pastia’s lines berupa garis merah gelap di lipatan kulit.

A39     Infeksi meningokokus
Meningokokus dapat menyebabkan infeksi pada meningen, adrenal, jantung, dan sebagainya. Ia juga menyebabkan bakteremia dengan sifat akut atau kronis.
A39.0† Meningitis meningokokus (G01*)
A39.1† Sindroma Waterhouse-Friderichsen (E35.1*);
            Adrenalitis haemoragika meningokokus
            Sindroma adrenal meningokokus
A39.2  Acute meningococcaemia
A39.3  Chronic meningococcaemia
A39.4  Meningokokaemia, tidak dijelaskan;
            Bakteremia meningokokus NOS
A39.5† Penyakit jantung meningokokus
            Pericarditis meningokokus (I32.0*)
            Endocarditis meningokokus (I39.8*),
            Myocarditis meningokokus (I41.0*),
            Karditis meningokokus NOS (I52.0*)
A39.8  Infeksi meningokokus lain
            Encephalitis meningokokus meningokokus† (G05.0*)
            Konjunctivitis meningokokus† (H13.1*)
            Retrobulbar neuritis meningokokus† (H48.1*)
            Arthritis meningokokus† (M01.0*)
            Artritis pasca-meningokokus† (M03.0*)
A39.9  Infeksi meningokokus , tidak dijelaskan
            Penyakit meningokokus NOS

A40     Sepsis streptokokus
Septikemia adalah terdapatnya kuman di dalam darah (bakteremia) yang disertai oleh manifestasi klinis infeksi tersebut. Bakteremia umumnya, dan biasanya sementara, menyertai berbagai tindakan bedah (misalnya insisi abses); atau akibat kolonisasi kuman pada saluran infus atau kateter kandung kemih yang terpasang lama Demam hampir selalu menyertai septikemia, dengan awalnya menggigil. Erupsi pada kulit sering terjadi
Kecuali:             setelah:            abortus atau hamil ektopik atau mola (O03-O07, O08.0),
                                    infus, transfusi atau injeksi terapi (T80.2), immunisasi (T88.0),
                  ketika melahirkan (O75.3), masa nifas (puerperal) (O85)
                  pada neonatus (P36.0-P36.1)
                  pasca-prosedur (T81.4),
A40.0  Sepsis akibat streptokokus, group A
A40.1  Sepsis akibat streptokokus, group B
A40.2  Sepsis akibat streptokokus, group D
A40.3  Sepsis akibat Streptococcus pneumoniae,
            Sepsis pneumokokus
A40.8  Sepsis akibat streptokokus lainnya
A40.9  Sepsis akibat streptokokus, tidak dijelaskan

A41      Sepsis lain
Kecuali:             melioidosis sepsis (A24.1), plague sepsis (A20.7)
                  toxic shock syndrome (A48.3), bacteraemia NOS (A49.9)
                  setelah:      abortus atau hamil ektopik atau mola (O03-O07, O08.0),
                                    infus, transfusi atau injeksi terapi (T80.2), immunisasi (T88.0),
                  selama melahirkan (O75.3)
                  sepsis (akibat)(pada):
tularaemia (A21.7), anthrax (A22.7), Erysipelothrix (A26.7),
yersiniosis extraintestinum (A28.2), listeria (A32.7),
meningokokus (A39.2-A39.4), streptokokus (A40.-),
aktinomikotik (A42.7), gonokokus (A54.8),
herpesvirus (B00.7), kandida (B37.7),
puerperal (O85), neonatal (P36.-), pasca-prosedur (T81.4),
A41.0  Sepsis akibat Staphylococcus aureus
A41.1  Sepsis akibat stafilokokus lain yang disebutkan
            Sepsis akibat stafilokokus koagulase-negatif
A41.2  Sepsis akibat stafilokokus yang tidak dijelaskan
A41.3  Sepsis akibat Haemophilus influenzae
A41.4  Sepsis akibat kuman anaerob
            Kecuali: gas gangrene (A48.0)
A41.5  Sepsis akibat organisme Gram-negative lain
            Sepsis Gram-negative NOS
A41.8  Sepsis lain yang dijelaskan
A41.9  Sepsis, tidak dijelaskan; 
            Septic shock, sepstikemia



A42     Actinomycosis
Aktinomikosis adalah penyakit infeksi kronis yang khas dengan banyak sinus yang mengalirkan cairan dan disebabkan mikroorganisme gram positif anaerob yang sering terdapat pada gusi, tonsil, dan gigi, yaitu Actinomyces israelii..
Penyakit ini sering terdapat pada pria dewasa. Pada bentuk yang paling umum, cervicofacialis, tempat masuk utama adalah gigi yang membusuk. Bentuk lain adalah pulmonalis akibat terhirupnya sekresi mulut; dan abdominalis akibat pecahnya mukosa suatu divertikulum atau appendix. Lesi yang khas berupa daerah mengeras berisi abses kecil-kecil yang saling berhubungan dikelilingi oleh jaringan granulasi. Penyakit menyebar ke jaringan yang berdekatan, dan kadang-kadang melalui aliran darah.
Bentuk servikofasialis dimulai dengan bengkak di bawah mukosa mulut atau kulit leher. Area yang melunak akan menjadi sinus dengan fistula berisi cairan seperti ‘granul sulfur’ kuning, dengan diameter 1 mm. Pada bentuk pulmonalis, serangan diikuti oleh nyeri dada, demam, batuk produktif, dan perforasi dinding dada oleh saluran sinus. Bentuk abdominalis menyerang cecum, appendix, dan peritoneum; khas dengan nyeri, demam, muntah, diare atau konstipasi, dan kurus. Massa abdomen biasa terdapat, dan pada dinding bisa muncul sinus dan fistula. Bentuk generalisata disebabkan oleh septikemia, menyebar melalui darah ke kulit, vertebrae, otak, hati, ginjal, ureter dan organ pelvis (wanita).
Kecuali      : Kecuali: actinomycetoma (B47.1)
A42.0  Aktinomikosis pulmonalis
A42.1  Aktinomikosis abdominalis
A42.2  Aktinomikosis servikofasialis
A42.7  Sepsis aktinomikosis
A42.8  Bentuk lain aktinomikosis
A42.9  Aktinomikosis, tidak dijelaskan

A43     Nocardiosis
Nokardiosis adalah penyakit infeksi akut atau kronis yang menimbulkan granuloma dan nanah di seluruh tubuh, akibat Nocardia asteroides, suatu saprofit tanah. Organisme ini  biasanya masuk melalui paru-paru, sering menyerang orang tua yang lemah. Penyebaran melalui aliran darah dan menimbulkan abses di otak, kadang-kadang di ginjal atau organ lain.
A43.0  Nokardiosis pulmonalis
A43.1  Nokardiosis kulit
A43.8  Bentuk lain nokardiosis
A43.9  Nokardiosis, tidak dijelaskan

A44     Bartonellosis
Disebabkan Bartonella bacilliformis dan hanya di Amerika Selatan, khas dengan anemia dan demam (demam Oraya) atau erupsi kulit yang kronis (Verruga peruana)
A44.0  Bartonellosis sistemik
            Demam Oroya
A44.1  Bartonellosis kulit dan mukosa kulit
            Verruga peruana
A44.8  Bentuk lain bartonellosis
A44.9  Bartonellosis, tidak dijelaskan

A46     Erysipelas
Erisipelas adalah selulitis permukaan akibat Streptokokus b hemolitikus Group A, sering melibatkan muka, lengan atau tungkai. Selulitis adalah radang akut menyebar rata pada jaringan padat seperti kulit atau bawah kulit, jarang pada struktur yang lebih dalam, dan khas dengan hiperemia, infiltrasi lekosit, dan edema tanpa nekrosis atau pernanahan Lesi berbatas tegas, sembab, merah mengkilat, dan nyeri tekan; sering disertai oleh vesikel dan bulla. Garis-garis merah perifer dan limfadenopati regional kadang-kadang muncul; sedangkan demam tinggi, menggigil dan lesu umum terjadi. Erisipelas bisa muncul berulang dan menyebabkan limfedema kronis. Tempat masuk kuman bisa dari infeksi jamur pada sela jari kaki.
Kecuali      : erisipelas nifas (O86.8)

A48     Penyakit bakteri lain, not elsewhere classified
Gas gangrene disebabkan oleh Clostridium perfringens dengan nekrosis pada otot dan selulitis, sering pada kaki. Penyakit Legionnnaires disebabkan oleh Legionella pneumophila, menyerang American Legion di Philadelphia tahun 1976, menyebabkan gejala pernafasan berupa pneumonia. Bentuk yang lebih ringan tidak menyebabkan pneumonia, cuma mirip flu.
TSS atau toxic shock syndrome khas dengan demam tinggi, muntah, diare, bingung, kulit merah, dan bisa syok; diduga akibat Staphylococcus aureus, sering pada wanita menstruasi akibat pemakaian tampon, atau laki-laki pascabedah. Muncul tahun 1978, menurut drastis tahun 1981 setelah penarikan beberapa jenis tampon dari pasaran. Demam purpura (kulit keunguan seperti lecet) Brazilia disebabkan oleh infeksi sistemik Hemophilus aegyptus
Kecuali      : actinomycetoma (B47.1)
A48.0  Gas gangrene
            Clostridial: cellulitis, myonecrosis
A48.1  Penyakit Legionnaires
A48.2  Penyakit Legionnaires Nonpneumonic [demam Pontiac]
A48.3  Toxic shock syndrome
            Kecuali: Sepsis NOS (A41.9), syok endotoxik NOS (R57.8)
A48.4  Brazilian purpuric fever;
            Infeksi sistemik Haemophilus aegyptius
A48.8  Penyakit bakteri lain yang dijelaskan

A49     Infeksi bakteri, situs tidak dijelaskan
 Kecuali:    infeksi meningokokus NOS (A39.9),
                  infeksi spirokhaeta NOS (A69.9)
                  infeksi chlamydia NOS (A74.9),
                  infeksi rickettsia NOS (A79.9),
                  bakteri penyebab penyakit yang diklasifikasikan pada bab lain (B95-B96),
A49.0  Infeksi stafilokokus, tempat tidak dijelaskan
A49.1  Infeksi streptokokus, tempat tidak dijelaskan
A49.2  Infeksi Haemophilus influenzae, tempat tidak dijelaskan
A49.3  Infeksi Mycoplasma, tempat tidak dijelaskan
A49.8  Infeksi bakteri lain dengan tempat tidak dijelaskan
A49.9  Infeksi bakteri, tidak dijelaskan;
            Bacteraemia NOS


Infeksi yang terutama ditularkan hubungan seks (A50-A64)
Kecuali:     penyakit human immunodeficiency virus [HIV] (B20-B24)
                  uretritis nonspesifik and uretritis non-gonokokus (N34.1)
                  penyakit Reiter's (M02.3)
A50     Sifilis kongenital
Sifilis (lues) adalah penyakit sistemik menular akibat spirochete Treponema pallidum, khas dengan stadium klinis dan laten (tanpa gejala) bertahun-tahun. T. pallidum bisa menyerang semua jaringan dan organ, atau ditularkan ibu ke janin melalui plasenta (sifilis kongenital). Sifilis dapat dideteksi oleh uji serologik sifilis (Serologic Tests for Syphilis - STS) pada wanita hamil sehingga penularan ke anak dapat dicegah.
Sifilis kongenital terbagi atas jenis dini, yang gejalanya muncul sebelum usia 2 tahun, dan jenis lanjut. Pada sifilis kongenital dini, lesi kulit berupa erupsi bullosa atau rash makula merah tembaga di telapak tangan dan kaki, dan papula di hidung, mulut dan daerah diaper. Berat badan sulit naik, terlihat seperti orang tua, retak-retak di sekitar mulut (rhagades), hidung mengeluarkan sekret mukopurulenta atau bernoda darah, hati dan limpa membesar, dan limfadenopati umum. Bisa timbul meningitis, choroiditis (pada mata), hydrocephalus, kejang, atau retardasi mental. Pada 3 bulan pertama kelahiran bisa terjadi pseudoparalysis akibat osteochondritis (chondroepiphysitis). Gejala yang khas adalah Triad Hutchinson, yaitu (1) keratitis interstitialis yang dapat menyebabkan parut kornea, (2) insisor Hutchinson (insisor atas sempit dengan cekungan), dan (3) tuli syaraf akibat kerusakan NC VIII (n. auditorius).
Tahap laten bisa berlangsung seumur hidup. Stadium lanjut ditandai ulkus gusi yang dapat menyerang hidung, septum dan palatum durum, penonjolan os frontalis dan parietalis, tibia mirip pedang (saber shins), neurosifilis meningen atau otak, dan atrofi mata. Bisa juga terjadi gangguan perkembangan maksilla sehingga  wajah mirip ‘bulldog’

A50.0  Sifilis kongenital dini, dengan gejala
            Setiap kondisi sifilis kongenital yang dinyatakan dini atau muncul dalam waktu kurang dari dua tahun sejak lahir
            Sifilis kongenital dini: kulit, mukokutan, viseral
            Rhinitis, faringitis, laringitis, pneumonia: sifilitika kongenital dini
            Okulopati, osteokondrodistrofi: sifilitika kongenital dini
A50.1  Sifilis kongenital dini, latent
            Sifilis kongenital tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi serologis positif dan uji cairan spinal negatif, kurang dari dua tahun sejak lahir.
A50.2  Sifilis kongenital dini, tidak dijelaskan
            Sifilis kongenital NOS kurang dari dua tahun sejak lahir
A50.3  Okulopati sifilitika kongenital lanjut
            Keratitis interstitialis sifilitika kongenital lanjut          † (H19.2*)
            Okulopati sifilitika kongenital lanjut NEC† (H58.8*)
            Kecuali: Triad Hutchinson (A50.5)
A50.4  Neurosifilis kongenital lanjut [neurosifilis juvenile]
            Dementia paralytica juvenilis
            Juvenile: general paresis, tabes dorsalis, taboparetic neurosyphilis
            Meningitis† (G01*), encephalitis† (G05.0*): sifilitika kongenital lanjut
            Polyneuropathy† (G63.0*) sifilitika kongenital lanjut
            Kecuali: Triad Hutchinson (A50.5)
A50.5  Sifilis kongenital lanjut lain dengan gejala klinis
            Setiap kondisi sifilis kongenital yang dinyatakan lanjut atau muncul dua tahun atau lebih sejak lahir
            Syphilitic saddle nose [pangkal hidung mencekung seperti sadel]
            Gigi atau triad Hutchinson
            Clutton's joints† (M03.1*): [sendi lutut membengkak]
            Artropati sifilitika† (M03.1*), osteokhondropati sifilitika† (M90.2*)
            Sifilis kardiovaskuler kongenital lanjut† (I98.0*),
A50.6  Sifilis kongenital lanjut, latent
            Sifilis kongenital tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi serologis positif dan uji cairan spinal negatif, dua tahun atau lebih sejak lahir
A50.7  Sifilis kongenital lanjut, tidak dijelaskan
            Sifilis kongenital NOS dua tahun atau lebih sejak lahir
A50.9  Sifilis kongenital, tidak dijelaskan


A51      Sifilis dini
T. pallidum masuk melalui membran mukosa atau kulit pada kontak seksual, termasuk orogenital, anorektum, ciuman atau kontak tubuh. Dalam beberapa jam ia mencapai kelenjar limfe regional dan menyebar ke seluruh tubuh. Masa inkubasi biasanya 3-4 minggu. Gejala bisa muncul pada berbagai stadium tanpa didahului stadium yang lebih ringan, atau lama setelah infeksi awal.
Lesi primer muncul setelah 4 minggu berupa papula merah yang menjadi ulkus tanpa nyeri dengan dasar keras yang disebut chancre., dan pembesaran tanpa nyeri kelenjar limfe regional. Chancre primer terdapat di penis, anus, rektum; vulva, servix, dan perineum; di samping bibir, lidah, mukosa pipi, tonsil, atau jari. Penyembuhan disertai oleh jaringan parut dalam waktu4-8 minggu.
Sifilis sekunder berupa rash muncul 6-12 minggu setelah infeksi. Rash umumnya tersebar simetris, dapat menjadi makula, papula, pustula, atau skuamosa, sering sembuh tanpa parut, atau hanya dengan bekas-bekas bewarna hitam atau putih. Papula di perbatasan mukosa dan kulit, misalnya vulva, hipertrofi dengan permukaan datar, bewarna merah pucat atau abu-abu, yang disebut kondiloma latum. Selain kulit dan mukosa, terdapat pembesaran kelenjar limfe dimana-mana, disertai keterlibatan mata, tulang, sendi, meningen, ginjal, hati, dan limpa.
Penularan sangat mudah pada sifilis primer atau sekunder, tapi sukar pada sifilis tertier. Pada sifilis laten, infeksi kulit dan mukosa terjadi pada tahun pertama, lalu hilang bertahun-tahun atau seumur hidup. Kemunculan kembali sering dalam stadium tertier.
A51.0  Sifilis genital primer
            Syphilitic chancre NOS
A51.1  Sifilis primer anus
A51.2  Sifilis primer di tempat lain
A51.3  Sifilis sekunder kulit dan membran mukosa
            Condyloma latum
            alopecia sifilitika† (L99.8*), leukoderma sifilitika† (L99.8*), patch mukosa sifilitika
A51.4  Sifilis sekunder lain
            Meningitis sifilitika sekunder † (G01*),
            iridosiklitis sifilitika sekunder † (H22.0*), okulopati sifilitika sekunder NEC† (H58.8*)
            myositis sifilitika sekunder † (M63.0*), periostitis sifilitika sekunder † (M90.1*)
            pelvic inflammatory disease (PID) wanita sifilitika sekunder † (N74.2*),
            limfadenopati sifilitika sekunder,
A51.5  Sifilis dini, latent
            Sifilis (didapat) tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi serologis positif dan uji cairan spinal negatif, kurang dari dua tahun sejak infeksi
A51.9  Sifilis dini, tidak dijelaskan
A52     Sifilis lanjut
Sifilis lanjut atau tertier terbagi secara klinis atas (1) sifilis tertier ringan pada kulit, tulang dan visera, (2) sifilis kardiovaskuler, dan (3) sifilis syaraf (neurosifilis). Sifilis tertier ringan memiliki lesi khas berupa gumma, yaitu reaksi granuloma kronis yang menyebabkan nekrosis dan fibrosis, dan ulkus tanpa nyeri yang membesar dan meninggalkan parut. Gumma terjadi di kulit, jaringan bawah kulit, submukosa, dan organ-organ dalam seperti lambung, paru-paru, hati, testis, atau khoroid mata. Pada keadaan lanjut bisa timbul artropati Charcot berupa kerusakan sendi tanpa nyeri, pembesaran tulang dan terbatasnya gerakan.
Sifilis kardiovaskuler menyebabkan timbulnya aneurisma aorta, penyempitan pangkal a. koronaria, insufisiensi katup aorta. Sifilis syaraf muncul sebagai neurosifilis meningovaskuler dengan berbagai gejala gangguan syaraf mulai dari sakit kepala sampai lumpuh. Khas disini adalah pupil Argyll Robertson, yaitu pupil kecil tidak beraturan yang bereaksi normal pada akomodasi atau rangsangan cahaya. Kerusakan medulla spinalis menimbulkan tabes dorsalis (ataxia lokomotor) dengan nyeri, ataksia (kontrol gerakan berkurang), gangguan sensoris, dan hilangnya refleks tendon.
A52.0† Cardiovascular syphilis
            Sifilis kardiovaskuler NOS (I98.0*)
            Inkompetensi aorta (I39.1*), regurgitasi pulmonalis (I39.3*) sifilitika
            Perikarditis (I32.0*), endokarditis NOS (I39.8*), myokarditis (I41.0*), sifilitika
            Arteritis serebri (I68.1*), aneurisma aorta (I79.0*), aortitis (I79.1*), sifilitika
A52.1  Neurosifilis simptomatik
            Syphilitic parkinsonism† (G22*),
            Tabes dorsalis
            Charcot's arthropathy† (M14.6*)
                  [sendi rusak karena nyeri di dalamnya tak bisa dirasakan pasien]
            Meningitis sifilitika lanjut † (G01*), encephalitis sifilitika lanjut † (G05.0*),
            Polyneuropathy sifilitika lanjut † (G63.0*),
            Optic atrophy sifilitika lanjut † (H48.0*),
            Retrobulbar neuritis sifilitika lanjut † (H48.1*) – radang n. opticus,
            Acoustic neuritis sifilitika lanjut † (H94.0*)
A52.2  Neurosifilis asimptomatik (tanpa gejala)
A52.3  Neurosifilis, tidak dijelaskan
            Gumma sifilis pada sistem syaraf pusat NOS
            Sifilis (lanjut) pada sistem syaraf pusat NOS
            Syphiloma pada sistem syaraf pusat NOS
A52.7  Sifilis lanjut dengan gejala lainnya
            Penyakit glomerulus pada syphilis† (N08.0*)
            Gumma (sifilitika), sifilis lanjut atau tertier:
                  semua tempat, kecuali yang diklasifikasikan pada A52.0-A52.3
            Episcleritis sifilitika lanjut † (H19.0*), chorioretinitis sifilitika lanjut † (H32.0*),
            Okulopathy sifilitika lanjut NEC† (H58.8*), peritonitis sifilitika lanjut † (K67.2*)
            Leukoderma sifilitika lanjut † (L99.8*), bursitis sifilitika lanjut † (M73.1*),
            Pelvic inflammatory disease (PID) wanita sifilitika lanjut † (N74.2*).
            Sifilis [stadium tidak dijelaskan] pada:
                  paru-paru† (J99.8*), hati† (K77.0*),
                  otot† (M63.0*), synovium† (M68.0*), tulang† (M90.2*)
A52.8  Sifilis lanjut, latent
            Sifilis (didapat) tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi serologis positif fan uji cairan spinal negatif, dua tahun atau lebih sejak lahir.
A52.9  Sifilis lanjut, tidak dijelaskan
A53     Sifilis lain dan tidak dijelaskan
A53.0  Sifilis, tidak dijelaskan dini atau lanjut
            Sifilis laten NOS
            Reaksi serologis sifilis positif
A53.9  Sifilis, tidak dijelaskan
            Infeksi Treponema pallidum NOS
            Sifilis (didapat) NOS
            Kecuali: sifilis NOS penyebab kematian pada usia <2 span="" tahun="">

A54     Infeksi gonokokus
Gonorrhea adalah penyakit infeksi Neisseria gonorrhoeae pada epitel urethra, servix, rektum, farings, atau mata, yang dapat menyebabkan bakteremia dan komplikasi yang luas, dengan penyebaran biasanya melalui kontak seksual. Wanita sering merupakan “carrier” tanpa gejala selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Infeksi tanpa gejala juga sering terdapat pada orofarings dan rektum lelaki homoseksual.
Masa inkubasi pada laki-laki 2-14 hari, diikuti rasa tidak nyaman di urethra, dysuria, dan sekret bernanah dari muara urethra yang merah dan sembab. Sering berkemih (frequency) dan “tersesak” (urgency) muncul ketika infeksi makin ke pangkal urethra. Pada wanita masa inkubasi 7-21 hari, ringan; kadang-kadang dengan dysuria, sering berkemih, dan sekret vagina akibat nanah di kelenjar Bartholini.. Infeksi sering pada servix dan organ reproduksi dalam, disusul urethra dan rektum, dengan komplikasi salpingitis. Gonorrhea rektum timbul akibat hubungan seks melalui anus, dan.faringitis gonorrhea akibat hubungan seks melalui mulut.
A54.0  Infeksi gonokokus pada saluran genitourinarius bawah
tanpa abses kelenjar periuretra atau kelenjar aksesorius.
            Servisitis gonokokus NOS, vulvovaginitis gonokokus NOS
            Cystitis gonokokus NOS, urethritis gonokokus NOS,
A54.1  Infeksi gonokokus pada saluran genitourinarius bawah
dengan abses kelenjar periuretra atau kelenjar aksesorius
            Abses gonokokus kelenjar Bartolini
A54.2 Pelviperitonitis gonokokus dan infeksi gonokokus lainnya
            Prostatitis gonokokus † (N51.0*), orchitis atau epididymitis gonokokus † (N51.1*)
            Pelvic inflammatory disease [PID] gonokokus wanita † (N74.3*)
            Kecuali: peritonitis gonokokus (A54.8)
A54.3  Infeksi gonokokus pada mata
            Konjungtivitis gonokokus† (H13.1*), iridocyclitis gonokokus † (H22.0*)
            Ophthalmia neonatorum akibat gonokokus
A54.4† Infeksi gonokokus pada sistem muskuloskeletonl
            Arthritis gonokokus (M01.3*), synovitis atau tenosynovitis gonokokus (M68.0*)
            Bursitis gonokokus (M73.0*), osteomyelitis (M90.2*) gonokokus
A54.5  Faringitis gonokokus
A54.6  Infeksi gonokokus pada anus dan rektum
A54.8  Infeksi gonokokus lainnya
            Meningitis gonokokus † (G01*), abses gonokokus otak† (G07*),
            Perikarditis gonokokus † (I32.0*), endokarditis gonokokus † (I39.8*),
            Miokarditis gonokokus † (I41.0*), pneumonia gonokokus † (J17.0*),
            Peritonitis gonokokus † (K67.1*), Sepsis gonokokus, dan lesi kulit gonokokus
            Kecuali: pelviperitonitis gonokokus (A54.2)
A54.9  Infeksi gonokokus, tidak dijelaskan

A55     Limfogranuloma chlamydia (venereum)
Penyakit akibat chlamydia ini memiliki lesi primer sementara yang diikuti limfangitis suppuratif dan komplikasi lokal yang serius. Gejala awal biasanya limfadenopati inguinalis unilateral dengan nyeri tekan, kemudian membesar dan melekat ke struktur sekitar dan menyebabkan radang kulit setempat. Sinus-sinus kecil terbentuk dengan cairan purulenta atau mukopurulenta.
            Bubo iklim atau tropis, Penyakit Durand-Nicolas-Favre
            Esthiomene, Lymphogranuloma inguinale

A56     Penyakit chlamydia lain yang ditularkan melalui hubungan seksual
Termasuk:       infeksi hubungan seksual akibat Chlamydia trachomatis
Kecuali:     lymphogranuloma chlamydia (A55), kondisi pada A74.-
                  pneumonia chlamydia neonatus (P23.1), konjungtivitis chlamydia neonatus (P39.1),
A56.0  Infeksi chlamydia pada saluran genitourinarius bawah
            Servisitis chlamydia, vulvovaginitis chlamydia
            Cystitis chlamydia, urethritis chlamydia
A56.1 Infeksi chlamydia pada pelviperitoneum dan organ genitourinarius lain
            Orchitis atau epididymitis chlamydia † (N51.1*)
            Pelvic inflammatory disease [PID] chlamydia wanita † (N74.4*),
A56.2  Infeksi chlamydia saluran genitourinarius, tidak dijelaskan
A56.3  Infeksi chlamydia anus dan rektum
A56.4  Infeksi chlamydia farings
A56.8  Infeksi chlamydia melalui hubungan seksual pada tempat lain

A57     Chancroid
Penyakit lokal akut akibat Haemophylus ducreyi, khas dengan ulkus genital yang nyeri dan pernanahan kelenjar limfe inguinalis..
            Ulcus molle

A58     Granuloma inguinale
Granuloma kronis akibat Donovania granulomatis, biasanya melibatkan genitalia dan mungkin disebabkan oleh kontak seksual.
            Donovanosis
A59     Trikhomoniasis
Infeksi yang biasanya bersama gonorrhea ini disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, lebih sering pada wanita dengan akibat vaginitis, urethritis, dan cystitis.. Awal penyakit ditandai oleh cairan kuning kehijauan dan berbusa. Pada pria biasanya tanpa gejala, cairan uretra berbusa atau bernanah, dysuria dan frequency, dengan komplikasi epididymitis dan prostatitis.
Kecuali:     trikhomoniasis usus (A07.8)
A59.0  Trikhomoniasis urogenital;
            Leukorrhoea (vaginalis); Prostatitis† (N51.0*) akibat T. vaginalis
A59.8  Trikhomoniasis di tempat lain
A59.9  Trikhomoniasis, tidak dijelaskan

A60     Infeksi herpesviral [herpes simplex] anogenital
Herpes genitalis adalah infeksi kulit genital oleh herpes simplex virus (HSV), yang menyebar melalui hubungan seksual. Lesi muncul dalam 4-7 hari setelah kontak berupa lesi primer yang nyeri. Lesi sering menyerang preputium, glans dan batang penis; atau labia, clitoris, perineum, vagina dan cervix, serta pada rektum dan anus akibat anal sex.. Selain itu terjadi kelelahan umum, demam, dan sulit berkemih atau berjalan.
A60.0  Infeksi herpesvirus saluran genitalia dan urogenitalis
            Infeksi herpesvirus saluran genital: wanita† (N77.0-N77.1*); pria† (N51.-*)
A60.1  Infeksi herpesvirus kulit perianus dan rektum
A60.9  Infeksi herpesvirus anogenita;, tidak dijelaskan

A63     Penyakit hubungan seksual lain, tidak diklasifikasi di tempat lain
Kecuali:     molluscum contagiosum (B08.1), papilloma servix (D26.0)
Genital warts (condylomata acuminata, jerawat kelamin) disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) di daerah lembab pangkal preputium, muara uretra, dan batang penis; serta vulva, dinding vagina, servix. dan perineum. Munculannya berupa sembab kecil yang lembab, lunak, pink atau merah yang tumbuh dengan cepat dan bertangkai.
A63.0  Anogenital (venereal) warts
A63.8  Penyakit hubungan kelamin lain yang dijelaskan

A64     Penyakit hubungan kelamin yang tidak dijelaskan
            Penyakit kelamin NOS


Penyakit akibat spirochaeta lainnya (A65-A69)
Kecuali:     leptospirosis (A27.-); syphilis (A50-A53)
A65     Sifilis nonvenereal
            Bejel; sifilis endemic; Njovera
Sifilis endemik disebabkan oleh Treponema pallidum II, dimulai sejak kanak-kanak sebagai patch mukosa pipi, disusul oleh lesi papulosquamosa dan erosi di badan dan anggota. Periostitis tungkai bawah sering terjadi. Lesi gumma pada hidung dan palatum molle berkembang pada tingkat lanjut.

A66     Yaws
Termasuk:       Bouba, framboesia (tropica), pian
Yaws disebabkan oleh T. pertenue sebagai granuloma atau makula di tempat inokulasi, biasanya tungkai bawah. Lesi telapak kaki berupa ulkus nyeri (“crab” yaws). Kesembuhan lesi diikuti oleh erupsi di muka, anggota, dan panggul. Lesi destruktif muncul pada stadium lanjut, yaitu periostitis (terutama tibia), exostosis maksilla bagian hidung, nodul disekitar sendi, lesi gumma kulit, dan ulkus mutilans di muka, terutama sekitar hidung (gangosa).
A66.0  Yaw, lesi awal
            Chancre of yaws;
            Framboesia, awal atau primer;
            Mother yaw
            Ulkus framboesia awal
A66.1  Yaw papillomata ganda dan “wet crab”
            Framboesioma
            Pianoma;
            Papilloma plantaris atau palmaris yaws
A66.2  Lesi awal kulit lain pada yaws
            Yaws kulit <5 infeksi="" setelah="" span="" tahun="">
            Yaws (kulit) (makularis) (makulopapularis) (mikropapularis) (papularis) dini
            Framboeside pada yaws dini
A66.3  Hiperkeratosis pada yaws
            Ghoul hand
            Worm-eaten soles
            Hyperkeratosis, palmaris atau plantaris (dini) (lanjut) akibat yaws
A66.4  Gummata dan ulkus pada yaws
            Framboeside gummatosa
            Yaws nodularis (bertukak) lanjut
A66.5  Gangosa
            Rhinopharyngitis mutilans
A66.6  Lesi tulang dan kulit pada yaws
            Ganglion, hydrarthrosis, osteitis, periostitis (hipertrofik): pada yaws (dini) (lanjut)
            Goundou, gumma tulang, osteitis atau periostitis gummatosa: pada yaws (lanjut)
A66.7  Manifestasi lain yaws
            Nodul yaws juxta-articularis
            Yaws mukosa
A66.8  Yaws laten
            Yaws tanpa gejala klinis, dengan serologis positif
A66.9  Yaws, tidak dijelaskan

A67     Pinta [carate]
Disebabkan oleh T. carateum, pinta dimulai di tempat inokulasi sebagai papula kecil yang berkembang menjadi plak eritematosa, lalu menjadi patch di muka, leher dan anggota. Setelah beberapa tahun muncul patch kebiruan yang simetris di muka dan anggota serta tonjolan tulang, kemudian menjadi putih seperti vitiligo.
A67.0  Lesi primer pinta
            Chancre (primer) atau papula (primer): dari pinta (carate)
A67.1  Lesi intermedia pinta
            Plak eritematosa, lesi hiperkromik, hiperkeratosis; pintids: dari pinta (carate)
A67.2  Lesi lanjut pinta
            Lesi kardiovaskuler† (I98.1*) dari pinta (carate)
            Lesi kulit akromik, sikatriks, atau diskromik: dari pinta (carate)
A67.3  Lesi campuran dari pinta
            Lesi kulit akromik bercampur dengan hiperkromik dari pinta (carate)
A67.9  Pinta, tidak dijelaskan

A68     Relapsing fevers – demam berulang
Relapsing fever adalah infeksi akut akibat spirochaeta jenis Borrelia yang ditularkan oleh kutu (tick atau lice). Masa inkubasi 3-11 hari, lalu menggigil, demam tinggi, takikardia, sakit kepala berat, muntah, nyeri otot dan sendi, dan sering meracau (delirium). Rash makula atau papula muncul di badan dan anggota; dan bisa disertai perdarahan konjungtiva, subkutis atau submukosa. Demam berlangsung 3-5 hari, sembuh dan berulang lagi 2-10 kali setiap 1-2 minggu. Jaundice, hepatomegaly, splenomegaly, myocarditis, dan kegagalan jantung bisa menyertainya. Kesembuhan terjadi setelah pasien memperoleh kekebalan alamiah.
Termasuk  : Recurrent fever
Kecuali      : Lyme disease (A69.2)
A68.0  Louse-borne relapsing fever
            Relapsing fever akibat Borrelia recurrentis
A68.1  Tick-borne relapsing fever
            Relapsing fever akibat spesies Borrelia. selain Borrelia recurrentis
A68.9  Relapsing fever, tidak dijelaskan

A69     Infeksi spirochaeta lainnya
Infeksi Vincent adalah infeksi mulut tak menular akibat Bacillus fusiformis dan spirochaeta, dimulai dari papilla interdentin dan bisa merusak gusi secara langsung. Penyakit atau arthritis Lyme disebabkan oleh Borrelia burgdorferi yang dibawa kutu Ixodes dammini dan sejenisnya. Penyakit ini dikenal tahun 1975, dengan lesi dini kulit, eritema kronis berpindah (erythema chronicum migrans = ECM), yang disusul oleh kelainan neurologis, jantung atau sendi.
A69.0  Stomatitis ulseratif nekrotikans [infeksi Vincent]
            Cancrum oris
            Gangrene fusospirochaeta
            Noma
            Stomatitis gangrenosa
A69.1  Infeksi Vincent lainnya
            Gingivitis atau gingivostomatitis ulseratif nekrotikans (akut)
            Angina atau gingivitis Vincent, stomatitis spirochaeta, trench mouth
            Faringitis fusospirochaeta
A69.2  Penyakit Lyme
            Erythema kronis migrans akibat Borrelia burgdorferi
A69.8  Infeksi spirochaeta lain yang dijelaskan
A69.9  Infeksi spirochaeta, tidak dijelaskan


Penyakit lain yang disebabkan chlamydiae (A70-A74)
Chlamydia adalah parasit intrasel, memperbanyak diri dalam sitoplasma, namun bukan virus karena memiliki sifat-sifat bakteria. C. psittaci menyebabkan psittacosis, dan C. trachomatis menyebabkan limfogranuloma venereum (LGV), trachoma dan konjungtivitis inklusi. Psittacosis adalah pneumonia tidak khas yang ditularkan burung psittacine (parrots, karakeet, dan love-birds). Trachoma (konjungtivitis granularis) bersifat kronis dengan hiperplasia folikel subkonjungtiva, dengan akibat jaringan parut pada konjungtiva, kornea, dan kelopak.
A70     Infeksi Chlamydia psittaci
Ornithosis; parrot fever, Psittacosis

A71      Trachoma
Kecuali:     sequelae of trachoma (B94.0)
A71.0  Stadium awal trachoma
            Trachoma dubium
A71.1  Stadium aktif trachoma
            Konjungtivitis granularis trachomatosa, konjungtivitis folikularis trachomatosa
            Pannus trachomatosa
A71.9  Trachoma, tidak dijelaskan

A74     Penyakit lain akibat chlamydiae
Kecuali:     penyakit chlamydia yang ditularkan melalui hubungan seksual (A55-A56)
                  pneumonia chlamydia (J16.0)
                  pneumonia chlamydia neonatus (P23.1)
                  conjunctivitis chlamydia neonatus (P39.1)
A74.0† Konjungtivitis chlamydia (H13.1*);
            Paratrachoma
A74.8  Penyakit chlamydia lain
            Peritonitis chlamydia† (K67.0*)
A74.9  Infeksi chlamydia, tidak dijelaskan
            Chlamydiosis NOS

Rickettsioses (A75-A79)
Penyakit rickettsia memiliki gejala demam, sakit kepala, letih, kurus, radang pembuluh darah perifer, dan rash. Rickettsia umumnya menggunakan siklus kehidupan hewan dan insekta yang menularkannya ke manusia.
Tifus epidemi disebabkan oleh R. prowazekii yang ditularkan oleh kutu. Penyakit Brill-Zinser bersifat rekrudesen (timbul lama, bertahun-tahun setelah infeksi), ringan karena daya tahan tubuh terhadap R. prowazekii. Tifus murine disebabkan oleh R. typhi yang dibawa oleh kutu tikus, sedangkan tifus ‘scrub’ disebabkan R. tsutsugamushi yang dibawa oleh mite (sejenis arachnida kecil yang sering berkelompok).
Spotted fever disebabkan oleh R. rickettsii yang juga ditularkan kutu dan menyebabkan demam tinggi, batuk, dan rash pada hampir seluruh tubuh. Rash ini bisa menjadi makulopapula, petechiae, atau bergabung membentuk ulkus. Rocky Mountain Spotted Fever jauh lebih ganas daripada jenis Afrika, Asia dan Australia.
Jenis lain adalah demam Q, yaitu penyakit akut dengan demam dan pneumonitis interstitialis, akibat R burnetti (Coxiella burnetti). Mereka tidak memiliki gejala pada kulit.
A75     Typhus fever
Kecuali:     rickettsiosis akibat Ehrlichia sennetsu (A79.8)
A75.0  Demam tifus ‘louse-borne’ epidemik akibat Rickettsia prowazekii
            (Demam) tifus klasik
            Tifus (louse-borne) epidemik
A75.1  Recrudescent typhus [penyakit Brill];
            Penyakit Brill-Zinsser
A75.2  Demam tifus akibat R. typhi;
            Murine (flea-borne) typhus [tifus tikus yang dibawa kutu]
A75.3  Demam tifus akibat R. tsutsugamushi;
            Scrub (mite-borne) typhus
A75.9  Demam tifus, tidak dijelaskan;
            (Demam) typhus NOS

A77     Spotted fever [tick-borne rickettsioses]
A77.0  Spotted fever akibat R. rickettsii:
            Rocky Mountain spotted fever, demam Sao Paulo
A77.1  Spotted fever akibat R. conorii
            Tick typhus: Afrika, India, Kenya
            Tick fever: Bouton, Marseilles, Mediterran
A77.2  Spotted fever akibat R. siberica
            North Asian tick fever, Siberian tick typhus
A77.3  Spotted fever akibat R. australis
            Queensland tick typhus
A77.8  Spotted fever lain
A77.9  Spotted fever, tidak dijelaskan
            Tick-borne typhus NOS
A78     Q fever
            Infeksi akibat Coxiella burnetii,
            Nine Mile fever, quadrilateral fever
A79     Rickettsioses lain
A79.0  Trench fever,
            Quintan fever, Wolhynian fever
A79.1  Rickettsial pox akibat Rickettsia akari:
            Kew Garden fever, rickettsiosis vesikularis
A79.8  Rickettsioses lain yang dijelaskan
:           Rickettsiosis akibat Ehrlichia sennetsu
A79.9  Rickettsiosis, tidak dijelaskan;
            Infeksi Rickettsia NOS


Infeksi virus sistem syaraf pusat (A80-A89)
Virus adalah parasit terkecil berupa molekul intrasel dengan inti asam nukleat yang dilapisi protein. Mereka sangat tergantung pada sel (bakteri, tanaman, atau hewan) untuk reproduksi. Inti asam nukleat (RNA atau DNA) merupakan material penginfeksi yang sering dapat menembus sel.
Ensefalitis disebabkan oleh virus atau reaksi hipersensitif terhadapnya atau protein asing, dan kalau menyerang medulla spinalis disebut ensefalomielitis. Meningitis aseptik adalah peradangan meningen tanpa adanya bakteri. Ensefalitis primer akibat virus bisa epidemik atau sporadik. Ensefalitis sekunder disebabkan oleh mekanisme imunologis setelah measles, chickenpox, rubella, vaksinasi smallpox, vaccinia (cowpox), dsb.
Arbovirus (arthropode-borne virus) hidup melalui transmisi vertebrata dan artropoda, dan memperbanyak diri di dalam keduanya. Arbovirus yang dibawa nyamuk menyerang manusia di musim panas. Arenavirus penyebab khoriomeningitis limfositik ditularkan melalui rodent (binatang pengerat), kadang-kadang secara langsung antara manusia.
A80     Poliomielitis akut
Poliomyelitis adalah infeksi akut virus dengan gejala mulai dari minor sampai kelumpuhan otot. Virus masuk melalui mulut, memasuki darah dan sistem retikuloendotel dan bereproduksi. Mereka menyerang neuron motorik medulla spinalis, medulla oblongata, cerebellum, dan korteks motoris. Umumnya infeksi berakibat minor, sisanya menyebabkan kelumpuhan yang hampir semuanya terjadi pada anak balita.
A80.0  Poliomyelitis paralitika akut, akibat vaksin
A80.1  Poliomyelitis paralitika akut, virus liar, berasal dari luar negeri
A80.2  Poliomyelitis paralitika akut, virus liar, berasal dari dalam negeri
A80.3  Poliomyelitis paralitika akut, jenis lain dan tidak dijelaskan
A80.4  Poliomyelitis non-paralitika akut
A80.9  Poliomyelitis akut, tidak dijelaskan


A81      Infeksi virus tidak khas pada sistem syaraf pusat
Penyakit Creutzfeldt-Jakob bersifat fatal dengan dementia dan kejang mioklonik. Subacute sclerosing panencephalitis terjadi setelah measles, dengan mental kacau dan kejang. Progressive multifocal leukoencephalopathy terjadi pada pasien dengan penurunan kekebalan.
Termasuk: penyakit-penyakit prion pada sistem syaraf pusat
A81.0  Penyakit Creutzfeldt-Jakob:
            Ensefalopati spongiformis subakut
A81.1  Panensefalitis sklerosa aubakut
            Dawson's inclusion body encephalitis
            Van Bogaert's sclerosing leukoencephalopathy
A81.2  Leukoensefalopati multifokus progresif
            Leukoensefalopati multifokus NOS
A81.8  Infeksi virus tidak khas lain pada SSP
            Kuru
A81.9  Infeksi virus tidak khas pada SSP, tidak dijelaskan
            Penyakit prion sistem syaraf pusat

A82     Rabies
Rabies atau hidrofobia disebabkan virus neurotropik yang hidup di saliva karnivora. Jenis furious disebakan oleh iritasi SSP yang diikuti oleh lumpuh dan kematian, jenis dumb didominasi oleh kelumpuhan. Kejang mudah terjadi ketika menelan, sehingga mereka tidak bisa minum walau pun sangat haus.
A82.0  Rabies sylvatika
A82.1  Rabies urban
A82.9  Rabies, tidak dijelaskan

A83     Ensefalitis virus yang ditularkan melalui nyamuk
Termasuk:       meningoencephalitis virus yang ditularkan melalui nyamuk
Kecuali:     Venezuelan equine encephalitis (A92.2)
A83.0  Japanese encephalitis
A83.1  Western equine encephalitis
A83.2  Eastern equine encephalitis
A83.3  St Louis encephalitis
A83.4  Australian encephalitis;
            Kunjin virus disease
A83.5  California encephalitis
            California meningoencephalitis
            La Crosse encephalitis
A83.6  Rocio virus disease
A83.8  Ensefalitis virus lain yang ditularkan melalui nyamuk
A83.9  Ensefalitis virus yang ditularkan melalui nyamuk, tidak dijelaskan
A84     Ensefalitis virus yang ditularkan melalui kutu
Termasuk:       tick-borne viral meningoencephalitis
A84.0  Tick-borne ensefalitis Timur Jauh [Russian spring-summer encephalitis]
A84.1  Tick-borne ensefalitis Eropa Tengah
A84.8  Tick-borne ensefalitis virus lain:
            Louping ill, Powassan virus disease
A84.9  Tick-borne ensefalitis virus, tidak dijelaskan

A85     Ensefalitis virus lain, not elsewhere classified
Termasuk:       dinyatakan: ensefalomielitis virus NEC, meningoensefalitis virus NEC
Kecuali:     khoriomeningitis limfositik (A87.2)
            ensefalomielitis myalgika ringan (G93.3), ensefalitis akibat: virus poliomyelitis (A80.-),
            herpesvirus [herpes simplex] (B00.4), zoster (B02.0), virus measles (B05.0), virus mumps (B26.2),
A85.0† Ensefalitis enterovirus (G05.1*);
            Ensefalomielitis enterovirus
A85.1† Ensefalitis adenovirus (G05.1*);
            Meningoensefalitis adenovirus
A85.2  Ensefalitis virus yang dibawa arthropoda, tidak dijelaskan
A85.8  Ensefalitis virus lain yang dijelaskan
A86     Ensefalitis virus, tidak dijelaskan
            Ensefalomielitis virus NOS, meningoensefalitis virus NOS
A87     Meningitis virus
Kecuali:     meningitis akibat: virus poliomyelitis (A80.-),
                  herpesvirus [herpes simplex] (B00.3), zoster (B02.1)
                  virus measles (B05.1), virus mumps (B26.1),
A87.0† Meningitis enterovirus (G02.0*):
            Meningitis Coxsackievirus, Meningitis Echovirus
A87.1† Meningitis adenovirus (G02.0*)
A87.2  Khoriomeningitis limfositik,
            Meningoensefalitis limfositik
A87.8  Meningitis virus lain
A87.9  Meningitis virus, tidak dijelaskan
A88     Infeksi virus sistem syaraf pusat lainnya, not elsewhere classified
Kecuali:     encephalitis virus NOS (A86),  meningitis virus NOS (A87.9)
A88.0  Demam eksantema enterovirus [Boston exanthem]
A88.1  Epidemic vertigo
A88.8  Infeksi virus sistem syaraf pusat lain yang dijelaskan
A89     Infeksi virus sistem syaraf pusat, tidak dijelaskan
Demam arbovirus dan demam berdarah virus (A90-A99)
A90     Demam dengue [dengue klasik]
Dengue (breakbone fever, dandy fever) adalah penyakit akut akibat virus yang dibawa nyamuk Aedes. Penyakit ini khas dengan awal mendadak, sakit kepala, demam, gelisah, nyeri sendi dan otot, limfadenopati, dan rash. Demam dengan suhu 40oC berlangsung 48-96 jam, lalu 24 jam tanpa demam. Rash pada demam berikutnya berupa erupsi makulopapula dari anggota terus ke badan, kecuali muka. Sembuh dalam beberapa minggu dengan kelelahan.
A91      Demam berdarah dengue
Dengue hemorrhagic fever (DHF) terutama terjadi pada anak-anak, khas dengan demam mendadak yang diikuti perdarahan dan kolaps sirkulasi atau syok dalam 2-6 hari. Perdarahan biasanya berupa purpura (kebiruan), petechiae (bintik merah kecil) atau ecchymoses (warna gelap); kadang-kadang hematemesis, melena, atau epistaxis.
A92     Demam akibat virus yang dibawa nyamuk lainnya
Kecuali:     Penyakit Ross River (B33.1)
A92.0  Penyakit virus Chikungunya;
            Demam (berdarah) Chikungunya
A92.1  Demam O'nyong-nyong
A92.2  Demam equine Venezuela
            Venezuelan equine encephalitis
            Venezuelan equine encephalomyelitis virus disease
A92.3  Infeksi virus West Nile
            Demam West Nile
A92.4  Demam Rift Valley
A92.8  Demam akibat virus yang dibawa oleh nyamuk lainnya
A92.9  Demam akibat virus yang dibawa oleh nyamuk, tidak dijelaskan

A93     Demam arbovirus lain, not elsewhere classified
A93.0  Demam virus Oropouche,
            Demam Oropouche
A93.1  Demam Sandfly
            Demam Pappataci
            Demam Phlebotomus
A93.2  Colorado tick fever
A93.8  Demam arbovirus lain yang dijelaskan
            Penyakit virus Piry
            Penyakit virus stomatitis vesikularis (demam Indiana)

A94     Demam arbovirus, tidak dijelaskan
            Demam atau infeksi arbovirus NOS

A95     Yellow fever
Yellow fever adalah infeksi akut dengan demam mendadak, nadi lambat, dan sakit kepala. Pada kasus berat terjadi albuminuria, jaundice, dan hematemesis. Pada jenis urban, virus diantarkan oleh Aedes aegypti; sedangkan pada jenis sylvatic (rimba), virus ditularkan oleh nyamuk liar Haemogogus yang memperolehnya dari primata liar. Yellow fever endemikk di Afrika Tengah dan Amerika Selatan.
A95.0  Sylvatic yellow fever;
            Jungle yellow fever
A95.1  Urban yellow fever
A95.9  Yellow fever, tidak dijelaskan

A96     Demam berdarah arenavirus
A96.0  Demam berdarah Junin
            Demam berdarah Argentina
A96.1  Demam berdarah Machupo
            Demam berdarah Bolivia
A96.2  Demam Lassa
A96.8  Demam berdarah arenavirus lain
A96.9  Demam berdarah arenavirus, tidak dijelaskan

A98     Demam berdarah virus lain, not elsewhere classified
Kecuali:     Demam berdarah dengue (A91)
                  Demam berdarah chikungunya (A92.0)
A98.0  Demam berdarah Crimea-Congo:
            Demam berdarah Asia tengah
A98.1  Demam berdarah Omsk
A98.2  Penyakit Kyasanur Forest
A98.3  Penyakit virus Marburg
A98.4  Penyakit virus Ebola
A98.5  Demam berdarah dengan gejala ginjal
            Demam berdarah epidemik, demam berdarah Korea, demam berdarah Russia
            Penyakit virus Hantaan
            Nephropathia epidemica
            Penyakit hantavirus dengan manisfestasi ginjal
            Kecuali: sindroma (kardio)pulomonalis hantavirus (B33.4†, J17.1*)
A98.8  Demam berdarah virus lain yang dijelaskan
A99     Demam berdarah akibat virus yang tidak dijelaskan




Infeksi virus dengan lesi kulit dan mukosa (B00-B09)
B00     Infeksi herpesvirus [herpes simplex]
Herpes simplex virus (HSV) strain HSV-1 menyebabkan herpes labialis dan keratitis, dan HSV-2 menyebabkan herpes genitalis. Penyakit ini khas dengan kumpulan vesikel kecil di kulit atau membran mukosa, berisi cairan jernih, di atas dasar radang yang agak menaik. Vesikel kering dalam beberapa hari, membentuk kerak kekuningan.
Kecuali:     Infeksi herpesvirus anogenital (A60.-),
                  Herpangina (B08.5), mononucleosis gammaherpesvirus (B27.0),
                  Infeksi herpesvirus kongenital (P35.2)
B00.0   Eczema herpeticum;
            Erupsi variselliformis Kaposi
B00.1   Dermatitis vesikularis herpesvirus
            Herpes simplex fasialis, herpes simplex labialis
            Dermatitis vesikularis pada telinga atau bibir akibat human (α) herpesvirus 2
B00.2   Gingivostomatitis dan pharyngotonsillitis herpesvirus;
            Pharyngitis herpesvirus
B00.3† Meningitis herpesvirus (G02.0*)
B00.4† Encephalitis herpesvirus (G05.1*):
            Meningoencephalitis herpesvirus,
            Penyakit Simian B [simian = monyet]
B00.5   Penyakit mata herpesvirus:
            Dermatitis herpesvirus kelopak mata † (H03.1*), Konjungtivitis herpesvirus † (H13.1*)
            Keratitis herpesvirus † (H19.1*), keratoconjunctivitis herpesvirus † (H19.1*)
            Iridocyclitis herpesvirus † (H22.0*), iritis herpesvirus † (H22.0*)
            Uveitis anterior herpesvirus † (H22.0*)
B00.7   Penyakit herpesvirus disseminata,
            Sepsis herpesvirus
B00.8   Bentuk lain infeksi herpesvirus
            hepatitis herpesvirus † (K77.0*), whitlow herpesvirus † (L99.8*)
B00.9   Infeksi herpesvirus, tidak dijelaskan
            Infeksi herpes simplex NOS

B01      Varicella [chickenpox]
Chickenpox adalah infeksi akut virus dengan gejala konstitusi, diikuti oleh erupsi di banyak tempat berupa makula, papula, vesikel, dan kerak. Chickenpox dan herpes zoster disebabkan oleh virus varicella-zoster; dengan chickenpox pada fase serangan akut, dan zoster sebagai reaktifasi terhadap fase laten. Penularan diduga melalui droplet terinfeksi dari hidung dan tenggorokan, dan paling menular pada saat awal erupsi. Masa inkubasi 14-16 hari, dan menjadi menular kepada orang lain setelah 10-21 hari terkena infeksi.
B01.0† Meningitis varicella (G02.0*)
B01.1† Ensefalitis varicella (G05.1*)
            Ensefalitis postchickenpox; ensefalomyelitis varicella
B01.2† Pneumonia varicella (J17.1*)
B01.8   Varicella dengan komplikasi lain
B01.9   Varicella tanpa komplikasi
            Varicella NOS

B02     Zoster [herpes zoster]
Shingles, zona, atau ganglionitis posterior akut ini adalah infeksi akut SSP yang melibatkan ganglion dorsalis. Gejalanya khas dengan vesikel dan nyeri neuralgia di kulit yang dilayani oleh syaraf sensoris dari ganglion yang terlibat. Pengaktifan virus ini mungkin karena penyakit sistemik, terutama penyakit Hodgkin; atau pengobatan yang menekan sistem imun.
Gejala awal berupa demam menggigil dan gangguan pencernaan, disusul kelompok vesikel di atas basis eritema yang mengikuti distribusi syaraf ganglion dorsalis di kulit. Daerah yang terlibat sangat peka, nyeri yang timbul sangat hebat. Erupsi sering di dada dan menyebar pada satu sisi, kering setelah 5 hari, disusul oleh neuralgia pascaherpes bertahun-tahun.
B02.0† Ensefalitis zoster (G05.1*);
            Meningoensefphalitis zoster
B02.1† Meningitis zoster (G02.0*)
B02.2† Zoster yang melibatkan sistem syaraf lainnya
            Ganglionitis genikulata pascaherpes (G53.0*)
            Neuralgia trigeminus pascaherpes (G53.0*)
            Polyneuropathy pascaherpes (G63.0*)
B02.3 Penyakit mata zoster
            Blefaritis zoster † (H03.1*), konjungtivitis zoster † (H13.1*), skleritis zoster † (H19.0*),
            Keratitis zoster † (H19.2*), keratokonjungtivitis zoster † (H19.2*),
            Iritis zoster † (H22.0*), dan iridosiklitis zoster † (H22.0*)
B02.7   Zoster disseminata
B02.8   Zoster dengan komplikasi lain
B02.9   Zoster tanpa komplikasi, zoster NOS

B03     Smallpox
Tahun 1980 World Health Assembly ke-33 menyatakan smallpox telah  hapus.
Klasifikasi ini masih dipertahankan untuk tujuan pengawasan.
B04     Monkeypox
B05     Measles
Measles (rubeola, morbilli, measles 9-hari, campak) sangat menular, khas dengan demam, batuk, hidung berair, konjungtivitis, erupsi mukosa bibir atau pipi (Koplik’s spot), dan rash makulopapula tersebar pada kulit. Penularan melalui droplet dari hidung, tenggorok dan mulut pada stadium prodroma atau erupsi dini. Virus menghilang dari sekresi hidung dan tenggorok ketika rash.menghilang
Termasuk  : morbilli
Kecuali      : subacute sclerosing panencephalitis (A81.1)
B05.0† Measles dengan komplikasi encephalitis (G05.1*),
            Ensefalitis pasca measles
B05.1† Measles dengan komplikasi meningitis (G02.0*),
            meningitis pasca measles
B05.2† Measles dengan komplikasi pneumonia (J17.1*),
            Pneumonia pasca measles
B05.3† Measles dengan pasca measles komplikasi otitis media (H67.1*),
            Otitis media pasca measles
B05.4   Measles dengan komplikasi usus
B05.8   Measles dengan komplikasi lain,
            Keratitis dan keratoconjunctivitis measles † (H19.2*)
B05.9   Measles tanpa komplikasi,
            Measles NOS

B06     Rubella [German measles]
Rubella adalah penyakit eksantema yang menular, dengan gejala konstitusi ringan tapi bisa menyebabkan abortus, lahir mati, atau cacad kongenital pada bayi yang ibunya terinfeksi. Rash mirip dengan measles tapi agak ringan, dimulai dari leher dan menyebar ke badan dan anggota, dengan pembesaran limfe di tengkuk dan belakang telinga.
Kecuali      : rubella kongenital (P35.0)
B06.0† Rubella dengan komplikasi neurologis
            Meningitis rubella (G02.0*),
            Ensefalitis rubella (G05.1*), meningoensefalitis rubella(G05.1*)
B06.8   Rubella dengan komplikasi lain
            Arthritis rubella † (M01.4*),
            Pneumonia rubella † (J17.1*)
B06.9   Rubella tanpa komplikasi
            Rubella NOS
B07     Viral warts – jerawat virus
Warts adalah tumor epitel yang umum terjadi, kadang-kadang menjadi ganas, ditularkan oleh human papillomavirus (HPV). Sering terjadi menjelang remaja, dan jarang sekali di usia tua. Bentuk dan ukuran tergantung pada lokasi dan adanya iritasi atau trauma di tempat ia tumbuh. Infeksi bisa berupa lesi tunggal atau ganda, sembuh total dalam beberapa bulan tapi bisa timbul lagi pada tempat yang sama atau berbeda.
Verruca: simplex, vulgaris
Kecuali      anogenital (venereal) warts (A63.0)
                        papilloma pada: larynx (D14.1), cervix (D26.0), atau bladder (D41.4)

B08     Infeksi virus lain dengan lesi kulit dan membran mukosa, N.E.C.
Kecuali:     penyakit virus stomatitis vesikularis (A93.8)
B08.0   Infeksi orthopoxvirus lain:
            Cowpox, Pseudocowpox [milker's node],
            Penyakit virus Orf, Vaccinia
            Kecuali: monkeypox (B04)
B08.1   Molluscum contagiosum
B08.2   Exanthema subitum [sixth disease]
B08.3   Erythema infectiosum [fifth disease]
B08.4   Stomatitis vesikularis enterovirus dengan eksantema
            Penyakit tangan, mulut dan kaki
B08.5   Faringitis vesikularis enterovirus ,
            Herpangina
B08.8   Infeksi virus lain dengan lesi kulit dan membran mukosa yang dijelaskan
            Faringitis limfonodularis enterovirus, penyakit kaki dan mulut
            Penyakit virus Tanapox, penyakit virus Yaba pox.
B09     Infeksi virus lain dengan lesi kulit dan membran mukosa, tidak dijelaskan
            Enanthema virus NOS, exanthema virus NOS

Hepatitis virus(B15-B19)
Hepatitis adalah peradangan hati dengan nekrosis sel. Penyebab utamanya hepatitis virus Type A, B, dan C (non-A non-B), gejala bisa bervariasi dari ringan seperti flu sampai gagal hati fulminant (berkembang cepat, sangat berbahaya) yang fatal. Gejala awal anoreksia, tidak enak badan (malaise), mual dan muntah, dan demam. Hepatitis biasanya sembuh spontan setelah 4-8 minggu, dan bisa menjadi kronis atau menjadi lebih berat.
Kecuali:     hepatitis herpesvirus [herpes simplex] (B00.8)
                  hepatitis cytomegalovirus (B25.1), sequelae hepatitis virus (B94.2)
            Gunakan kode tambahan (Bab XX) kalau perlu, untuk identifikasi obat, kalau hepatitis pascatransfusi
B15      Hepatitis akut A
B15.0   Hepatitis A dengan koma hepatika
B15.9   Hepatitis A tanpa koma hepatika,
            Hepatitis A (akut) (virus) NOS
B16      Hepatitis akut B
B16.0   Hepatitis akut B dengan delta-agent (koinfeksi), dengan koma hepatika
B16.1   Hepatitis akut B dengan delta-agent (koinfeksi), tanpa koma hepatika
B16.2   Hepatitis akut B tanpa delta-agent, dengan koma hepatika
B16.9   Hepatitis akut B tanpa delta-agent, dan tanpa koma hepatika
            Hepatitis B (akut) (virus) NOS
B17      Hepatitis virus akut lain
B17.0   Delta-(super)infection akut terhadap carrier hepatitis B
B17.1   Hepatitis akut C
B17.2   Hepatitis akut E
B17.8   Hepatitis virus akut lain yang dijelaskan,
            Hepatitis non-A non-B (akut) (virus) NEC
B17.9   Hepatitis virus akut, tidak dijelaskan
            Hepatitis akut NOS; hepatitis infeksiosa akut NOS

B18      Hepatitis virus kronis
B18.0   Hepatitis virus B kronis dengan delta-agent
B18.1   Hepatitis virus B kronis tanpa delta-agent,
            Hepatitis (virus) kronis B
B18.2   Hepatitis virus C kronis
B18.8   Hepatitis virus kronis lain
B18.9   Hepatitis virus kronis, tidak dijelaskan
B19      Hepatitis virus, tidak dijelaskan
B19.0   Hepatitis virus yang tidak dijelaskan dengan koma hepatika
B19.9   Hepatitis virus yang tidak dijelaskan tanpa koma hepatika
            Hepatitis virus NOS

Penyakit human immunodeficiency virus [HIV] (B20-B24)
Penyakit akibat virus immunodefisiensi manusia (HIV) ini memberi kumpulan gejala yang dikenal dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), atau kumpulan gejala penurunan kekebalan yang diperoleh setelah lahir. Penurunan kekebalan menyebabkan berbagai penyakit yang seharusnya dapat dihambat oleh tubuh normal. Penularan virus HIV terjadi melalui cairan tubuh, dan paling sering melalui penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi, hubungan seksual melalui anus, dan transfusi darah.
Kecuali:           Status infeksi HIV asimptomatik (Z21)
                        Mempersulit kehamilan, melahirkan dan nifa (O98.7)
B20     Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit infeksi dan parasit
Kecuali:     sindroma infeksi akut HIV (B23.0)
B20.0   Penyakit HIV yang menyebabkan infeksi mycobacteria
            Penyakit HIV yang menyebabkan tuberkulosis
B20.1   Penyakit HIV yang menyebabkan infeksi bakteri lain
B20.2   Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit cytomegalovirus
B20.3   Penyakit HIV yang menyebabkan infeksi virus lain
B20.4   Penyakit HIV yang menyebabkan kandidiasis
B20.5   Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit jamur lain
B20.6   Penyakit HIV yang menyebabkan pneumonia Pneumocystis carinii
B20.7   Penyakit HIV yang menyebabkan infeksi ganda
B20.8   Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit infeksi dan parasit lain
B20.9   Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit infeksi dan parasit yang tidak dijelaskan
            Penyakit HIV yang menyebabkan infeksi NOS

B21      Penyakit HIV yang menyebabkan neoplasma ganas
B21.0   Penyakit HIV yang menyebabkan sarkoma Kaposi
B21.1   Penyakit HIV yang menyebabkan limfoma Burkitt
B21.2   Penyakit HIV yang menyebabkan jenis lain limfoma non-Hodgkin
B21.3   Penyakit HIV yang menyebabkan neoplasma ganas lain pada jaringan limfoid, hematopoietik dan yang terkait
B21.7   Penyakit HIV yang menyebabkan neoplasma ganas ganda
B21.8   Penyakit HIV yang menyebabkan neoplasma ganas lain
B21.9   Penyakit HIV yang menyebabkan neoplasma ganas yang tidak dijelaskan

B22     Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit lain yang dijelaskan
B22.0   Penyakit HIV yang menyebabkan ensefalopati
            Dementia HIV
B22.1   Penyakit HIV yang menyebabkan pneumonitis interstitialis llimfoid
B22.2   Penyakit HIV yang menyebabkan wasting syndrome
            Penyakit HIV yang menyebabkan gagal bertumbuh
            Penyakit kurus (Slim disease)
B22.7   Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit ganda yang diklasifikasi di tempat lain
            Catatan: Untuk pemakaian kategori ini, perlu rujukan ke aturan pengkodean morbiditas dan mortalitas di Volume 2.

B23     Penyakit HIV yangmenyebabkan kondisi lain
B23.0   Sindroma infeksi HIV akut
B23.1   Penyakit HIV yang menyebabkan limfadenopati umum (persistent)
B23.2   Penyakit HIV yang menyebabkan kelainan haematologis dan immunologis, n.e.c.
B23.8   Penyakit HIV yang menyebabkan kondisi lain yang dijelaskan

B24     Penyakit HIV, tidak dijelaskan
Acquired immunodeficiency syndrome [AIDS] NOS
AIDS-related complex [ARC] NOS
Catatan dari volume 2:
·      Pasien dengan kerusakan sistem imun akibat penyakit HIV kadang-kadang memerlukan pengobatan untuk lebih dari satu penyakit pada satu periode perawatan, misalnya infeksi mycobacterium dan cytomegalovirus. Kodelah subkategori yang sesuai untuk kondisi utama yang dipilih oleh praktisi asuhan kesehatan.
·      Seandainya kondisi utama adalah penyakit HIV dengan banyak penyakit penyerta, maka gunakan subkategori .7 dari B20-B22. Kondisi yang bisa diklasifikasi pada dua subkategori atau lebih harus dikode pada subkategori .7 pada kategori yang relevan (misalnya B20 atau B21). Subkategori B22.7 digunakan kalau terdapat kondisi yang bisa diklasifikasikan pada dua kategori atau lebih pada B20-B22. Kode tambahan dari dalam blok B20-B24 bisa digunakan, kalau perlu, untuk menjelaskan setiap kondisi yang terdaftar.
·      Kadang-kadang kalau kondisi yang berhubungan jelas muncul lebih dahulu daripada infeksi HIV, kombinasinya tidak boleh dikode dan Selection Rules harus diikuti.

1.           KU:      Penyakit HIV dan sarkoma Kaposi
              Kode:   Penyakit HIV yang menyebabkan Sarkoma Kaposi (B21.0).

2.           KU:      Toxoplasmosis dan cryptococcosis pada pasien HIV
              Kode:   Penyakit HIV yang menyebabkan infeksi ganda (B20.7).
              Kode B20.8 (penyakit HIV yang menyebabkan penyakit infeksi dan parasit lain) dan B20.5 (penyakit HIV yang menyebabkan mikosis lain) bisa digunakan sebagai kode tambahan, kalau diinginkan.

3.           KU:      Penyakit HIV dengan pneumonia Pneumocystis carinii, limfoma Burkitt dan kandidiasis mulut.
              Kode:   Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit ganda (B22.7).
              Kode tambahan B20.6 (penyakit HIV penyebab pneumonia Pneumocystis carinii), B21.1 (penyakit HIV penyebab limfoma Burkitt), dan B20.4 (penyakit HIV penyebab kandidiasis) bisa diberikan kalau diinginkan.

·      Subkategori pada B20-B23 adalah satu-satunya kode 4-karakter pilihan. Kalau penggunaan pilihan ini tidak diinginkan, kode lain harus digunakan sebagai kode tambahan untuk identifikasi kondisi spesifik yang timbul. Pada contoh 1, kondisi utama B21 (penyakit HIV penyebab neoplasma ganas), dan C46.9 (sarkoma Kaposi) sebagai kode tambahan. Pada contoh 2, kondisi utama B20 (penyakit HIV penyebab penyakit infeksi dan parasit), sedangkan B58.9 (Toxoplasmosis, tidak dijelaskan) dan B45.9 (Cryptococcosis, tidak dijelaskan) dipakai sebagai kode tambahan.
·      Penentuan penggunaan subkategori 4-karakter pada B20-B23 atau kode penyebab ganda untuk mengidentifikasi kondisi spesifik, harus diputuskan pada waktu ICD 10 diimplementasikan di negara yang bersangkutan.



Penyakit virus lain (B25-B34)
B25     Penyakit Cytomegalovirus (CMV)
Penyakit CMV bisa mengenai janin, neonatus, atau pada segala usia. Penularan melalui saliva, urin, feses, semen, ASI, dan sekresi serviks. Akibatnya berkisar dari infeksi ringan, demam, hepatitis, pneumonitis, kerusakan otak, sampai lahir mati dan kematian perinatal.
Kecuali:     infeksi CMV kongenital (P35.1),
                  mononucleosis CMV (B27.1)
B25.0† Pneumonitis CMV (J17.1*)
B25.1† Hepatitis CMV (K77.0*)
B25.2† Pancreatitis CMV (K87.1*)
B25.8   Penyakit CMV lain
B25.9   Penyakit CMV, tidak dijelaskan

B26     Mumps
Mumps (parotitis epidemika, infeksiosa) adalah penyakit menular yang akut, dengan pembesaran kelenjar saliva, terutama parotid yang disertai nyeri. Virus disebarkan melalui droplet atau kontak langsung dengan material yang tercemar oleh saliva terinfeksi. Komplikasi yang sering adalah orkhitis, meningoensefalitis, dan pankreatitis.
B26.0† Orchitis mumps (N51.1*)
B26.1† Meningitis mumps (G02.0*)
B26.2† Encephalitis mumps (G05.1*)
B26.3† Pancreatitis mumps (K87.1*)
B26.8   Mumps dengan komplikasi lain:
            Polyneuropathy mumps† (G63.0*), myocarditis mumps† (I41.1*)
            Arthritis mumps† (M01.5*), nephritis mumps† (N08.0*)
B26.9   Mumps tanpa komplikasi
            Mumps NOS, Parotitis NOS

B27     Mononucleosis infeksiosa
Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi, tenggorok sakit, limfadenopati umum; hiperplasia jaringan limfe, dan limfositosis.
Termasuk:       glandular fever, monocytic angina, penyakit Pfeiffer'
B27.0   Mononucleosis gammaherpesvirus;
            Mononucleosis akibat virus Epstein-Barr
B27.1   Mononucleosis CMV
B27.8   Mononucleosis infeksiosa lain
B27.9   Mononucleosis infeksiosa, tidak dijelaskan

B30     Konjungtivitis virus
Penyakit akibat adenovirus ini terutama menyerang orang dewasa. Serangan pada anak-anak berhubungan dengan efeknya pada pernafasan dan sistemik.
Kecuali:     penyakit mata herpesvirus [herpes simplex] (B00.5),
                  penyakit mata zoster (B02.3)

B30.0† Keratoconjunctivitis akibat adenovirus (H19.2*);
            Keratoconjunctivitis epidemika,
            Shipyard eye
B30.1† Konjungtivitis akibat adenovirus (H13.1*),
            Konjungtivitis folikularis adenovirus akut,
            Swimming-pool conjunctivitis
B30.2   Faringokonjungtivitis virus
B30.3† Konjungtivitis hemoragika epidemik akut (enterovirus) (H13.1*);
            Konjungtivitis akibat coxsackievirus 24,
            Konjungtivitis akibat enterovirus 70
            Konjungtivitis hemoragika (akut) (epidemik)
B30.8† Konjungtivitis virus lainnya (H13.1*);
            Konjungtivitis Newcastle
B30.9   Konjungtivitis virus, tidak dijelaskan

B33     Penyakit virus lain, not elsewhere classified
B33.0   Myalgia epidemik
            Penyakit Bornholm
B33.1   Penyakit Ross River
            Demam Ross River
            Poliartritis dan exantema epidemik
B33.2   Karditis virus
B33.3   Infeksi retrovirus, not elsewhere classified;
            Infeksi retrovirus NOS
B33.4† Hantavirus (cardio)-pulmonary syndrome [HPS] [HCPS] (J17.1*)
            Penyakit hantavirus dengan manifestasi pulmonalis
            Penyakit virus Sin Nombre
            Gunakan kode tambahan (N17.9) kalau perlu, untuk identifikasi kegagalan ginjal yang berhubungan dengan HPS yang disebabkan oleh etiologi hantavirus Andes, Bayou, dan Black Creek Canal
            Kecuali: demam berdarah dengan manifestasi ginjal (A98.5† N08.0*)
B33.8   Penyakit virus lain yang dijelaskan.

B34     Penyakit virus dengan situs tidak dijelaskan
Kecuali:     infeksi herpesvirus NOS (B00.9)
                  penyakit CMV NOS (B25.9)
                  infeksi retrovirus NOS (B33.3)
                  virus sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasikan pada bab lain (B97.-)
B34.0   Infeksi adenovirus, tempat tidak dijelaskan
B34.1   Infeksi enterovirus, tempat tidak dijelaskan
            Infeksi coxsackievirus NOS
            Infeksi echovirus NOS
B34.2   Infeksi coronavirus, tempat tidak dijelaskan
            Kecuali: severe acute respiratory syndrome [SARS] (U04.9)
B34.3   Infeksi parvovirus, tempat tidak dijelaskan
B34.4   Infeksi papovavirus, tempat tidak dijelaskan
B34.8   Infeksi virus lain yang situsnya tidak dijelaskan
B34.9   Infeksi virus, tidak dijelaskan;
            Viraemia NOS


Mycoses (B35-B49)
Kecuali:     mycosis fungoides (C84.0)
                  pneumonitis hipersensitif akibat debu organik (J67.-)
B35     Dermatophytosis
Dermatophyta adalah jamur jaringan mati pada kulit atau bagiannya (stratum korneum, kuku, rambut). Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton paling sering terlibat. Beberapa dermatophyta menyebabkan radang ringan atau tanpa radang. Infeksi akut bisa terjadi, misalnya vesikel dan bulla di kaki, atau lesi lunak berair (kerion) di kepala akibat reaksi imunologis terhadap jamur yang biasanya diikuti oleh remisi atau kesembuhan.
Tinea barbae adalah infeksi jamur pada jenggot yang jarang terjadi. Tinea kapitis pada kepala yang disebabkan Trichophyton sering mengenai anak-anak, menular dan bisa menjadi epidemik. Area yang terlibat memiliki bintik-bintik hitam akibat rambut yang patah. Lesi Microsporum audouini berupa patch abu-abu, bersisik, dan agak botak dengan rambut kusam dan patah-patah. Lesi akibat M. canis dan M. gypseum lebih bersifat radang, dengan lepasnya rambut terinfeksi, dan bisa disertai granuloma radang yang menonjol (kerion), lalu segera sembuh.
Tinea unguium atau jamur kuku adalah salah satu bentuk onychomycosis, biasanya disebabkan oleh Trichophyton. Kuku menebal dan kusam, debris berkumpul di bawah ujung bebasnya. Plat kuku bisa menjadi terpisah, dan kuku bisa hancur. Tinea manuum adalah jamur tangan, dan tinea pedis di sela-sela jari kaki dikenal dengan nama athlete’s foot. Lesi Trichophyton ini sering lecet dengan vesikel dipinggirnya.
Tinea korporis disebabkan oleh Trichophyton dengan lesi papuloskuamosa berbentuk lingkaran dengan pinggir yang naik, meluas ke pinggir, dan bagian tengah cenderung bersih. Tinea cruris melebar dari lipatan paha menuju paha dalam bagian atas. Bentuk-bentuk lain jamur adalah Pityriasis versikolor, Pityriasis nigra, white piedra dan black piedra..

Termasuk: favus
                  infeksi Epidermophyton, Microsporum and Trichophyton
                  tinea, semua jenis kecuali yang ada pada B36.-
B35.0   Tinea barbae dan tinea capitis
            Ringworm (jamur) jenggot, ringworm kulit kepala, kerion, sycosis jamur
B35.1   Tinea unguium
            Onychomycosis, onychia dermatophyta, dermatophytosis kuku, ringworm kuku
B35.2   Tinea manuum
            Dermatophytosis tangan, hand ringworm
B35.3   Tinea pedis
            Athlete's foot, dermatophytosis kaki, foot ringworm
B35.4   Tinea corporis
            Ringworm badan
B35.5   Tinea imbricata
            Tokelau
B35.6   Tinea cruris;
            Dhobi itch, groin ringworm, jock itch

B35.8   Dermatophytosis lain
            Dermatophytosis disseminata, dermatophytosis granulomatosa
B35.9   Dermatophytosis, tidak dijelaskan;
            Ringworm NOS

B36     Mikosis permukaaan lainnya
B36.0   Pityriasis versicolor
            Tinea flava, tinea versicolor, [panu]
B36.1   Tinea nigra;
            Microsporosis nigra, pityriasis nigra
            Keratomycosis nigricans palmaris
B36.2   White piedra
            Tinea blanca
B36.3   Black piedra
B36.8   Mikosis superfisialis lain yang dijelaskan
B36.9   Mikosis superfisialis, tidak dijelaskan
B37     Candidiasis
Kandidiasis biasanya pada kulit dan membran mukosa, infeksi sistemik menyebabkan lesi visera yang fatal. Penyebabnya, Candida albicans adalah jamur ragi saprofit yang menjadi patogen kalau lingkungan memungkinkan atau pertahanan tubuh melemah. Daerah hangat dan lecet adalah tempat yang rentan. Kerentanan ditingkatkan oleh antibiotik, kortikosteroid, antimetabolik, kehamilan, obesitas, diabetes mellitus dan cacad imunologis. Pada dewasa muda kandidiasis bisa merupakan tanda awal AIDS.
Kandidiasis intertrigo (lipatan) berupa patch berbatas tegas, merah, bisa gatal dan eksudat. Kandidiasis perianus menyebabkan pruritus ani yang lecet bewarna putih. Vulvovaginitis kandida sering ketika hamil atau diabetes mellitus, berupa cairan putih kekuningan. Infeksi glans penis dan preputium terdapat pasangan seksual penderita vulvovaginitis kandida. Kandidiasis mulut (oral thrush) berupa patch eksudat putih krem yang bisa dikikis dari lidah atau mukosa pipi. Perleche, yaitu radang dan retak sudut mulut, bisa disebabkan oleh kandida atau gigi palsu yang letaknya tidak benar.

Termasuk: candidosis, miniliasis
Kecuali:     kandidiasis neonatus (P37.5)
B37.0   Stomatitis kandida
            Oral thrush
B37.1   Kandidiasis pulmonalis
B37.2   Kandidiasis kulit dan kuku;
            Onychia kandida, paronychia kandida
            Kecuali:           dermatitis diaper (L22)
B37.3† Kandidiasis vulva dan vagina (N77.1*);
            Vulvovaginitis kandida, vulvovaginitis monilia; vaginal thrush

B37.4 Kandidiasis urogenital lain;
            Balanitis kandida † (N51.2*), urethritis kandida † (N37.0*)
B37.5† Meningitis kandida(G02.1*)
B37.6† Endokarditis kandida (I39.8*)
B37.7   Septis kandida
B37.8   Kandidiasis pada situs lain;
            Cheilitis kandida, Enteritis kandida
B37.9   Kandidiasis, tidak dijelaskan;
            Thrush NOS
B38     Coccidioidomycosis
Bentuk primer infeksi Coccidioides immitis ini bisa tanpa gejala, berupa infeksi saluran pernafasan, effusi pleura atau pneumonia. Bentuk progresif muncul dari bentuk primer, menyerang kulit, kelenjar limfe, limpa, hati, ginjal, meningen dan otak, dan sering fatal
B38.0   Koksidioidomikosis paru-paru akut
B38.1   Koksidioidomikosis paru-paru kronis
B38.2   Koksidioidomikosis paru-paru, tidak dijelaskan
B38.3   Koksidioidomikosis kulit
B38.4†       Koksidioidomikosis meningitis (G02.1*)
B38.7   Koksidioidomikosis disseminata
            Koksidioidomikosis generalisata
B38.8   Bentuk lain koksidioidomikosis
B38.9   Koksidioidomikosis, tidak dijelaskan
B39     Histoplasmosis
Disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, khas dengan lesi paru-paru primer dan bisa menyebar melalui darah dan menyebabkan ulkus orofarings, saluran pencernaan, serta hepatomegali, splenomegali, limfadenopati, dan nekrosis adrenal.
B39.0   Histoplasmosis capsulati paru-paru akut
B39.1   Histoplasmosis capsulati paru-paru kronis
B39.2   Histoplasmosis capsulati paru-paru, tidak dijelaskan
B39.3   Histoplasmosis capsulati disseminata
            Histoplasmosis capsulati generalisata
B39.4   Histoplasmosis capsulati, tidak dijelaskan
            Histoplasmosis Amerika
B39.5   Histoplasmosis duboisii
            Histoplasmosis Afrika
B39.9   Histoplasmosis, tidak dijelaskan
B40     Blastomycosis
Penyakit Gilchrist ini disebabkan oleh Blastomyces dermatitidis, terutama melibatkan paru-paru dan bisa menyebar secara hematogen ke kulit.
Kecuali:     Blastomikosis Brazilia (B41.-)
                  Blastomikosis keloid (B48.0)
B40.0   Blastomikosis paru-paru akut
B40.1   Blastomikosis paru-paru kronis
B40.2   Blastomikosis paru-paru, tidak dijelaskan
B40.3   Blastomikosis kulit
B40.7   Blastomikosis disseminata
            Blastomikosis generalisata
B40.8   Bentuk lain blastomikosis
B40.9   Blastomikosis, tidak dijelaskan

B41      Parakoksidioidomikosis
Penyakit infeksi kulit, membran mukosa, kelenjar limfe, dan organ internal ini disebabkan oleh jamur Paracoccidioides brasiliensis (Blastomyces brasiliensis).
Termasuk: Blastomikosis Brazilia
                  Penyakit Lutz
B41.0   Parakoksidioidomikosis paru-paru
B41.7   Parakoksidioidomikosis disseminata
            Parakoksidioidomikosis umum
B41.8   Bentuk lain parakoksidioidomikosis
B41.9   Parakoksidioidomikosis, tidak dijelaskan

B42     Sporotrichosis
Akibat saprofit tanaman Sporothrix schenckii, khas dengan nodul, ulkus dan abses pada kulit dan saluran limfe permukaan, dan bisa menyerang paru-paru atau membran sinovium. Ia sering menyerang petani dan peladang, terutama yang menangani semak belukar.
B42.0†       Sporotrikosis paru-paru (J99.8*)
B42.1   Sporotrikosis limfokutan
B42.7   Sporotrikosis disseminata
            Sporotrikosis umum
B42.8   Bentuk lain sporotrikosis
B42.9   Sporotrikosis, tidak dijelaskan

B43     Chromomycosis and phaeomycotic abscess
Penyakit infeksi akibat Hormodendrum pedrosoi, H. compactum, atau Phialophora verrucosa, khas dengan nodul kulit seperti wart yang dengan perlahan menjadi vegetasi papillomatosa yang mudah membentuk ulkus. Umum terjadi di daerah tropis pada laki-laki 30-50 tahun.
B43.0   Kromomikosis kulit
            Dermatitis verrucosa
B43.1   Abses otak phaeomikotik
            Kromomycosis otak
B43.2   Abses dan kista phaeomikotik subkutis
B43.8   Bentuk lain kromomikosis
B43.9   Kromomikosis, tidak dijelaskan

B44     Aspergillosis
Penyakit infeksi paru-paru yang bisa menyebar melalui darah, disebabkan oleh Aspergillus spp, terutama A. fumigatus. Kelainan paru-paru mungkin pula sebagai reaksi allergi terhadap jamur ini atau spesies lainnya. Jamur ini muncul setelah pengobatan antibiotika bronkus yang rusak oleh bronkitis, bronkiekstasis, atau TB. Bola jamur (aspergilloma, “fungus ball”) adalah bentuk khas penyakit ini yang pada foto Rontgen terlihat sebagai massa bulat padat dikelilingi oleh lapisan udara tipis, biasanya di dalam rongga sisa TB.
Termasuk: Aspergilloma
B44.0   Aspergillosis paru-paru invasif
B44.1   Aspergillosis paru-paru lainnya
B44.2   Aspergillosis paru-paru tonsil
B44.7   Aspergillosis paru-paru disseminata
            Aspergillosis umum
B44.8   Bentuk lain aspergillosis
B44.9   Aspergillosis, tidak dijelaskan

B45     Cryptococcosis
Penyakit infeksi Filobasidiella neoformans (dulu disebut Cryptococcus neoformans) ini memiliki fokus primer pada paru-paru, menyebar ke meningen atau ke ginjal, tulang dan kulit.
B45.0   Kriptokokosis paru-paru
B45.1   Kriptokokosis cerebralis
            Kriptokokosis meningocerebralis
            Meningitis cryptococcus † (G02.1*)
B45.2   Kriptokokosis kulit
B45.3   Kriptokokosis tulang
B45.7   Kriptokokosis disseminata
            Kriptokokosis umum
B45.8   Bentuk lain kriptokokosis
B45.9   Cryptococcosis, tidak dijelaskan

B46     Zygomycosis
Disebut juga phycomycosis atau mucormycosis, disebabkan oleh hyphae (filamen jamur) lebar tanpa septum dari Rhizopus, Abdisia, atau Basidiobolus spp. Mucormycosis kulit menyebabkan bengkak-bengkak pada subkutis leher dan dada. Jenis rhinocerebralis adalah infeksi primer fatal pada hidung, sinus atau orbita, sering pada penurunan daya tahan tubuh.
B46.0   Mukormikosis paru-paru
B46.1   Mukormikosis rhinocerebralis
B46.2   Mukormikosis gastrointestinalis
B46.3   Mukormikosis kulit, mucormycosis subkutis
B46.4   Mukormikosis disseminata;
            Mukormikosis umum
B46.5   Mukormikosis, tidak dijelaskan
B46.8   Zygomikoses lain;
            Entomophthoromycosis
B46.9   Zygomikosis, tidak dijelaskan;
            Phycomycosis NOS

B47     Mycetoma
Infeksi kaki (kadang-kadang anggota atas) yang kronis, agak sembab, dengan banyak sinus; yang menyebar kecuali kalau dieksisi atau diamputasi. Kasus yang dibiarkan bisa menyebabkan kematian akibat serangan infeksi sekunder bakteria. Hampir separo kasus disebabkan oleh Nocardia spp., dan sisanya oleh sekitar 20 macam jamur dan bakteria. Paling sering terjadi di daerah tropis dan pada usia 21-40 tahun.
B47.0   Eumycetoma
            Madura foot jenis mikotik; Maduromycosis
B47.1   Actinomycetoma
B47.9   Mycetoma, tidak dijelaskan;
            Madura foot NOS

B48     Mikosis lain, not elsewhere classified
B48.0   Lobomycosis
            Penyakit Lobo;
            Blastomikosis keloid
B48.1   Rhinosporidiosis
B48.2   Allescheriasis
            Infeksi Pseudallescheria boydii
            Kecuali:           eumycetoma (B47.0)
B48.3   Geotrichosis;
            Stomatitis geotrichum
B48.4   Penicillosis
B48.7   Mikoses oportunistik
            disebabkan oleh jamur dengan keganasan rendah yang hanya menginfeksi sebagai
            akibat terdapatnya faktor-faktor seperti penyakit yang melemahkan atau pemberian
            obat penekan ketahanan dan obat lainnya, atau terapi penyinaran. Hampir semua
            jamur penyebab bersifat saprofit di tanah atau pada vegetasi yang membusuk.
B48.8   Mikoses lain yang dijelaskan
            Adiaspiromycosis
B49     Mycosis, tidak dijelaskan
            Fungaemia NOS

Penyakit-penyakit akibat protozoa (B50-B64)

Kecuali:     amoebiasis (A06.-),
                  penyakit usus akibat protozoal lain (A07.-)

Malaria
Malaria adalah penyakit akibat Plasmodium falciparum, P. vivax, P. malariae, atau P. ovale. Infeksi terjadi melalui tusukan nyamuk anopheles, transfusi darah, atau penggunaan jarum bersama di antara pengguna narkoba.. Masa inkubasi 10-35 hari, disusul oleh masa prodroma berupa demam ringan, lesu, sakit kepala, nyeri otot, dan rasa dingin, sehingga sering diduga influenza. Serangan dimulai dengan menggigil, demam dan keringatan, pada malaria vivax dan ovale setiap 48 jam, pada malaria falciparum setiap 36-72 jam, dan pada malaria malariae setiap 72 jam. Gejala diikuti anemia dan splenomegali, dengan perjalanan penyakit kronis berulang.
Lingkaran hidup dimulai ketika anopheles betina menelan gametosit malaria dari darah, yang berubah menjadi sporozoit yang akan bermukim di kelenjar saliva nyamuk. Sporozoit yang disuntikkan ke manusia memasuki sel-sel parenkim hati dan memperbanyak diri (fase eksoeritrosit). Setelah 2-4 minggu, terbentuk merozoit yang memasuki darah dan eritrosit (fase eritrosit). Mereka memperbanyak diri di dalam eritrosit membentuk generasi merozoit baru. Eritrosit akan pecah, merozoit dibebaskan ke dalam plasma dan memasuki eritrosit baru, lalu memperbanyak diri. Gametosit yang juga terbentuk di eritrosit, tidak mampu memperbanyak diri kalau tidak ditelan kembali oleh anopheles.
B50     Malaria Plasmodium falciparum
Termasuk:       infeksi campuran P. falciparum dengan Pasmodium spp. lain
B50.0   Malaria P. falciparum dengan komplikasi otak
            Malaria otak NOS
B50.8   Malaria P. falciparum berat dan berkomplikasi lain
            Malaria P. falciparum berat dan berkomplikasi NOS
B50.9   Malaria P. falciparum, tidak dijelaskan
B51      Malaria Plasmodium vivax
Termasuk:       infeksi campuran P. vivax dengan Plasmodium spp. lain
Kecuali:     bercampur dengan P. falciparum (B50.-)
B51.0   Malaria P. vivax dengan ruptur limpa
B51.8   Malaria P. vivax dengan komplikasi lain
B51.9   Malaria P. vivax tanpa komplikasi
            Malaria P. vivax NOS
B52     Malaria Plasmodium malariae
Termasuk:       infeksi campuran P. malariae dengan Plasmodium spp. lain
Kecuali:     bercampur dengan P. falciparum (B50.-)
                  bercampur dengan P. vivax (B51.-)
B52.0   Malaria P. malariae dengan nephropathy
B52.8   Malaria P. malariae dengan komplikasi lain
B52.9   Malaria P. malariae tanpa komplikasi
            Malaria P. malariae NOS
B53     Malaria lain yang secara parasitologi dipastikan
B53.0   Malaria P. ovale
            Kecuali:           bercampur dengan P. falciparum (B50.-)
                        bercampur dengan P. vivax (B51.-)
                        bercampur dengan P. malariae (B52.-)
B53.1   Malaria akibat plasmodia simian (monyet)
            Kecuali:           bercampur dengan P. falciparum (B50.-)
                        bercampur dengan P. vivax (B51.-)
                        bercampur dengan P. malariae (B52.-)
                        bercampur dengan P. ovale (B53.0),
B53.8   Malaria lain yang secara parasitologi dipastikan, not elsewhere classified;
            Malaria yang secara parasitologi dipastikan NOS.
B54     Malaria yang tidak dijelaskan
            Malaria yang didiagnosa secara klinis tanpa konfirmasi parasitologi

B55     Leishmaniasis
Leishmaniasis disebabkan oleh Leishmania spp. yang ditularkan lalat Phlebotomus (sandfly). Manifestasinya bisa viseral, mukokutan, atau kulit, tergantung strain yang menyerang dan kekebalan. Kala-azar disebabkan oleh L. donovani, masuk aliran darah, bersarang di sistem retikulo-endotel, menimbulkan demam, splenomegali, kurus dan pansitopenia, dengan angka kematian 90% kalau tidak diobati. Leishmaniasis kulit disebabkan oleh L. tropica atau L. major, dengan ulkus granulomatosa berbatas tegas. Ulkus mukokutan di muka disebabkan oleh L. mexicana., L. braziliensis peruvia, dan L. braziliensis braziliensis. Jenis lain, L. mexicana amazonensis dan L. tropica aethiopica menyebabkan lesi kulit tersebar luas menyerupai lepra lepromatosa.
B55.0   Leishmaniasis viseral;
            Kala-azar;
            Leishmaniasis kulit pasca-kala-azar
B55.1   Leishmaniasis kulit
B55.2   Leishmaniasis mukokutan
B55.9   Leishmaniasis, tidak dijelaskan

B56     Trypanosomiasis Afrika
Trypanosomiasis adalah penyakit kronis akibat T. brucei var. gambiense dan T. brucei var. rhodesiense yang menyebabkan penyakit tidur Afrika, ditularkan oleh lalat Tsetse (Glossina spp.). Tripanosomiasis ini khas dengan demam, limfadenopati, erupsi kulit, dan edema-edema lokal yang nyeri. Gejala SSP seperti tremor, sakit kepala, apathy, dan kejang akan muncul kemudian dan menyebabkan koma dan kematian.
B56.0   Trypanosomiasis Gambia; West African sleeping sickness
B56.1   Trypanosomiasis Rhodesia; East African sleeping sickness
B56.9   Trypanosomiasis Afrika, tidak dijelaskan; Sleeping sickness NOS
B57     Penyakit Chagas
Penyakit Chagas atau Trypanosomiasis Amerika terdapat di Amerika Selatan dan Tengah, disebabkan oleh T. cruzi, ditularkan oleh insekta reduviid (Triatoma). Gejala akut terutama pada anak-anak kecil, khas dengan demam, limfadenopati, hepatosplenomegali, dan edema muka. Kadang-kadang disertai meningoensefalitis dan kejang yang menyebabkan cacad mental atau fisik yang permanen, atau kematian.
Termasuk:       American trypanosomiasis;
                  Infeksi Trypanosoma cruzi
B57.0† Penyakit Chagas akut yang melibatkan jantung (I41.2*, I98.1*)
            Penyakit Chagas akut yang melibatkan kardiovaskuler NEC (I98.1*)
            Penyakit Chagas akut dengan miokarditis (I41.2*)
B57.1   Penyakit Chagas akut tanpa melibatkan jantung;
            Penyakit Chagas akut NOS
B57.2 Penyakit Chagas (kronis) yang melibatkan jantung
            Trypanosomiasis Amerika NOS
            Penyakit Chagas (kronis) NOS
            Penyakit Chagas (kronis) (dengan) melibatkan kardiovaskuler NEC † (I98.1*),
            Penyakit Chagas (kronis) (dengan) myokarditis † (I41.2*)
            Trypanosomiasis NOS, di tempat penyakit Chagas prevalent
B57.3 Penyakit Chagas (kronis) yang melibatkan sistem pencernaan
B57.4 Penyakit Chagas (kronis) yang melibatkan sistem syaraf
B57.5 Penyakit Chagas (kronis) yang melibatkan organ lain

B58     Toxoplasmosis
Penyakit granulomatosa umum atau SSP akibat Toxoplasma gondii. Infeksi asimptomatik di seluruh dunia menunjukkan variasi 7-94%. Ia menyerang dan memperbanyak diri secara aseksual di dalam sitoplasma sel-sel berinti, dan membentuk kista di jaringan. Perbanyakan secara seksual terjadi pada sel-sel usus kucing, oosit yang dihasilkan keluar bersama feses. Penularan bisa terjadi melalui plasenta, makan daging berkista yang kurang masak, dan melalui oosit di tanah yang tercemar kotoran kucing.
Termasuk:       Infeksi Toxoplasma gondii
Kecuali:     Toxoplasmosis kongenital (P37.1)
B58.0† Okulopati toxoplasma;
            chorioretinitis toxoplasma (H32.0*)
B58.1† Hepatitis toxoplasma (K77.0*)
B58.2† Meningoencephalitis toxoplasma (G05.2*)
B58.3† Toxoplasmosis paru-paru (J17.3*)
B58.8   Toxoplasmosis yang melibatkan organ lain:
            Miokarditis toxoplasma † (I41.2*);
            Miositis toxoplasma † (M63.1*)
B58.9   Toxoplasmosis, tidak dijelaskan

B59†   Pneumocystosis (J17.3*)
            Pneumonia akibat Pneumocystis carinii
            Pneumonia akibat Pneumocystis jirovecii

B60     Penyakit protozoa lain, not elsewhere classified
Kecuali:     Kriptosporidiosis (A07.2);
                  Isosporiasis (A07.3)
                  Mikrosporidiosis usus (A07.8)
B60.0   Babesiosis
            Piroplasmosis [infeksi intraeritrosit pada hewan]
B60.1   Acanthamoebiasis
            Konjungtivitis akibat Acanthamoeba† (H13.1*)
            Keratokonjungtivitis akibat Acanthamoeba† (H19.2*)
B60.2   Naegleriasis
            Meningoensefalitis amuba primer † (G05.2*)
B60.8   Penyakit protozoa lain yang dijelaskan:
            Mikrosporidiosis

B64     Penyakit protozoa yang tidak dijelaskan

Helminthiases (B65-B83)
B65     Schistosomiasis [bilharziasis]
Penyakit visera akibat cacing darah Schistosoma, yang hidup di dalam vena mesenterium atau bladder. Telur yang menembus mukosa usus atau bladder akan tiba di air, menetas, melepaskan miracidia yang dengan cepat berubah menjadi ribuan cercaria di dalam keong. Cercaria dapat menembus kulit, dan berubah menjadi skistosomula, pada saat ini terjadi dermatitis. Skistosomula pindah ke vena bladder atau usus, menjadi dewasa dan bertelur dalam waktu 1 – 3 bulan sejak memasuki kulit.
Gejala penyakit mencakup demam, menggigil, mual, nyeri abdomen, malaise, mialgia, urtikaria merah, dan eosininofilia. Kadang-kadang telur nyasar ke SSP dan menyebabkan mielitis transversa atau kejang. Penyakit lain termasuk akibat dari trematoda usus Fasciolopsis buski, Heteropyes atau Metagonimus; trematoda hati seperti Fasciola hepatica dan Clonorshis sinensis, dan trematoda paru seperti Paragonimus sp.
Termasuk: snail fever
B65.0   Skistosomiasis akibat Schistosoma haematobium [schistosomiasis urine]
B65.1   Skistosomiasis akibat Schistosoma mansoni [schistosomiasis usus]
B65.2   Skistosomiasis akibat Schistosoma japonicum:
            Skistosomiasis Asia
B65.3   Dermatitis cercaria
            Swimmer's itch
B65.8   Skistosomiasis lain:
            Infeksi Schistosoma intercalatum, Schistosoma mattheei, Schistosoma mekongi
B65.9   Skistosomiasis, tidak dijelaskan
B66     Infeksi cacing jaringan (fluke) lainnya
B66.0   Opisthorchiasis
            Infeksi cacing hati kucing
            Opisthorchis (felineus)(viverrini)
B66.1   Clonorchiasis
            Penyakit cacing hati Cina,
            Penyakit cacing hati oriental;
            Infeksi Clonorchis sinensis
B66.2   Dicrocoeliasis
            Infeksi Dicrocoelium dendriticum
            Infeksi cacing jaringan lancet
B66.3   Fascioliasis
            Infeksi: Fasciola gigantica, F. hepatica, F. indica;
            Penyakit cacing hati domba
B66.4   Paragonimiasis
            Infeksi Paragonimus sp; Penyakit cacing paru-paru
            Distomiasis paru-paru
B66.5   Fasciolopsiasis
            Infeksi Fasciolopsis buski; Distomiasis usus
B66.8   Infeksi fluke lain
            Echinostomiasis, Heterophyiasis, Metagonimiasis, Nanophyetiasis, Watsoniasis
B66.9   Infeksi cacing jaringan, tidak dijelaskan
B67     Echinococcosis
Echinococcus adalah cacing dari jenis cestoda (cacing pita), berbentuk panjang, pipih dan bersegmen, tidak memiliki pencernaan tapi memperoleh makanan secara langsung dengan menyerapnya dari usus tuan rumah. Echinococcosis adalah infeksi larva Echinococcus granulosus yang bisa menimbulkan kista di dalam hati dan organ lain. Penularan mulai dari telur yang ada dalam feses anjing, serigala atau kaninus lain, ditelan oleh sapi, domba atau manusia, lalu diserap saluran pencernaan dan memasuki hati, paru-paru, dan kadang-kadang otak, tulang, dsb. Larva berkembang dengan lambat, bertahun-tahun, membentuk kista hidatid yang akan berkembang lagi kalau dimakan anjing. Echinococcus multilokularis memiliki siklus yang sama, dan umumnya berasal dari serigala..
Termasuk: hydatidosis
B67.0   Infeksi Echinococcus granulosus pada liver
B67.1   Infeksi Echinococcus granulosus pada lung
B67.2   Infeksi Echinococcus granulosus pada bone
B67.3   Infeksi Echinococcus granulosus pada, other and multiple sites
B67.4   Infeksi Echinococcus granulosus, tidak dijelaskan
            (Infeksi) cacing pita anjing
B67.5   Infeksi Echinococcus multilocularis pada hati
B67.6   Infeksi Echinococcus multilocularis pada situs lain dan ganda
B67.7   Infeksi Echinococcus multilocularis, tidak dijelaskan
B67.8   Echinococcosis pada hati, tidak dijelaskan
B67.9   Echinococcosis, di tempat lain and tidak dijelaskan;Echinococcosis NOS
B68     Taeniasis
Infeksi saluran usus, sering tanpa gejala, akibat sestoda dewasa Taenia saginata yang berasal dari sapi, atau Taenia solium yang berasal dari babi. Infeksi stadium larva T. solium dapat menyebabkan neurocysticercosis dengan kejang epilepsi.
Kecuali:     cysticercosis (B69.-)
B68.0   Taeniasis Taenia solium
            (Infeksi) cacing pita babi
B68.1   Taeniasis Taenia saginata
            (Infeksi) cacing pita sapi, Infeksi cacing pita Taenia saginata dewasa
B68.9   Taeniasis, tidak dijelaskan
B69     Cysticercosis
Termasuk:       infeksi cysticerciasis akibat bentuk larva Taenia solium
B69.0   Cysticercosis sistem syaraf pusat
B69.1   Cysticercosis mata
B69.8   Cysticercosis pada situs lain
B69.9   Cysticercosis, tidak dijelaskan
B70     Diphyllobothriasis and sparganosis
Infeksi Diphyllobothrium latum, atau cacing pita ikan, sering tanpa gejala. Ia menyerap vitamin B12 dari usus sehingga timbul defisiensi vitamin ini dan anemia megaloblastik..
B70.0   Diphyllobothriasis:
            Infeksi Diphyllobothrium (dewasa) (latum) (pacificum),
            (Infeksi) cacing pita ikan
            Kecuali:           diphyllobothriasis larva (B70.1)
B70.1   Sparganosis
            Infeksi Sparganum (mansoni)(proliferum); infeksi larva Spirometra
            Diphyllobothriasis larva
            Spirometrosis
B71      Infeksi cestoda lainnya
B71.0   Hymenolepiasis
            (Infeksi) cacing pita cebol (dwarf)
            (Infeksi) cacing pita tikus
B71.1   Dipylidiasis
B71.8   Infeksi cestoda lain yang dijelaskan
            Coenurosis
B71.9   Infeksi cestoda, tidak dijelaskan:
            (Infeksi) cacing pita NOS
B72     Dracunculiasis
Infeksi nematoda (cacing bulat) jenis Dracunculus medinensis yang dapat menyebabkan ulkus nyeri pada kulit dan arthritis yang melumpuhkan. Infeksi melalui air terkontaminasi, menembus usus, dan menjadi dewasa di jaringan ikat. Bagian kepala muncul di kulit dan membentuk papula merah, vesikula, dan ulkus.
Infeksi Dracunculus medinensis,
Infeksi cacing Guinea
B73     Onchocerciasis
Infeksi nematoda filaria yang menyebabkan penyakit kulit kronis dan lesi mata yang dapat menyebabkan buta.
Infeksi Onchocerca volvulus,
Onchocercosis,
River blindness
B74     Filariasis
Filariasis limfatik adalah infeksi oleh 3 spesies Filarioidea, Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, atau B. timori, yang menyebabkan adenolimfangitis akut, limfedema kronik, hidrokel, dan chiluria. Larva yang disuntikkan nyamuk memasuki darah dan saluran limfe, menjadi dewasa dalam 6-12 bulan. Radang kelenjar limfe menyumbat aliran limfe dan terjadinya penyakit kaki gajah. Loiasis adalah infeksi Loa loa, menyebabkan angioedema lokal pada kulit dan sindroma hipereosinofilia allergi. Ia disuntikkan oleh lalat Chrysops (deerfly atau horsefly).
Kecual:            Onchocerciasis (B73);
                  Eosinofilia (pulmonalis) tropis NOS (J82)
B74.0   Filariasis akibat Wuchereria bancrofti:
            Elefantiasis bancrofti,
            Filariasis bancrofti
B74.1   Filariasis akibat Brugia malayi
B74.2   Filariasis akibat Brugia timori
B74.3   Loiasis
            Infeksi Loa loa
            Sembab Calabar
            Penyakit cacing mata Afrika
B74.4   Mansonelliasis:
            Infeksi Mansonella ozzardi, M. perstans, M. streptocerca
B74.8   Filariasis lain
            Dirofilariasis
B74.9   Filariasis, tidak dijelaskan
B75     Trichinellosis
Infeksi Trichinella spiralis, yang dapat menyebabkan gejala pencernaan ringan diikuti oleh edema periorbita, nyeri otot, demam, dan eosinofilia.
Infeksi Trichinella spp;
Trichiniasis
B76     Hookworm diseases
Penyakit cacing tambang disebabkan oleh Ankylostoma duodenale atau Necator americanus, menyebabkan nyeri perut dan anemia defisiensi besi. Larva Ankylostoma braziliense pada anjing atau kucing dapat masuk tubuh manusia melalui kulit, menyebabkan cutaneous larva migrans.
Termasuk: Uncinariasis
B76.0   Ancylostomiasis
            Infeksi Ancylostoma sp.
B76.1   Necatoriasis
            Infeksi Necator americanus
B76.8   Penyakit cacing tambang lain
B76.9   Penyakit cacing tambang, tidak dijelaskan:
            Cutaneous larva migrans NOS
B77     Ascariasis
Telur Ascaris lumbricoides menetas di duodenum, menembus dinding usus dan dibawa darah ke jantung dan paru-paru. Selanjutnya melalui bronkus mereka tiba di orofarings dan tertelan, lalu menjadi dewasa di usus.
Termasuk: Askaridiasis
                  Infeksi cacing gelang
B77.0   Askariasis dengan komplikasi usus
B77.8   Askariasis dengan komplikasi lain
B77.9   Askariasis, tidak dijelaskan
B78     Strongyloidiasis
Infeksi Strongyloides stercoralis, menyebabkan rash kulit, eosinofilia, dan nyeri perut.
B78.0   Strongyloidiasis usus
B78.1   Strongyloidiasis kulit
B78.7   Strongyloidiasis disseminata
B78.9   Strongyloidiasis, tidak dijelaskan
B79     Trichuriasis - Trichocephaliasis;: Whipworm (penyakit)(infeksi)
Trichocephaliasis
(Penyakit)(infeksi) whipworm [cacing cambuk]
B80     Enterobiasis - Oxyuriasis; Pinworm infection; infeksi Threadworm
Oxyuriasis
Infeksi pinworm [cacing jarum]
Infeksi threadworm [cacing benang]
B81      Helminthiasis usus lainnya, not elsewhere classified
Kecuali:     angiostrongyliasis akibat Parastrongylus cantonensis (B83.2)
                  angiostrongyliasis akibat Angiostrongylus cantonensis (B83.2)
B81.0   Anisakiasis
            Infeksi larva Anisakis
B81.1   Capillariasis usus
            Capillariasis NOS
            Infeksi Capillaria philippinensis,
            Kecuali: capillariasis hati (B83.8)
B81.2   Trichostrongyliasis
B81.3   Angiostrongyliasis usus
            angiostrongyliasis akibat Parastrongylus costaricensis
            angiostrongyliasis akibat Angiostrongylus costaricensis
B81.4   Helminthiasis usus campuran
            Helminthiasis campuran NOS
            Infeksi cacing usus yang dapat diklasifikasikan pada lebih dari satu di antara kategori B65.0-B81.3 dan B81.8.
B81.8   Helminthiasis usus lain yang dijelaskan
            Infeksi Oesophagostomum sp. [oesophagostomiasis]
            Infeksi Ternidens deminutus [ternidensiasis]
            Infeksi Ternidens diminutus [ternidensiasis]
B82     Parasitisme usus yang tidak dijelaskan
B82.0   Intestinal helminthiasis, tidak dijelaskan
B82.9   Intestinal parasitism, tidak dijelaskan
B83     Helminthiasis lain
Kecuali:     Capillariasis NOS (B81.1), capillariasis usus (B81.1)
B83.0   Visceral larva migrans
            Toxocariasis
B83.1   Gnathostomiasis:
            Wandering swelling – sembab berpindah
B83.2   Angiostrongyliasis akibat Parastrongylus cantonensis
            Angiostrongyliasis akibat Angiostrongylus cantonensis
            Eosinophilic meningoencephalitis† (G05.2*)
            Kecuali:           angiostrongyliasis usus (B81.3)
B83.3   Syngamiasis
            Syngamosis
B83.4   Hirudiniasis internal
            Kecuali:           Hirudiniasis eksternal (B88.3)
B83.8   Helminthiasis lain yang dijelaskan
            Acanthocephaliasis, Gongylonemiasis
            Hepatic capillariasis, Metastrongyliasis, Thelaziasis
B83.9   Helminthiasis, tidak dijelaskan:
            Cacingan NOS
            Kecuali:           helminthiasis usus NOS (B82.0)


Pediculosis, acariasis and other infestations (B85-B89)
Pediculosis disebabkan oleh kutu kepala (Pediculus humanus capitis), kutu badan (P. humanus corporis), atau kutu area genital (Phthirus pubis). Kutu kepala dan pubis bisa hidup pada tubuh, sedangkan kutu badan pada pakaian. Kutu badan adalah vektor penting penularan organisme penyebab epidemic typhus, trench fever, dan relapsing fever
B85     Pediculosis and phthiriasis
B85.0   Pediculosis akibat Pediculus humanus capitis
            Infestasi kutu kepala
B85.1   Pediculosis akibat Pediculus humanus corporis
            Infestasi kutu badan
B85.2   Pediculosis, tidak dijelaskan
B85.3   Phthiriasis
            Infestasi Phthirus pubis, infestasi crab-louse (kutu daerah pubis)
B85.4   Campuran pediculosis and phthiriasis
            Infestasi yang dapat diklasifikasikan pada lebih dari satu di antara kategori B85.0-B85.3
B86     Scabies
Scabies disebabkan oleh kutu (mite) Sarcoptes scabiei. Kutu betina membuat terowongan di stratum korneum kulit untuk meletakkan telurnya yang menetas dalam beberapa hari.
Sarcoptic itch
B87     Myiasis
Termasuk:       infestasi oleh larva lalat
B87.0   Myiasis kulit
            Myiasis menjalar
B87.1   Myiasis luka
            Myiasis traumatika
B87.2   Myiasis okuler
B87.3   Myiasis nasopharyngs
            Myiasis laryngs
B87.4   Myiasis aural
B87.8   Myiasis tempat lain
            Myiasis genitourinarius, Myiasis usus
B87.9   Myiasis, tidak dijelaskan
B88     Infestasi lain
B88.0   Acariasis lain:
            Dermatitis acarine; Trombiculosis
            Dermatitis akibat: Demodex sp., Dermanyssus gallinae, Liponyssoides sanguineus
            Kecuali:           scabies (B86)
B88.1   Tungiasis [sandflea infestation]
B88.2   Infestasi artropoda lain:
            Scarabiasis
B88.3   Hirudiniasis eksternal:
            Infestasi leech (lintah) NOS
            Kecuali: hirudiniasis internal (B83.4)
B88.8   Infestasi lain yang dijelaskan
            Ichthyoparasitism akibat Vandellia cirrhosa
            Linguatulosis
            Porocephaliasis
B88.9   Infestasi, tidak dijelaskan
            Infestasi (kulit) NOS
            Infestasi kutu NOS
            Parasit kulit NOS
B89     Penyakit parasit yang tidak dijelaskan


Sequel penyakit infeksi dan parasit (B90-B94)
Kategori B90-B94 digunakan untuk menunjukkan kondisi pada kategori A00-B89 sebagai penyebab sekuel, sementara mereka diklasifikasikan di tempat lain. Sekuel mencakup kondisi yang dinyatakan demikian; juga mencakup efek lanjut dari penyakit yang dapat diklasifikasikan pada kategori di atas kalau terdapat bukti bahwa penyakit itu tidak ada lagi. Untuk penggunaan kategori ini, rujukan perlu dibuat ke aturan dan pedoman pengkodean mortalitas dan morbiditas pada Volume 2.
Tidak untuk digunakan pada infeksi kronik. Kode infeksi saat ini pada infeksi kronik atau aktif sebagaimana mestinya.
B90     Sekuel tuberkulosis
B90.0   Sekuel TB sistem syaraf pusat
B90.1   Sekuel TB genitourinarius
B90.2   Sekuel TB tulang dan sendi
B90.8   Sekuel TB organ lain
B90.9   Sekuel TB paru-paru dan yang tidak dijelaskan
            Sekuel TB NOS
B91      Sekuel poliomyelitis
            Kecuali: sindroma postpolio (G14)
B92     Sekuel leprosy
B94     Sekuel penyakit infeksi dan parasit lain dan yang tidak dijelaskan
B94.0   Sekuel trakoma
B94.1   Sekuel ensefalitis virus
B94.2   Sekuel hepatitis virus
B94.8   Sekuel penyakit infeksi dan parasit lain yang dijelaskan
B94.9   Sekuel penyakit infeksi dan parasit yang tidak dijelaskan

Bakteri, virus dan agen infeksi lain (B95-B97)
Kategori ini jangan sekali-kali digunakan untuk pengkodean primer. Mereka disediakan untuk digunakan sebagai kode tambahan kalau dirasa perlu mengidentifikasi agen infeksi penyebab penyakit yang diklasifikasikan di bab lain
B95     Streptococcus and staphylococcus penyebab penyakit yang diklasifikasikan di bab lain
B95.0   Streptokokus, group A
B95.1   Streptokokus, group B
B95.2   Streptokokus, group D
B95.3   Streptokokus pneumoniae
B95.4   Streptokokus lain
B95.5   Streptokokus yang tidak dijelaskan
B95.6   Stafilokokus aureus
B95.7   Stafilokokus lain
B95.8   Stafilokokus yang tidak dijelaskan

B96     Agen bakteri lain yang dijelaskan sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain.
B96.0   Mycoplasma pneumoniae [M. pneumoniae] sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
            Pleuro-pneumonia-like-organism [PPLO]
B96.1   Klebsiella pneumoniae sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B96.2   Escherichia coli sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B96.3   Haemophilus influenzae sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B96.4   Proteus (mirabilis)(morganii) sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B96.5   Pseudomonas (aeruginosa) sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B96.6   Bacillus fragilis [B. fragilis] sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B96.7   Clostridium perfringens [C. perfringens] sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B96.8   Agen bakteri lain yang dijelaskan sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain

B97     Agen virus penyebab penyakit yang diklasifikasikan di bab lain
B97.0   Adenovirus sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B97.1   Enterovirus: Coxsackievirus, Echovirus sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B97.2   Coronavirus sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B97.3   Retrovirus: Lentivirus, Oncovirus sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B97.4   Respiratory syncytial virus sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B97.5   Reovirus sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B97.6   Parvovirus sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B97.7   Papillomavirus sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B97.8   Virus lainnya sebagai  penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab lain
            Human metapneumovirus

Penyakit-penyakit in feksi lain (B99)
B98     Agen infeksi lain yang dijelaskan sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasi di tempat lain
B98.0   Helicobacter pylori [H. Pylori] sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasi pada bab lain
B98.1   Vibrio fulnificus sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasi pada bab lain.

B99     Penyakit infeksi lain dan yang tidak dijelaskan



CODING EXERCISES

1.         Chronic viral hepatitis C
2.         Congenital syphilis in an 18-month old child
3.         Oral candidiasis in a HIV patient
4.         Acute pneumococcal tracheitis
5.         Dracunculiasis
6.         Non-infective diarrhoea in a 3-week old infant
7.         Tuberculosis of lung, confirmed
8.         Axillary cutaneous abscess
9.         Streptococcal sore throat
10.       Cytomegalovirus pancreatitis
11.       Internal hirudiniasis
12.       Kaposi's sarcoma of skin of back in HIV patient
13.       Infeksi Schistosoma mansoni dan Fasciolopsis buski dengan nyeri perut yang berat
14.       Epidemic typhus due to Rickettsia prowazekii
15.       Granular trachomatous conjunctivitis
16.       Mycotic Madura foot
17.       Dwarf tapeworm infestation
18.       Sequelae of leprosy
19.       Classical cholera
20.       Varicella meningitis


CHAPTER I: CERTAIN INFECTIOUS AND PARASITIC DISEASES
1.Chronic viral hepatitis C
Look up hepatitis in the Index (Volume 3, page 263).
Hepatitis
- viral
- - chronic
- - - type
- - - - C -> B18.2

2.Congenital syphilis in an 18-month old child
Look up syphilis in the Index (Volume 3, page 524).
Syphilis
- congenital
- - early or less than two years after birth -> A50.2
Perhatikan bahwa tidak ada gejala yang dijelaskan dan sifilis tidak dinyatakan sebagai laten. A50.2 pada volume 1 dianggap Early congenital syphilis, unspecified.

3.Oral candidiasis in a HIV patient
Look up candidiasis in the Index (Volume 3, page 84)
Candidiasis
- resulting from HIV disease -> B20.4
Perhatikan bahwa kode ini adalah untuk penyakit HIV yang menyebabkan kandidiasis dan harus digunakan kalau yang dikode hanyalah penyebab tunggal. Kalau mengkode kondisi ganda, bisa ditambahkan B37.0 untuk menjelaskan bahwa manifestasi infeksi HIV adalah oral thrush (candidal stomatitis). Untuk menemukan kode ini, look up
Candidiasis
- mouth -> B37.0

4.Acute pneumococcal tracheitis
Look up tracheitis in the Index (Volume 3, page 538)
Tracheitis -> J04.1
Perhatikan bahwa kata-kata "acute" and "pneumococcal" tercantum dalam uraian   tracheitis di dalam tanda kurung, yang berarti bahwa ada tidaknya kata-kata ini dalam uraian penyakit tidak mengubah kode. Untuk mengkode kondisi ganda, bisa ditambahkan kode B95.3 untuk menunjukkan pneumokokus. To find this code, you look up
Infection
- pneumococcal
- - as cause of disease classified elsewhere -> B95.3.
Kode J04.1 berasal dari bab pernafasan, bukan bab penyakit infeksi. Lihat catatan eksklusi pada halaman 107 volume 1 untuk menjelaskan ini.

5.Dracunculiasis
Look up dracunculiasis in the Index (Volume 3, page 189)
Dracunculiasis, dracunculosis -> B72.

6.Noninfective diarrhoea in a 3-week old infant
Cari diare pada indeks (Volume 3, page 158) – perhatikan bahwa istilah di dalam tanda kurung menunjukkan bahwa diare yang tidak dijelaskan dianggap menular dan dikode pada bab I. Karena kasus ini dinyatakan non-infectious, look up
Diarrhoea
- neonatal (non infective) -> P78.3.
Perhatikan bahwa usia pasien mengubah pemilihan kode. Kalau pasien adalan neonatus, kodenya adalah K52.9 - diarrhoea, non-infective.

7.Tuberculosis of lung, confirmed
Look up tuberculosis in the Index (Volume 3, page 545).
Tuberculosis
- lung - see Tuberculosis, pulmonary.
- pulmonary
- - confirmed (by)
- - - unspecified means -> A15.3.

8.Axillary cutaneous abscess
Look up Abscess in the Index (Volume 3, page 17)
Abscess
- axilla (region) -> L02.4.
Note that if you look up Abscess, cutaneous the Index suggests to see also Abscess, by site. This indicates that there are other, more specific, codes available for body sites. There is also a code for the axillary lymph node under Abscess, axilla but the diagnosis here is for a cutaneous abscess. The exclusion notes on page 107 of volume 3 indicate that certain localised infections, such as this one, are coded to the relevant body system chapter and not to chapter 1.

9.Streptococcal sore throat
Look up Sore in the Index (Volume 3, page 501) or, if you know the medical term for sore throat, look up pharyngitis.
Sore
- throat
- - streptococcal (ulcerative) -> J02.0.
Pharyngitis
- streptococcal -> J02.0.
The exclusion notes on page 107 of Volume 3 indicate that certain localised infections, such as this one, are coded to the relevant body system chapter and not to chapter 1.




10.Cytomegalovirus pancreatitis
Look up pancreatitis in the Index (Volume 3, page 425)
Pancreatitis
- cytomegaloviral -> B25.2 † K87.1 *
Note that this is a case where a dagger and asterisk are used to indicate the underlying cause of the disease (cytomegalovirus) and the manifestation (pancreatitis). If you are only coding single conditions, use the dagger code only.

11.Internal hirudiniasis
Look up hirudiniasis in the Index (Volume 3, page 266)
Hirudiniasis
- internal -> B83.4.

12.Kaposi's sarcoma of back (skin) in HIV patient
Look up sarcoma in the Index (Volume 3, page 484).
Sarcoma
- Kaposi's (M9140/3)
- - resulting from HIV disease -> B21.0.
If you are coding multiple conditions, you can add a code for the sarcoma of skin of back and a morphology code to indicate Kaposi's sarcoma. Look these up this way:
Sarcoma
- Kaposi's (M9140/3)
- - skin -> C46.0
Note the morphology code in parentheses after the morphological type in the Index. Check this also in the Morphology Table in Volume 1 (page 1195) - next to the morphology code is the Chapter 2 category (C46.-) that should be used with this morphology.

13.Infection by schistosoma mansoni and fasciolopsis buski causing severe abdominal pain
Look up Infection in the Index (Volume 3, pages 291-299).
Infection
- Schistosoma - see Infestation, Schistosoma
Infestation
- Schistosoma
- - mansoni -> B65.1
Infection
- fasciolopsis buski -> B66.5
If you are coding multiple conditions, use both these codes. There is no need to code the abdominal pain as this is stated to be a symptom of (caused by) the infection. If you are coding single conditions only, you may wish to use either the first infection code (B65.1) or B81.4 Mixed intestinal helminthiases. Read the description for this code on page 174 of volume 1.



14.Epidemic typhus due to Rickettsia prowazekii
Look up typhus in the Index (Volume 3, page 552)
Typhus
- due to Rickettsia
- - prowazekii -> A75.0.

15.Granular trachomatous conjunctivitis
Look up conjunctivitis in the Index (Volume 3, page 113)
Conjunctivitis
- granular (trachomatous) -> A71.1† H13.1*

16.Mycotic Madura Foot
Look up Madura foot in the Index (Volume 3, page 343).
Madura foot
- mycotic -> B47.0

17.Dwarf tapeworm infestation
Look up infestation in the Index (Volume 3, page 299).
Infestation
 - dwarf tapeworm -> B71.0

18.Sequelae of leprosy
Look up sequelae in the Index (Volume 3, page 495).
Sequelae
- leprosy -> B92

19.Classical cholera
Look up cholera in the Index (Volume 3, page 97).
Cholera
- classical -> A00.0

20.Varicella meningitis
Look up meningitis in the Index (Volume 3, page 355).
Meningitis
 - in
- - varicella -> B01.0 † G02.0*


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengetahui Kode (wilayah,daerah,Area) Kartu Telkomsel